Dewa Perang : Marvin Robert
Seorang pria tampan tengah berjalan di depan banyak orang yang berpakaian khusus, dimana perwatakan dirinya yang begitu tegas dan dingin menatap semua orang serius. Seorang pria tampan berdiri dengan begitu gagahnya, kharisma yang di miliki dapat terasa di sekitar. Jangan pandang sebelah mata saat umur bukan lagi di jadikan patokan, seorang pemimpin termuda di Istana Jiwa Naga selaku organisasi tentara bayaran terhebat dan paling berkelas di dunia.
Organisasi yang cukup di takuti oleh semua kalangan organisasi lainnya, tidak ada yang ingin bersinggungan dengan kelompok itu.
Marvin Robert, pria tampan yang tidak bisa dianggap remeh, sang pemimpi yang tidak ada yang berani menantangnya. Di angkat menjadi pemimpin organisasi anti ******* berkat kecerdasan dan juga kepandaiannya dalam bidang itu, kepiawaian yang mumpuni semakin menambah gelarnya.
"Aku tidak ingin ada kesalahan dalam misi ini, semua yang sudah aku katakan itu yang harus di lakukan."
"Siap Pemimpin." Jawab mereka dengan kompak.
Marvin mulai memerintah bawahannya untuk mengepung tempat yang sudah terlacak olehnya, dimana bangunan tua itu milik kelompok terorisme.
Senjata yang ada di tangan mulai membidik sasaran, tak lupa memakai peredam suara agar tersamarkan bila menembak musuh. Satu persatu dia melumpuhkan musuh, ikut turun tangan melawan sekelompok *******.
Beberapa orang dari grup inti mendekatinya, mengubah sedikit rencana agar misi kali ini berjalan dengan sempurna.
"Nampaknya musuh mengetahui serangan ini, gunakan rencana ke dua!"
"Laksanakan Pemimpin."
"Kembali ke tempat masing-masing." Titahnya.
Marvin kembali fokus pada sasaran dan membidiknya, namun sesuatu hal buruk malah mengganggunya. Tiba-tiba hatinya merasakan suatu telepati yang sangat kuat, dan terasa nyeri di bagian itu. Perlahan dia menurunkan senjata, dan mulai berpikir jika ada hal yang masalahnya lebih serius.
"Apa ini? Kenapa dada dan hatiku terasa nyeri? Apa yang sebenarnya terjadi?" Gumamnya tampak memikirkan sesuatu yang salah.
Marvin memejamkan kedua mata tanpa menghiraukan suara peluru yang saling bersahutan, hingga bayangan semakin jelas. Bayangan seorang gadis kecil yang di sekap oleh sekelompok orang yang tidak ia ketahui.
"Siapa gadis kecil itu? Mengapa gadis kecil ini bisa membuatku merasakan telepati yang begitu kuat? Apa hubungannya denganku?" Monolog Marvin di dalam hati, tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya hingga timbullah sebuah dilema.
Sebuah gambaran mengenai anak kecil yang disiksa oleh segerombolan orang jahat, mengepung gadis kecil malang itu yang terus menangis.
"Ya Tuhan, apa yang harus aku perbuat?" Marvin bingung, di tengah menjalani misi berbahaya yang menjadi tanggung jawabnya dan gadis kecil yang menangis membuat hatinya luluh dan merasa iba.
Sementara di sisi lain, seorang gadis kecil menatap orang-orang di sekelilingnya dengan menangis. Dia sangat takut, tapi juga tak mau terlihat lemah, walau umurnya masih sangat muda dan tak akan mampu melawan mereka semua.
"Berhentilah menggangguku!" ketus Lusi dengan berani. "Ayahku adalah superhero, dan dia akan kembali datang untuk menyelamatkanku." Tekannya dengan penuh percaya diri.
Beberapa orang yang membuli nya tertawa terbahak-bahak mengingat perkataan Lusi yang baru keluar dari mulut gadis kecil itu sungguh berani.
Salah satu dari mereka mendorong tubuh gadis kecil malang dan bertos ria, mereka sangat puas dengan itu.
"Hei gadis bodoh! Siapa yang tidak tahu kalau kau itu adalah anak haram yang tidak punya ayah."
"Aku bukanlah anak haram." Jawab Lusi dengan tatapan sengitnya.
"Benarkah? Lalu kemana ayahmu? Kenapa dia tidak pernah muncul sekalipun? AYAHMU SUDAH MENINGGAL." Ucap seseorang tersenyum miring, melihat kepercayaan diri Lusi mulai goyah.
Deg
Lusi sangat patah hati mendengar perkataan mereka setelah kelemahannya di ungkap, mulai melakukan perlawanan memberontak tak peduli jika dirinya hanya sendiri.
"Ayahku masih hidup." Lusi meludahi wajah salah satu mereka yang dekat dengannya, tatapan tajam menggambarkan kobaran api yang membara.
Bugh!
Tubuh kecil Lusi mendapat sambutan dari perlawanannya, sebuah pukulan yang di wajah hingga meninggalkan bekas memerah juga sedikit darah segar.
"Anak sialan! Itu akibatnya jika kau bermain-main denganku."
Semua orang mulai menyiksa gadis kecil malang itu tanpa ampun, siksaan yang semakin kejam terus di sambut oleh tubuh kecil Lusi semakin tak berdaya.
"Kalau ayahmu masih hidup, dimana dia? Kenapa dia tidak datang dan membelamu, heh?" seseorang tiba-tiba menarik rambut Lusi dan mencengkramnya kuat.
"Ayahku akan datang…dia akan datang dan membunuh kalian semua." Tatapan penuh kepercayaan diri, tanpa peduli perih di sekujur tubuh yang diterima olehnya.
Beberapa orang mulai menertawakan Lusi dan menganggapnya bodoh. "Memangnya kau tahu siapa ayahmu?"
"Aku putri dari Marvin Robert, tindakan kalian ini tidak bisa di ampuni dan bersiaplah menghitung mundur waktu kalian di bumi ini." Jawab Lusi tersenyum sekilas dapat membalas hanya mengandalkan kepintarannya dalam berbicara.
Penglihatan Marvin menangkap gambaran yang sangat jelas itu, nafasnya semakin memburu di kala seorang gadis kecil mengatakan jika dirinya adalah ayahnya. Sebuah sinyal telepati yang tak mungkin salah mengirimkan padanya, pupil mata kian membesar.
"Dia putriku? Tapi bagaimana bisa?" Marvin merasa tidak percaya dengan gambaran di dalam penglihatannya, pikirannya menjadi buntu dan menyelesaikan misi secepat mungkin dan kembali ke Indonesia.
*
*
Marvin kembali menjejakkan kaki ke Indonesia setelah sekian lama, perjalanan menuju kota A. Tak sengaja perhatiannya tertuju pada keluarga Adi Kusumo yang terkenal akan pendiri bela diri terhebat di sana. Begitu banyak yang dia lewati hingga baru tahu mengenai fakta dari keluarga itu yang terus melakukan transplantasi sumsum tulang belakang untuk tuan muda pertama di keluarga, yang mengambil keuntungan dari putrinya yang bernama Lusi, untuk memperbaiki genetika bela diri.
Ya, Marvin terlahir dengan bakat yang luar biasa, memiliki darah campuran antara alien dan manusia. Lusi mewarisi genetika campurannya dan sudah menunjukkan bakat sejak lahir yang tidak biasa, itu sebabnya banyak yang mengincar gadis kecil nan malang.
Informasi yang didapatnya dengan sangat mudah, membuat Marvin mengepalkan kedua tangan seraya mengeraskan rahang tak terima perlakuan orang-orang yang kejam pada putri kecilnya.
Brak!
Kemarahan yang terlukis dengan sangat jelas, guratan kesedihan karena dirinya baru tahu hal ini. "Berani sekali mereka memanfaatkan gadis kecil itu, aku harus turun tangan menghancurkan keluarga Adi Kusumo." Ucapnya terselip dendam, melihat pecahan kaca yang berserakan di lantai menjadi gambaran hatinya yang saat ini hancur.
Marvin langsung bertindak tegas dan tidak akan membiarkan nyawa Lusi melayang, mendatangi langsung ke kediaman Adi Kusumo setelah mendapatkan semua informasi yang di perlukan olehnya.
"Menyingkir dari jalanku." Kecam Marvin dengan tatapan tajam, tak takut pistol mengarah kepadanya.
"Penyusup tidak dibiarkan masuk ke dalam."
Tanpa membutuhkan waktu lama, Marvin menghajar para penjaga di tempat itu dan terus berjalan mencari keberadaan putrinya yang di sekap.
Banyak para penjaga menyerangnya beramai-ramai, tapi tak menurunkan tekadnya untuk menyelamatkan Lusi.
"Dimana anak yang kau sandera?" ucapnya dingin berdiri di sebelah sang pemilik kediaman itu.
"Siapa kau?"
"Marvin Robert."
Sontak sang pemilik rumah terkejut jika perkataan Lusi benar mengenai seseorang yang akan menuntut balas atas apa yang di terimanya, sedangkan Marvin sudah jengah dan meluluhlantakkan tempat itu dan memusnahkan penghuni disana menggunakan kekuatan luar biasa yang dimilikinya.
"Ck, hanya kecoa saja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments