Marvin segera berlalu pergi dari ruangan itu setelah menuntaskan hasratnya dalam membunuh keluarga Adi Kusumo yang sangat terkenal dalam satu malam, tidak peduli apa yang terjadi selanjutnya selain dapat bertemu dan menyelamatkan nyawa Lusi yang di sekap dalam ruangan khusus.
Perlahan dia mendekat, melihat tubuh mungil yang babak belur membuat hatinya begitu teriris. "Siapa gadis kecil ini? Apa dia memang anakku?" gumamnya di dalam hati seraya menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah imut itu.
Wajah yang cukup tidak asing, dan terlintas kejadian lima tahun lalu dirinya pernah berhubungan badan dengan kekasihnya yang bernama Lira. Ya, Marvin masih mengingat mantan kekasihnya itu. Tapi tak menyangka jika sang mantan menyembunyikan hal ini darinya dan diam-diam melahirkan seorang putri. "Dia sangat mirip dengan mantan kekasihku." Batinnya.
"Kenapa Lira menyembunyikan ini dariku? Apa alasan sebenarnya?" monolognya yang terus menerka dan berpikir keras.
Marvin langsung mendekap tubuh gadis kecil dan menciumnya, sebagai seorang ayah tentunya dia merasa gagal. Rasa sakit di hati melihat kondisi putrinya hampir sekarat di siksa oleh orang yang hanya memanfaatkan Lusi sebagai bahan percobaan sumsum tulang belakang untuk tuan muda di keluarga Adi Kusumo.
Marvin menghirup oksigen sebanyak mungkin, menengadahkan kepala keatas sambil kedua mata yang dipejamkan. Sebuah fakta yang baru diketahuinya, memiliki anak dari mantan kekasih membuat perasaannya bercampur aduk antara senang, sedih, dan bimbang.
"Tenanglah sayang, ayah datang untuk menyelamatkanmu. Bertahanlah!" Marvin mencium kening Lusi lembut dan hendak meninggalkan tempat yang sudah dihancurkan para penghuninya.
Saat kakinya berjalan keluar dari tempat itu, bermaksud meninggalkan kediaman Adi Kusumo yang telah menyiksa putri kandungnya sendiri hingga terluka sangat parah. Baru beberapa langkah saja, terlihat beberapa orang yang mencegat kepergiannya, terdiam saat melihat kondisi Lusi yang ada di dalam gendongan.
Kedatangan empat master bela diri yang di kenal sangat hebat tengah menatap Marvin tajam juga penuh amarah, melihat kediaman Adi Kusumo sedikit rusak membuat mereka tak tinggal diam. Mereka mengepung tempat itu, karena menganggap jika perbuatan Marvin tidak benar.
Empat master bela diri ikut andil dalam permasalahan yang terjadi, mereka bernama Milano, Bimantara, Andromeda, dan Alaric, bisa dikatakan sebagai sekutu keluarga Adi Kusumo.
Keempat sekutu yang dimiliki Adi Kusumo datang untuk memberikan bantuan, mereka telah menjalin hubungan yang sangat lama. Tapi tidak mengenal dan mengetahui bagaimana sikap orang yang dibela sangatlah kejam dan juga tak berperasaan, berhati batu dan sangat ambisius.
Keempat master bela diri mengira jika keluarga Adi Kusumo orang yang saat baik, berjiwa besar pada sesama, namun semua itu hanyalah topeng untuk menutupi sikap iblis yang mendarah daging.
"Kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini." Halang Milano yang memerintahkan bawahannya untuk memeriksa tempat itu.
"Jangan menghalangiku, aku tidak punya banyak waktu." Ucap Marvin yang menggendong putri kecilnya.
"Tidak, sebelum pemeriksaan selesai." Ucap salah satu dari keempatnya.
Beberapa orang mulai memeriksa tempat itu dan hanya menemukan mayat yang bersimbah darah segar, keluarga Adi Kusumo sudah dibabat habis oleh Marvin sebagai tersangka utama karena berada di lokasi dalam keadaan utuh.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Andromeda kepada bawahan yang memeriksa tempat itu, aura yang dikeluarkannya dapat dirasakan oleh orang di sekelilingnya.
"Hanya ada mayat yang bergelimang darah, Tuan. Semua anggota keluarga Adi Kusumo meninggal, dan tidak tahu penyebabnya." Lapor sang bawahan.
"Baiklah. Lakukan penyelidikan!" titah Andromeda tegas seraya mengarahkan pandangan menyelidik Marvin sebagai tersangka.
"Laksanakan Tuan." Jawab sang bawahan yang berlalu pergi.
Andromeda memasukkan sebelah tangan ke saku celana, berjalan mendekati Marvin. "Hanya kau yang tersisa di sini, mau melakukan pembelaan?" selidiknya dengan tatapan tajam.
"Semua bukti telah mengarah padamu, dan kau tidak bisa mengelak lagi." Sambung Bimantara yang juga mendekat.
"Aku tidak ingin berdebat dan jangan menghalangiku, aku harus menyelamatkan putriku." Akhirnya Marvin mengakui Lusi sebagai anaknya di hadapan mereka, tidak mempunyai pikiran apapun selain kesehatan anaknya adalah hal nomor satu.
"Setelah apa yang kau perbuat dan sekarang ingin kabur?" cibir Bimantara tersenyum miring.
Marvin tak ingin berdebat ataupun membunuh orang-orang yang masih menganggapnya bersalah, dia hanya mencemaskan kondisi anaknya kian memburuk. "Itu balasan dari orang ambisius seperti keluarga mereka, menjadikan anakku sebagai kelinci percobaan. Aku hanya ingin menyelamatkan anakku yang di sandera oleh mereka, jadi ini hanya pembelaan diri."
"Ck, apa kau pikir kami percaya padamu? Tidak."
"Serang dan tangkap dia!" perintah Alaric dengan tatapan sengitnya, tak terima jika keluarga Adi Kusumo sudah mati di tangan pria itu. Sangat kesal setelah perkataan yang keluar dari mulut pria di hadapannya, meminta mereka untuk tidak menghalangi jalan.
Terpaksa Marvin bertarung, menggendong Lusi dalam pelukan tak menghalanginya. Ilmu bela diri yang mumpuni walau hanya menggunakan kedua kaki saja sudah menjatuhkan para bawahan dari keempat master bela diri.
"Aku tidak ingin melukai kalian, mundurlah jika ingin selamat." Ucap Marvin tegas memberikan peringatan.
"Sombong. Kau tidak akan bisa keluar dari sini!" cercah Milano yang turun tangan.
Marvin menghela nafas berat, keempat master beladiri ingin bertarung dengannya. Dia tersenyum sangat tipis, bersikap seperti air tenang namun menyimpan bahaya di dalamnya.
"Serang dia!" Bimantara mengkumando ketiga master lainnya untuk kembali menyerang Marvin yang di cap sebagai musuh.
"Tunggu!" ucap seseorang menghentikan pertarungan sengit dan sangat seru itu.
Keempat master bela diri terdiam begitupun dengan Marvin, mereka melihat kedatangan empat pengawal besar yang cukup ditakuti. Peter, Vano, Gavin, dan Dario menengahi penyerangan tidak seimbang.
Bantuan yang datang di waktu tepat, dia tersenyum tipis karena jalannya akan di permudahkan.
Terdengar suara bising yang baru datang, beberapa mobil sport berwarna hitam, motor, dan juga mobil muatan khusus ikut andil dalam menggertak keempat master bela diri.
Keempatnya master itu tersentak kaget melihat begitu banyak bantuan dari pihak musuh yang datang, bergidik ngeri saat kelima pasukan inti anggota lama dari organisasi Istana Jiwa Naga.
"Astaga…ternyata pria itu bukanlah seorang yang mudah di gertak. Siapa dia? Dan apa hubungannya dengan organisasi yang paling di takuti itu?" ucap pelan Alaric yang berkeringat dingin.
"Dasar bodoh! Apa kau tidak mengenalnya? Dia sangat berbahaya." Sambung Bimantara.
Salah seorang pria yang mengenakan jas abu-abu keluar dari mobilnya, aura yang sangat kental terasa di sekelilingnya. Dia menatap keempat master bela diri yang mencoba menghalangi Marvin, hubungan yang sudah terjalin lama tentu saja akan dia ingat. Dia menganggukkan kepala dengan hormat pada Marvin tapi tidak diperhatikan langsung oleh keempat master yang masih menganggap dan memandang rendah pria yang menjadi tersangka membunuh keluarga Adi Kusumo.
Kedatangannya memberikan pelajaran kepada si penghalang, keempat pria yang menyerang satu orang sama saja dengan pengecut. "Siapa yang berani menyentuhnya." Ucapnya dengan tegas serta tatapan mematikan terarah pada empat kecoa di hadapannya.
"Dia membunuh keluarga Adi Kusumo dan harus mendapatkan pelajaran." Milano membuka suara, namun di dalam hatinya sangat tercengang. Bukan saja dirinya, tapi ketiga master lainnya juga merasakan hal yang sama.
"Apa hubungannya dengan musuh itu?" ucap Bimantara yang begitu penasaran dan kembali mengingat siapa pria yang pernah dia temui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments