Bab 4

Marvin terdiam melihat kekesalan dari mantan kekasihnya, tidak melakukan banyak penjelasan. 

"Maafkan aku." Hanya dua kalimat yang mewakili perasaan bersalahnya. Selama lima tahun berlalu, begitu banyak yang di lewati tanpa dia sadari. 

Marvin terus menatap Lira seperti terakhir kali meninggalkannya, perasaan yang menggebu serta cinta yang masih sama besarnya tanpa berkurang sedikitpun. Rasa rindu yang mendera, ingin sekali dia memeluk wanita yang masih terlihat cantik di matanya. 

Perasaan masa lalu yang tidak bisa di bohongi, terus muncul dan mengalir semakin deras. 

Marvin tersentuh dengan mantan kekasih yang diam-diam mau melahirkan anaknya, jika wanita lain pasti sudah melakukan aborsi setelah dirinya berpamitan pergi tanpa kepastian. Cinta pertama yang begitu berkesan olehnya, seorang wanita cantik yang sangat sedih dengan dirinya yang baru muncul setelah lima tahun. 

"Lampiaskan saja kemarahanmu." 

Lira terdiam sambil mendongakkan wajahnya karena tinggi pria sekaligus ayah dari anaknya, perkataan Marvin di pergunakan dengan sebaik-baiknya, dia memukul dada bidang dengan sangat keras. 

"Kau pria brengsek dan tidak bertanggung jawab, lalu mengapa kau kembali setelah lima tahun?" Lira terus memukul dada bidang Marvin, menumpahkan kekesalan dan juga kesedihan. Dia meluapkan air mata yang selama ini berderai dan begitu banyak yang dia lewati seorang diri. 

"Dan kau wanita yang hebat dan juga ibu tunggal terbaik." 

Lira semakin kesal dan terus memukul dada bidang di hadapannya, hingga dirinya sangat lelah dan mendapat sambutan pelukan hangat dari Marvin. Air mata dan isak tangis menahan kerinduan mendalam. 

"Maafkan aku." Marvin merasa bersalah telah meninggalkan mantan kekasihnya yang berjuang sendiri dalam membesarkan anak mereka. Dia melihat betapa besarnya cinta Lira yang ditunjukkan lewat menjadi seorang ibu tunggal membesarkan seorang putri kecil, hatinya tersentuh. Mencium pucuk kepala tubuh ramping itu dan semakin tenggelam dalam pelukan hangat yang sangat di rindukan keduanya. 

Namun momen itu dirusak saat seorang wanita paruh baya mendorong pintu, pelukan juga spontan terlepas walau keduanya tidak ingin. 

Wanita paruh baya yang bernama Eva memelototi seorang pria asing yang berada di dalam rumahnya, mengalihkan pandangan ke arah Lira dan siap mengomeli nya. 

"Berani sekali kau membawa pria lain kedalam rumahku!" ucap Eva tanpa bersalah setelah menarik tangan putrinya, tatapan yang masih saja membelotot. 

"Dia yang menyelamatkan Lusi, Bu." 

"Oh ya, tapi kedekatan kalian tidak terlihat seperti itu. Siapa pria itu? Dan mengapa kau membalas pelukannya? Jangan mencoba untuk berbohong karena aku melihat semuanya dengan jelas." Kecam Eva menunjuk wajah Lira, dia tidak akan mudah untuk di tipu. 

"Di-dia__." 

"Cukup, jangan di lanjutkan." Sela Eva menghentikan perkataan putrinya, dan mulai berpikir. "Kau tidak akan mau di peluk oleh pria asing begitu saja, siapa dia? Dan mengapa kau dekat dengan pria itu? Atau jangan-jangan dia pria itu?" sontak kalimat akhirnya mulai membuatnya membuka mata, apalagi Lira terdiam saat pertanyaan terakhir. 

Lira sangat sedih dan menganggukkan kepalanya, menjawab serentetan pertanyaan dengan gerakan tubuh yang langsing di pahami Eva. 

"Ini tidak bisa di biarkan." Gejolak api amarah kembali meledak, saat wanita yang di depannya mengaku. Eva sangat kesal karena menanggung semua penghinaan dari orang-orang dan menganggap putri dan cucunya sebagai beban.

"Jadi kau pria brengsek yang kabur itu? Kenapa kau datang hari ini? Apa tidak twrpikir olehmu bagaimana Lira putriku membesarkan anakmu seorang diri dan mendapatkan penghinaan dari orang-orang. Apa kau tidak berpikir mengenai itu? Dan sekarang kau muncul tanpa rasa malu sedikitpun, sangat menjijikkan." Ucap Eva yang memaki Marvin, tapi dia lupa jika pria itu pergi karena dirinya mengusir Marvin. Menganggap dan merasa pria itu tidak pantas untuk putrinya karena miskin dan tidak ada masa depan yang baik jika bersama. 

Marvin diam-diam menerima semua penghinaan itu, dia tidak tahu apa yang di lalui Lira setelah kepergiannya dan menghilang selama lima tahun. "Akulah yang bersalah, tidak seharusnya aku pergi dan pasti Lira mengalami begitu banyak kesulitan." Batinnya. 

"Kenapa kau diam saja? Setelah berbuat dan mempermalukan keluargaku kau kembali. Kau pria pengecut dan tidak punya pendirian." Cercah Eva. 

Lira menggelengkan kepalanya, tidak kuat mendengar penghinaan ibunya. "Sudah cukup Bu, berhenti menghinanya dan jangan lupakan siapa yang menjadi pemisah." Ucapnya tegas seraya menekannya, menatap sang ibu tajam dan menyeretnya keluar dari ruangan itu. 

"Berani sekali kau mengusir ibumu hanya karena pria brengsek itu, Lira." Eva menunjukkan taringnya, hanya tahu kesalahan orang tanpa pernah melihat kesalahannya. 

"Karena ibu juga bersalah dalam hal ini." Lira menutup pintu dan makian itu berakhir. 

Marvin melihat Lira dan juga buah cinta mereka, berharap mendapatkan kesempatan untuk menebus kesalahannya. "Aku tidak akan membuatmu dalam kesulitan lagi, dan berjanji menebus semuanya. Aku juga ingin mengejarmu kembali bersama ku, dan tidak aku biarkan kau menderita lagi." Ucapnya yang bersungguh-sungguh. 

Lira tidak tahu berekspresi, luka yang cukup dia rasakan namun cintanya pada pria itu tak pernah berkurang. "Bagaimana kau bisa seyakin itu?" 

"Aku bisa segalanya untuk merebut hatimu." 

"Bagaimana caranya?" Lira tersenyum tipis saat mendengar ucapan Marvin. 

"Aku tahu bagaimana memanjakan putri kita, misalnya membawa Lusi pergi ke berbagai tujuan destinasi terkenal sedunia dalam sehari, memakan sejumlah makanan enak, bermain game dan lainnya." Dengan penuh percaya diri kembali membuat senyum terukir di wajah cantik mantan kekasih yang masih sangat dia cintai. 

"Hanya dengan itu kau begitu yakin? Baiklah, aku pegang semua perkataanmu." Lira tersenyum hangat begitupun Marvin, mereka menatap buah cinta mereka yang tertidur di atas ranjang. 

"Ya, aku akan menebusnya dan memulai denganmu kembali ketitik awal." 

Lira memikirkan kembali perkataan Marvin dan mengangguk setuju. "Baiklah, aku memberimu satu kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan." 

"Aku juga ingin tinggal di sini bersama kalian." 

"Apa? Kau ini semakin melunjak." Tutur Lira. 

"Aku mohon!" bujuk Marvin. 

"Baiklah, kau juga boleh tinggal disini. Tapi ada tiga permintaan yang harus kau kabulkan." 

"Tiga permintaan?" Marvin menautkan kedua alisnya bingung. 

"Ya, pertama adalah mencari pekerjaan resmi di SMA Bosh 7, dimana aku di tempatkan bekerja disana. Kedua adalah mengantar dan menjemput Lusi pulang sekolah setiap hari, dan ketiga adalah bisa datang kapanpun ketika putri kita ada kebutuhan seperti acara pertemuan orang tua." Lira mengajukan syarat itu karena dirinya diam-diam melihat putrinya bersedih, semua teman membawa ayah mereka sedangkan putrinya tidak. "Bagaimana? Apa kau sanggup mengabulkan ketiga permintaaan ku?" 

Dengan cepat Marvin menganggukkan kepala, dia tahu maksud dan tujuan dari mantan kekasihnya itu yang ingin jika anak mereka memiliki identitas. "Aku sangat setuju, apapun demi bisa menebus semua kesalahanku." 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!