Bunga Untuk Pangeran

Bunga Untuk Pangeran

Chapter 1 [ Kutukan ]

Aku adalah Diksi alian kebanyakan orang memanggilku pangeran karena ketampananku.

Aku yang sedari dulu hidup dalam kemewahan dan kenyamanan mengubahku menjadi sosok yang sangat arogan di tambah lagi dengan masa kelamku yang tidak banyak orang tau.

Hingga sampai suatu waktu kutukan itu datang di hidupku, melewati perantara seorang kakek pengemis yang datang ke rumah dan ingin berteduh akibat hujan yang lebat.

Aku yang sangat benci kotor dan kumuh dengan cepat mengusir kakek tersebut yang ternyata dia adalah asal mula kutukanku terjadi.

"Maaf pak tapi anda sangat kotor, bisakah anda pergi dari sini", kataku mengusir seorang kakek dengan pakaiannya yang lusuh di depan depan gerbang sembari duduk meringkuk ketika aku baru saja pulang dari kampus.

Aku yang tidak terbiasa melihat kotor sangat sungkar untuk menatap pakaian laki-laki tua yang tengah duduk di depan rumahku.

"Maaf anak muda tapi bolehkan saya meneduh sebentar, hujan sangat lebat dan saya kedinginan, saya berjanji setelah hujan reda saya akan segera pergi", kata kakek tua itu memelas dan memohon untuk tetap berada di situ sambil menunggu hujan reda.

"Maaf tapi saya harus katakan ini, anda sangat kotor dan dengan anda duduk di depan rumah lalat-lalat akan datang dan tentu saja saya sangat membenci hal tersebut", kataku yang terus mencoba mengusir laki-laki paruh baya yang akhirnya beranjak dari tempat ia meringkuk di depan gerbang rumahku.

"Baiklah, tapi ingat anak muda kesombongan hanya akan membuatmu tenggelam dalam laut kegelapan, dan setelah ini kau tidak bisa menikmati air hujan !", kata kakek tua itu yang kemudian bergegas pergi meninggalkan ku yang masih di dalam mobil dengan kaca mobil yang terbuka setengah.

***

"Diksi kau sudah pulang?", kata seorang perempuan menyambut kepulangan diksi yang memasuki rumah besarnya.

"Iya ibu, tadi aku melihat kakek tua yang lusuh duduk di depan rumah saat aku akan masuk dengan mobil, karena ia sangat kotor aku langsung mengusirnya?", kata Diksi tanpa rasa bersalah dan mengadu pada ibu tirinya.

"Ya Tuhan, apa yang kau lakukan anakku. Sepertinya aku memang gagal mendidik mu, kau tumbuh menjadi anak yang arogan dan tanpa belas kasih terhadap sesama manusia", jawab ibu yang kaget dengan pernyataan Diksi.

"Ahh persetan dengan itu, tapi apakah dia bisa di bilang manusia tubuhnya bahkan di selimuti lumpur dia seperti katak yang menjijikan !!!", sahut Diksi menambahkan dan pergi meninggalkan ibunya menuju kamar.

"Pelayan..cepat siapkan air hangat aku akan berendam, aku takut jika penyakit kulit pak tua itu menempel pada tubuhku", kata Diksi sembari menaiki tangga menuju kamarnya menyuruh pelayan untuk segera menyediakan air untuk ia membersihkan diri.

sesampainya di kamar Diksi langsung melucuti semua ornamen pakaian yang melekat di tubuhnya dan menggantinya denga handuk.

"Ini cepat buang aku tak ingin memakainya lagi", perintah Diksi pada pelayan yang sedang menyiapkan pemandian dan kemudian keluar sembari membawa pakaian yang akan di buang.

Diksi yang kemudian masuk dan mengunci diri di kamar mandi setelah pelayan keluar dari kamarnya dan mulai membenamkan setengah tubuhnya ke dalam bak mandi besar miliknya.

menggosok perlahan seluruh badannya dengan banyak macam sabun yang ia gunakan.

"Ya Tuhan yang tadi itu sangat menjijikan", kata Diksi sambil terus menggosok badannya dengan terus bergeming kesal.

"Kenapa ada orang sekotor itu di depan rumahku, ah.. merepotkan saja", katanya dengan terus melanjutkan sesi berendam air hangat yang cukup merilekskan badannya saat itu.

"ahh air hangat memang sangat cocok saat musim hujan seperti ini dan setelah lelah seharian bekerja semuanya terasa ringan", katanya lagi bergeming sambil terus menikmati sesi berendam di selingi suara hujan yang masih samar-samar terdengar dari kamar mandi tempat ia berendam.

***

"kemari mari kita makan malam bersama", kata ayah mengajak anaknya Diksi yang baru saja menuruni tangga dari kamarnya.

Diksi yang mempunyai kulit seputih susu selalu menjadi bahan pembicaraan semua orang yang ia lewati.

Dia adalah manusia yang benar-benar mencerminkan bagaimana bongkahan es itu sebenarnya.

Tak jarang banyak mahasiswa yang memberikan kado dan banyak bingkisan mewah di atas tempat kerjanya di ruang dosen.

Dan bukan hanya dari kalangan mahasiswi para dosen wanita yang bekerja satu kampus dengannya pun ikut bergabung dalam komunitas penggemarnya.

"PANGERAN" nama yang di berikan para penggemarnya di kampus.

Tak jarang dari mereka yang nekat mengirim hadiah langsung ke kediaman Diksi.

Sikapnya yang arogan dan dingin kepada setiap orang tak mempengaruhi para penggemarnya untuk menyerah dalam mendapatkan hatinya.

Mereka yang semakin membabi buta dalam menyukai Diksi dengan berbagai macam cara untuk bisa memiliki Diksi, laki-laki tertampan dengan kulit seputih susu yang membuat para wanita di butakan ketampanan ketika melihat Diksi untuk pertama kalinya tanpa mengenalnya lebih dahulu dengan segala sikap buruknya.

***

"Bagaimana tadi di kampus?", tanya ayah pada Diksi yang baru saja duduk di meja makan tepat di depan ayahnya.

"cukup baik meski bayak wanita bodoh yang selalu menggangguku", jawab Diksi dengan sombong kepada ayahnya yang masih menatap ke arahnya.

"Ibumu tadi memberi tahuku tentang sikapmu yang berlebihan", kata ayah yang sedikit memberikan teguran kepada anaknya yang arogan.

"Aku menegurnya dengan nada pelan ayah, aku tak bisa melihat sesuatu yang kotor di depanku", jawab Diksi mencari pembelaan.

"Aku tidak tau lagi harus mengajarimu bagaimana lagi, tapi kau selalu bertindak semau mu sendiri", kata ayah yang kecewa dengan sikap anaknya yang hari demi hari semakin buruk.

"Dia bukan ibuku, jadi berhenti mengatakan itu", kata Diksi dengan kesal dan beranjak dari duduknya meninggalkan makanan yang belum sama sekali ia sentuh setelah berdebat dengan ayahnya.

"Ibumu pasti juga menangis melihatmu seperti ini di sana, apa kau masih belum ikhlas dengan kepergiannya?", tanya ayah yang berbalik kesan dan tak ingin kalah argumen dengan Diksi yang masih terus berjalan meninggalkannya di meja makan.

***

Diksi yang terlihat kuat dan dingin berlari menuju kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.

Semua di mulai ketika sang ibu meninggalkannya, Diksi yang dulunya mempunyai hati yang lembut kini berubah menjadi serigala berhati dingin.

Kepergian orang yang sangat ia sayangi secara mendadak membuatnya begitu terpukul dan mengubah sikapnya.

Dengan jelas ingatan itu masih tergambar saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar.

kehidupannya yang damai langsung berubah ketika lambat laun ia melihat ayah dan ibunya mulai bertengkar tanpa alasan.

Diksi kecil yang tak mengetahui apapun mulai membenci ayahnya yang selalu berbicara keras pada ibunya.

hingga suatu malam saat ayahnya tengah lebur bekerja diksi mendengar suara aneh dari dalam kamar ibunya.

Iya berlari dan memanggil para pelayan di rumahnya untuk mendobrak pintu kamar ibunya.

namun naas pemandangan buruk yang Diksi lihat saat itu. Ibunya yang menggunakan dress pink dengan kakinya yang sudah tak menyentuh lantai dan tali yang mengikat di lehernya.

Diksi yang saat itu langsung melihat keadaan ibunya yang meninggal dengan cara yang mengenaskan seketika langsung jatuh di lantai dan tak sadarkan diri akibat shok berat yang ia dapatkan.

Terpopuler

Comments

Puricemung

Puricemung

wah dari deskripsi aja udah bikin penasaran ternyata pas masuk chapter 1 ternyata udah rame. semangat Thor

2023-01-23

2

sights sky

sights sky

nice story

2023-01-04

5

sights sky

sights sky

nice

2023-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!