Kim yang Malang

" Oke, kita sudahi kuliah hari ini. Bapak berikan tugas untuk kalian mengambil gambar bergerak dengan tema human interest "

Ujar pak darwis dosen pengantar video.

" durasainya berapa lama pak? " tanya erwin teman sekelasku.

" karena ini adalah tugas perorangan, maka durasi cukup minimal 5 menit maksimal 15 menit. Jangan lupa 5 unsur yang sudah bapak tulis di papan tulis ini harus ada di dalam video yang kalian ambil" ujar Pak Darwis.

" selain 5 unsur tersebut, juga bapak minta ada story tellingnya. Jadi tidak hanya kalian mengambil video kegiatan human interest tapi juga ada cerita di dalamnya. Oke ada pertanyaan lagi? " lanjut pak darwis melihat sekeliling.

Semua teman sekelasku diam, yang artinya tidak ada pertanyaan.

" Oke jika tidak ada pertanyaan lagi, tugas di kumpulkan 2 minggu lagi ya. Terima kasih semuanya.

Pak Darwis menutup kuliah terakhir hari ini dan meninggalkan kelas.

" Liz, kim ga masuk ya hari ini? Tumben banget biasanya dia yang paling rajin diantara kita kalo mata kuliah pak darwis " Ujar stefani yang duduk di sebelahku.

Sudah 2 hari kim tidak ada kabar, aku dan stefani sangat khawatir. Terakhir kali kami berkomunikasi, kim memberitahukan mau memulai misi merekam ayah tirinya dan tidak ada kabar sampai sekarang.

" apa kita coba datangi rumah kim saja ya? Aku khawatir sekali. Ga pernah kan kim tidak ada kabar begini " ujarku.

"Oke deh, yuk kita ke rumah kim. Aku ikut motormu ya, kebetulan aku ga bawa kendaraan hari ini karna tadi diantar ayah "

" Oke deh "

Kami bergegas keluar kelas dan menuju parkiran.

Di parkiran tidak sengaja kami bertemu dengan steven.

Aduh pakai acara ketemu steven lagi, dari semenjak aku memberikan nomor telponku padanya. Dia selalu mengirimkan pesan berisi kesehariannya, masalah masalahnya jadi seperti mengisi buku diary. Dan aku tidak pernah membalasnya sama sekali.

Ya buat apa aku balas, paling dia hanya iseng saja.

" Hi steven " stefani menyapa.

" wah mau pada kemana nih buru buru bener "

Aku tetap fokus mengambil motorku dan memakai helm tanpa menjawabnya.

" Iya kita mau ke rumah kim, dia sudah tidak masuk kuliah 2 hari " ujar stefani

" Oh gitu, temen kamu jutek banget sih stef. Bilangin jangan jutek jutek nanti suka loh sama aku " ujar steve menggodaku.

Aku hanya melirik sebentar ke arahnya dengan jutek

" ayo stef keburu sore, ga usah di ladenin orang nyebelin gitu "

" hahaha kalian berdua kenapa sih "

" Tau tuh temen kamu, sensi banget sama aku " steven cengegesan.

" kamu iseng sih pasti sama liz, ga mungkin kan temenku ini tiba tiba jutek sama kamu. Ya kan liz? "

" Udah yuk nanti keburu sore "

" Oke oke. Yuk dulan steve " stefani berpamitan

" iyah hati hati yaa, bilangin sama temen kamu bawa motornya santai saja. Sama mukanya ga usah judes judes gitu hahaha "

Ya Tuhan manusia ini bener bener hanya bikin kesal. Aku gas motorku meninggalkan makhluk yang menyebalkan itu.

Perjalanan ke rumah kim membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Stefani dan kim adalah orang asli kota ini, hanya aku yang pendatang karena aku mendapatkan beasiswa di kampus ini. Alhasil aku indekost di dekat kampus.

Sudah beberapa kali kami main ke rumah kim, jadi walaupun pendatang aku sudah hapal sekali jalan menuju rumah kim.

Di tengah jalan tiba tiba gerimis, sebelum makin deras aku memberhentikan motorku di bawah pohon.

" kita pake jas hujan dulu ya stef"

" oke oke, kamu ada 2 jas hujan? " tanya stefani.

" ada tenang saja, sengaja aku simpan 2 di bagasi motorku "

Lalu kuberikan jas hujan kepada stefani.

Setelah memakai jas hujan kami melanjutkan perjalanan.

Karena hujan aku memperlambat laju kendaraanku karena jalan menjadi licin. Setelah 25 menit berkendara kami sampai di rumah kim. Kuparkir motorku dekat dengan garasi dan kami melepas jas hujan. Syukur sampai di rumah kim hujan sudah berhenti.

Kami memencet bell " ting tong " tidak lama kemudian pintu di buka oleh ibu kim. Raut wajah ibu kim terlihat sembab seperti habis menangis.

" Sore tante, kimnya ada tante? "

" ada, mari masuk nak "

Aku dan stefani masuk ke ruang tamu kim.

" Aku khawatir Bu, kim sudah 2 hari tidak ke kampus, apakah sakit bu? " tanyaku.

Ibu kim melihat kami dalam dalam dan kemudian menangis. Aku menghampiri ibu kim dan memeluk beliau. Aku berikan waktu sampai beliau tenang.

" Tante yang salah, tante yang salah sehingga kim jadi begini " ibu kim lanjut menangis.

Aku dan stefani menebak nebak apa yang sebenarnya terjadi.

" 2 hari lalu ketika tante arisan. Kim tante tinggal di rumah bersama ayah tirinya "

" dijalan perasaan tante sangat gelisah sekali, selalu terbayang wajah kim ketika tante berpamitan. Ga biasanya kim minta ikut. Dan matanya seperti ketakutan " ujar ibu kim terisak.

" Sebetulnya tante sudah ragu untuk pergi, akan tetapi teman teman tante sudah menunggu di depan rumah untuk menjemput tante "

" karena gelisah sekali akhirnya di tengah perjalanan tante meminta tante lia untuk balik lagi ke rumah tante, niatnya tante mau ajak kim saja "

" ketika sampai rumah tante langsung mencari kim di kamarnya. Dan tante melihat ayah tiri kim " belum selesai melanjutkan kalimatnya ibu kim kembali terisak.

Selanjutnya ibu kim bercerita bahwa ia dan teman temannya mendapati ayah tiri kim sedang mencoba untuk memaksa kim untuk melakukan hal yang tidak seharusnya di lakukan seorang ayah. Walaupun belum sempat melakukan aksinya, tapi pada saat ibu kim menemukan kim, kondisinya sudah pingsan dan tertutup bantal.

Ayah tiri kim langsung kabur begitu ibu kim dan teman temannya tiba. Ibu kim sudah melaporkan ayah tiri kim kepada pihak yang berwajib.

Setelah 1 jam pingsan kim akhirnya sadar.

Namun begitu sadar kim seperti ketakutan dan tidak mau di sentuh oleh siapapun. Dia hanya menangis histeris dan menyuruh semua orang keluar dari kamarnya.

Sepertinya kim mengalami trauma dari kejadian yang menimpanya. Ibu kim berusaha membawa kim ke psikiater namun tidak bisa karena kim memberontak.

" coba kalian tengok kim di kamarnya, mungkin dengan kalian kim lebih bisa bicara "

" oke tante, aku sama stef coba ke kamar kim dulu ya tante. Tante bisa sendiri? "

" iyah nak, tante bisa sendiri "

Kemudian kami menaiki tangga menuju kamar kim. Kami coba ketuk pintu tapi tidak ada jawaban. Akhirnya aku membuka pintu. Lampu kamarnya mati, aku coba menyalakan senter dari handphone. Dan alangkah terkejutnya aku melihat kim tegeletak di lantai dengan busa di mulutnya.

" Panggil ambulan stef "

Aku mencoba mencari kontak lampu dan menyalakan lampu. Stefani memanggil ibu kim di ruang tamu dan menelpon ambulan.

Aku coba cek denyut nadinya masih berdetak.

Tolong kim, bertahanlah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!