Menyusun strategis

BAB II

Menyusun Strategi

" Hi liz ini nomor baru aku, di save ya. Steven "

Sebuah pesan masuk pop up di handphoneku.

Aku hanya melihat dan tidam aku balas.

Aku melanjutkan untuk edit foto kembali. Foto sarang burung hasil jepretan aku beberapa waktu yang lalu.

" Jangan cuma di baca dong, di bales juga liz "

Pesan masuk, lagi lagi dari steven.

Ganggu banget ini orang, rutukku dalam hati.

Aku kembali menghiraukan pesan darinya dan mulai me-edit kembali. Baru beberapa kali me klik laptopku, ada pesan masuk lagi

" katanya kemarin sudah ga marah? Kenapa pesanku tidak di balas dan hanya di baca " diakhiri dengan emoticon nyengir.

Anak ini benar benar menggangu sekali. Apa sih maunya, kenapa aku harus membalas pesan pesan darinya. Tapi aku berfikir kembali , jika aku tidak membalas pasti dia akan menghubungi aku terus tanpa henti. Akhirnya aku balas pesan dari steven

"Ok"

Aku pikir jawaban tersebut akan membuat steven tidak mengganguku lagi.

Baru mau lanjut kembali edit foto, pesan masuk kembali

" yah cuma di jawab oke"

Anak ini benar benar bikin kesel.

Aku tetap tidak membalas pesan nya.

Jam sudah menunjukan pukul 1 siang, hari ini aku janjian dengan sahabatku kim dan stefani untuk bertemu di coffee shop deket kampus.

" Girls, kita jadi ketemuan kan hr ini? "

Aku mengirimkan pesan di group yang isinya hanya kami bertiga.

5 menit kemudian kim membalas pesanku

" Jadi ya liz jam 2, aku mau menceritakan sesuatu sama kalian, aku butuh support kalian " pesan dari kim diakhiri emot tangis.

Aku sungguh khawatir dengan kim, semalam kami mendapatkan pesan darinya dengan banyak emoticon menangis. Aku coba untuk menelepon tapi tidak diangkat.

Jam 2 aku sudah standby di coffee shop. Aku melihat sekeliling hari ini suasana coffee shop tidak begitu ramai. Aku sengaja mengambil tempat duduk di pojok, agar nyaman ketika berbincang dengan teman temanku. 30 menit berlalu akhirnya stefani datang juga

" Sorry sorry liz aku telat tadi di suruh mama buat bantu bantu dulu di dapur " ucap stefani

" iyah tidak apa apa stef, aku juga baru sampai . kamu pesen dulu sana ta di aku mau pesen takut kalian sampe nya lama"

" Oke deh aku pesen dulu ya liz "

Stefani beranjak untuk memesan kopi di kasir.

Aku cek handphone dan belum ada pesan dari kim.

" Gimana kim udah ngasih kabar? " Stefani datang dengan segelas ice americano di tangan kanannya

" Belum stef, aku mau telpon takut menggangu dalam berkendara "

" iya bener banget. Kira kim mau bicara apa ya liz? Dari semalam aku kepikiran, sebetulnya kim sedang ada masalah apa? "

" Sama akupun begitu "

Tidak lama mengobrol akhirnya kim datang.

Wajahnya murung dan matanya sembab. Aku langsung berdiri dan memeluknya, dan tangisannya pecah.

Perlu 20 menit untuk kim lebih tenang dan tidak histeris.

" Aku mau cerita sesuatu dengan kalian "

Kim menatap kami berdua.

" Aku bener bener ga tau harus bagaimana "

" Beberapa kali Ayah tiriku menyentuhku di tempat sensitif " tangisan kim pun pecah kembali.

Aku sungguh kaget, menginggat ayah tiri Kim terlihat baik baik dan rajin beribadah. Lidahku kelu, aku tidak tau harus bicara apa. Aku hanya menepuk nepuk pundak kim mencoba menenangkan kim yang masih dalam tangis.

" Kamu sudah bicara dengan ibumu kim? " ujar stefani. Kim hanya menggelengkan kepala. Kim adalah Anak tunggal di keluarga nya. Jadi hanya kepada ibunya dan kami kim biasanya bercerita.

" Kalian tau kan betapa ibu sangat mencintai ayahku, aku takut ibuku tidak percaya padaku " ujar kim sedih

" Apakah kamu pernah mereka video atau mengambil foto Kim pada saat bapak tirimu melakukan hal itu pada kamu? "

Kim menggeleng " Aku berlalu takut melakukan itu " ujar kim kemudian.

Kami semua terdiam. Memikirkan harus bagaimana mencari jalan keluar untuk masalah kim. Kim pasti ketakutan sekali berada Dirumah, karena akan bertemu terus dengan ayah tirinya.

Ayah kandung Kim sudah meninggal ketika kim berumur 10 tahun dalam kecelakaan peusawat. Ayah kim seorang pilot di sebuah maskapai swasta yang sekarang sudah bangkrut. Dan ibu kim menikah lagi dengan ayah tirinya di usia tim 17 tahun. Awalnya kim menentang pernikahan ibunya tersebut, akan tetapi kim luluh oleh sosok ayah tirinya yang lembut dan baik, dan akhirnya ibu kim dan ayah tirinya menikah.

" Sudah berapa lama ayah melakukan hal itu pada kamu kim? " tanyakan stefani.

" Sudah saru bulan ini. Semula dia hanya memegang sekilas bahuku, awalnya kau pikir itu hanya bentuk kasih sayang seorang ayah. Tapi lama kelamaan ayah mulai meugang tanganku dan kemarin dia memegang pahaku dengan tatapan nakal " tangis kim pecah ketika dia mengakhiri kalimatnya. Tega sekali, ayah yang seharusnya menjaga dan melindungi anaknya malah melakukan hal tersebut dan membuat kim takut.

" Ibu kamu ke mana pada saat ayah menyentuh kamu saat itu? Tanyaku

" Adakalanya ayah melakukan itu pada saat ibu memasak di dapur atau ketika ibu sedang menyiram tanaman di kebun "

Bahkan dia melakukan hal tersebut pada saat ibu kim ada Di rumah, berani sekali.

" Saran aku, bagaimana jika kamu mengumpulkan bukti bukti dulu kim " ujarku

" iya, maksud aku, jika kamu sudah menggumpulkan bukti bukti, ibu kamu pasti percaya kalo ayah tiri kamu melakukan hal itu padamu " aku berusaha meyakinkan.

" Nanti aku pinjamkan beberapa kamera kepada kamu, pada saat ibu sedang tidak bersama kamu, kamu dapat meletakan kamera itu "

" Tapi kamera kan besar, bagaimana menembuyikan agar ayah kim tidak tau? " Ujar Stefani.

" Tenang kamera sport seperti go pro kan kecil, dan baterainya juga lebih tahan lama. Jadi aku rasa lebih mudah untuk di sembunyikan "

" Bagus juga ide liza, tapi kamu bisa tidak kim untuk melakukan itu? " ujar stefani

" Aku coba dulu, karena setelah keujadian itu aku benar benar takut berada di deket ayah tiriku " Wajahnya kim terlihat tertekan.

Akhirnya kami menyusun strategi untuk mengumpulkan bukti bukti untuk mengungkap apa yang sudah di lakukan oleh ayah tiri Kim.

Semoga saja dengan bukti bukti yang nanti akan kami kumpulkan, ibu kim dapat percaya dengan kim.

Tidak terasa hari sudah gelap, kami bertiga keluar dari coffee shop dan menuju rumah masing masing. Baru mau membuka kunci, masuk pesan di handphone aku. Bergegas aku Buka, aku takut kim yang mengirimkan pesan dan butuh bantuan. Begitu aku lihat layar handphone, ternyata pesan sari steven

" Hari ini aku seharian main sepeda dengan teman kampus. Dan baru pulang sekitar 30 menit yang lalu. Rencananya besok aku dan teman teman akan bersepeda lagi di rute yang lebih panjang. Doakan rencananya lancar ya "

Dasar sinting, buat apa dia mengirimkan pesan seperti ini kepadaku Heran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!