Binatang buas

Dikamar kim sedang memegang beberapa kamera yang liz pinjamkan. Dia coba merekam dengan kamera kamera tersebut, dan berfikir bagaimana nanti dia harus menjebak ayah tirinya. Jauh dilubuk hatinya kim sangat takut, akan tetapi ia membulatkan tekadnya untuk melakukan hal ini agar ibunya percaya dengan perkataan kim.

Kim berharap dengan bukti itu Ibunya akan mempercai kim dan menceraikan ayahnya.

" Tapi kenapa tidak kamu coba dulu bicara dengan ibumu kim " Ujar liza kemarin saat bertemu di coffee shop.

" aku kan sudah bilang, aku takut ibuku tidak akan percaya. Karena selama ini ayah tiriku terlihat sangat baik "

" tapi mengambil resiko dengan merekam ayah tirimu seperti ini, aku pikir bukan ide yang bagus juga "

Kim terdiam. Memang benar ini adalah tindakan yang sangat beresiko, kimpun tidak yakin apakah aku bisa melakukannya ? Dengan sedikit keberanian yang ia punya, kim memutuskan melakukan hal ini.

Sekarang menunjukan pukul 4 sore, biasanya sore hari ibunya menyiram tanaman di depan dan biasanya ayah tiri kim akan melakukan hal hal yang tidak semestinya di lakukan kepada kim.

Kim mengambil 1 kamera sport dan beranjak keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ruang tamu. Ia melihat ibunya sedang dandan di depan kaca ruang tamu.

" Ibu mau kemana? " tanya kim

" ibu mau arisan biasa sama tante lia dan temen mama yang lain "

" Aku ikut ya ibu " rengekku

" Tante lia sudah menunggu di luar sayang, ga enak kan kalo harus menunggu kamu siap siap dulu "

" sebentar kok ibu aku hanya mengganti bajuku, ya ibu "

" Besok lagi ya sayang, ibu janji deh di arisan berikutnya ibu akan ajak kamu. Lagi juga tidak lama kok "

" memang sampai jam berapa bu? " tanya kim lemas.

" tidak lama sayang mungkin hanya sekitar hmm 1-2 jam saja "

Selesai mengoleskan lipstik di bibir dan berkaca sebentar, ibu menghampiri aku yang sedang duduk di kursi ruang tamu.

" Ibu berangkat dulu ya sayang " ujar ibu sembari mencium pipiku.

" hmm ayah dimana bu? Ikut ibu juga? "

" tidak sayang, ayah sedang tidak enak badan. sedang tidur tuh di kamar. Sudah ya ibu pergi dulu, temen temen ibu sudah menunggu di luar "

Mendadak bulu kuduk kim merinding, membayangkan kim hanya berdua dengan ayah tirinya di rumah.

Ibu menghampiri mobil tante lia, dan di dalamnya sudah ada gank ibu, tante wilona, tante sisca dan tante merry.

" Dah sayang " ibu melambai dan mobil tante lia sudah keluar dari pekarangan rumah kim.

Kim menaiki tangga menuju ke kamarnya yang berada di lantai 2 sembari melirik kamar ibunya. Lampu kamar Ibu mati, mungkin memang benar ayah sedang tidur. Aku mempercepat menaiki tangga dan menutup pintu kamarku. Ketika ingin mengunci kamar kim baru ingat jika kunci di kamarnya macet. Coba kim putar putar masih belum bisa.

Sial. Tambah takut rasanya ada di rumah bersama ayah.

Kim memutuskan untuk menyalakan kamera dengan mode rekam lalu 1 kamera kim taruh diatas meja belajar dan 1 di atas asembling diatas kasur kim. Kim cek kembali semua kamera sudah dalam kondisi on.

Setelah mengatur semua kamera, kim memutuskan untuk mandi, baru meraih handuk yang tergantung di belakang pintu ada ketukan di pintu kamar kim.

" Kim " dilanjuti dengan ketukan 3 kali. Bulu kuduk kim berdiri semua. Kim mengenali suara itu, suara ayah tiri kim.

" i iyah yah " jawab kim terbata

Lalu ayahnya membuka pintu kamar kim.

" Sepertinya ayah masuk angin kim, bisa pijit ayah? "

Kim yakin sekali wajahnya saat itu sudah merah padam, takut sekali rasanya. Badan kim gemetar, tenggorokannya tercekat, sekujur tubuhnya terasa lemas.

" a..aku ga bisa pijit ayah "

Ayah beranjak masuk ke kamar tanpa kim persilahakan.

" coba dulu pijit sedikit punggung ayah sama leher pelan pelan saja " ayah langsung duduk di pinggir tempat tidur.

Kim tidak punya pilihan selain memijit ayahnya.

" ayah bawa obat gosoknya? "

" bawa nih " ayah menyodorkan obat gosok kepada kim

Ayah mulai membuka baju.

" Ayah kok buka baju? "

" ya memang harus buka baju jika dipijit kim, ayo mulai pijitnya "

Kim membalurkan minyak gosok ke punggung Ayah, ragu ragu mulai kim tempelkan tangannya dan mulai memijit.

" nah itu bisa " ucap ayah

" terus pijat kebawah kim, yang pundak sudah agak enakan "

Kim menurunkan tangannya lebih ke bawah.

" Nah bener disitu, lebih keras ya kim "

Sudah 20 menit berlalu dan rasanya sangat jijik harus memijit ayah seperti ini, ingin nangis tapi tidak bisa. Kim hanya berharap semoga semua kamera yang di pasangnya merekam dengan benar.

" Sudah selesai yah "

Ayah menggerakan kepalanya ke kanan dan dikiri sambil menggerak gerakan tanganya.

" nah sudah enakan nih kim, makasih banyak ya "

Ayah memakai bajunya kembali.

Lega sekali rasanya, selama sesi pijat ayah tidak berlaku aneh aneh.

" Kamu suka warna pink ya kim? Ayah lihat barang barang di kamar kamu banyak yang berwarna pink "

" Iya yah " jawabku sekenanya.

Ayah masih melihat lihat sekeliling kamarku dan masih dalam posisi duduk.

" Ayah ga istirahat saja di kamar yah? Biar badannya enakan yah "

" Ayah sudah enakan kim berkat pijitan kamu "

Ayah menaruh tangannya di paha kim dan badan kim bergetar hebat.

" loh kamu kenapa gemetaran kim? Santai saja sama ayah " ayah mulai membelai paha kim lebih dalam

" ja jangan yah " kim berusaha menepis tangan ayahnya dari pahanya tapi entah kenapa tenaganya tidak besar dan kalah dengan tenaga ayah.

Ayah semakin berani untuk menyentuh bagian tubuh kim yang lain dan kim mulai menangis. Ia tidak kuasa melawan karena tubuhnya lemas. Ayahnya berusaha mendaratkan bibirnya di bibir kim, ia berusaha sebisa mungkin untuk mendorong ayahnya.

" Ayah tolong jangan " kim makin histeris

" Sudah tidak apa apa, ayah melakukan ini karena sayang dengan kamu kim "

Sekujur tubuh kim kaku, ia sangat ketakutan dan tangisnya makin histeris, ini sangat menakutkan dan seperti mimpi buruk untuk kim. Ia berusaha berteriak dan meminta tolong berharap ada seseorang yang mendengarnya.

Runtuh sudah kelembutan dan kebaikan ayah yang ditampakan selama ini. Orang di depannya seperti binatang buas yang sedang berusaha memangsa mangsanya. Matanya begitu mengkilap dan tenaganya sungguh besar.

Kim masih berusaha menendang badan ayahnya dengan kakinya karena kedua tangan kim di pegang oleh ayahnya.

" Tolong..tolong.." kim berusaha teriak.

Mungkin karena suaranya yang makin besar ayah meraih bantal yang ada disampingnya dan menutup wajah kim dengan bantal. Kim terus menendang badan ayahnya. Nafasnya sesak karena di tutup bantal, tubuhnya semakin lemas. Sebelum ia kehilangan kesadarannya. Terdengar seseorang berteriak

" kurang ajaaaarrr, kamu sedang apaaaa "

Dan kim sudah tidak sadarkan diri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!