Menikah Dengan Musuhku : Luka Dalam Pernikahan
"Mama, aku mohon... jangan pergi, jangan tinggalkan kami," rengek seorang bocah yang sudah satu jam ini menangis, merayu ibunya untuk membatalkan niatnya untuk pergi dari rumah itu.
Suasana rumah tampak kacau, barang bertebaran di mana-mana, pecahan vas, gelas wine dan benda pecah belah lainnya tampak berserakan di atas lantai ruangan, mulai dari ruang makan hingga ke ruang keluarga.
Malam itu tidak akan terlupakan bagi Rain. Pedih, terluka bahkan membuatnya seolah mati. Ibunya menyalak, membalas amukan ayahnya yang sempat melayangkan tangan di pipi sang ibu.
Dari tempatnya bersembunyi, Rain, bersama sang adik mendengar sumpah serapah, cacian dan juga ancaman. Suara yang berasa dari dua orang yang sudah memberikan kehidupan baginya dan juga adiknya Timo, yang saat itu masih berumur dua empat tahun.
"Apa yang terjadi pada mama? Kenapa Papa memukul Mama?" bisik Timo penuh ketakutan. Selama ini dalam pandangan mereka, Richard Clay merupakan pria baik, bijaksana dan sangat penyayang.
Ayahnya kerap mengajak mereka bermain dan berlibur ke tempat yang menyenangkan. Tidak pernah sekalipun, Rain atau Timo melihat ayahnya marah, hingga malam ini.
"Apa kau tidak punya malu, teganya kau bercumbu dengan pria brengsek itu! Tidak bisakah kau melupakan masa lalumu? Kau sudah menikah denganku, dan kita sudah punya dua orang anak. Apa kau tega membuang kami hanya demi pria brengsek itu?" kembali terdengar umpatan Richard yang sampai ke telinga Rain dan Timo.
"Timo, mau'kah kau menonton serial Blaze?" tanya Rain mengalihkan perhatian Timo agar tidak terus menatap ke arah kamar tidur, tempat dua orang yang katanya sudah dewasa sedang menekankan ego masing-masing.
Timo mengangguk dengan senyum gembira, setiap Rain mengizinkan untuk meminjamkan ponselnya untuk menonton serial anak-anak itu, Timo pasti akan sangat gembira. Segera Rain memasangkan headset ke telinga Timo, menyetel suaranya sedikit lebih keras.
Suara deret roda koper mulai berdecit di lantai, menyita kembali perhatian Rain. Tampak Megi sudah menyeret koper keluar dari kamar, terus berjalan ke arah ruang tamu.
"Timo, kau tunggu di sini," ucap Rain, lalu keluar dari bawah kolong meja.
Anak itu berlari mendekati ibunya. Tampak Richard juga sudah berjalan menyusul Megi dengan sisa air mata di pipi pria itu.
"Aku mohon, Meg, jangan pergi. Kasihan anak-anak ini. Mereka masih kecil, masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang darimu, terlebih Timo. Aku mohon, aku minta maaf kalau tadi sempat hilang kendali menampar mu, aku minta maaf, Meg," ucap Richard terus memohon. Rain yang sudah berdiri di dekat sang ayah ikut menangis.
"Aku gak bisa, Chard. Biarkan aku pergi, kau tahu aku gak bahagia hidup bersamamu. Sejak awal aku sudah bilang kalau aku mencintai pria lain, tapi kau tetap ingin menikah denganku. Jadi kalau sekarang aku ingin pergi, jangan kau halangi lagi," jawab Megi, menepis tangan Richard. Sedikitpun dia tidak tergugah atas permohonan suaminya, bahkan pria itu sampai bersujud memohon dengan berurai air mata.
Untuk sesaat, Megi terdiam, menatap Richard yang saat ini sudah berlutut di depannya. Sebenarnya terbuat dari apa hati pria itu, masih mengharapkan dirinya, padahal baru lima jam lalu dia memergoki Megi sedang bercumbu dengan kekasihnya di sebuah hotel.
Megi yang juga menangis, menghapus jejak air mata di pipinya. "Aku gak bisa, Chard, aku mencintainya. Maafkan aku, dan aku mohon lupakan aku," ucap Megi bergegas menyeret kopernya.
"Mama, jangan pergi, aku mohon... jangan pergi," isak Rain berlari menyusul ibunya hingga ke teras rumah.
Megi berhenti, berjongkok di depan putranya yang kini sudah berusia sembilan tahun itu. Menangis lalu memeluk Rain erat. Pelukan perpisahan yang akan menjerat Rain sepanjang hidupnya.
"Maafkan Mama, Rain. Mama harus pergi. Kamu jaga asik kamu ya. Mama titip Timo dan juga Papa," ucap Megi setelah melerai pelukan mereka. Lalu tanpa berkata apapun lagi, Megi pergi... pergi untuk selamanya.
Tersadar ibunya sudah akan memasuki mobil yang sejak tadi di sana, menunggu sang ibu, Rain berlari, berteriak memanggil ibunya agar berhenti, tapi tetap saja Megi tidak peduli.
"Mama... Mama... jangan pergi.. Mamaaaaaa...."
Hufffh... Hosh... Hosh...
Rain mengusap wajahnya yang berkeringat dengan kedua tangannya. Mimpi buruk itu datang lagi. Dulu setelah kepergian ibunya, hampir setiap malam Rain bermimpi hal yang sama, berulang tentang kejadian malam itu.
Lalu setelah menginjak remaja, mimpi itu memudar, hanya sesekali, lalu tidak pernah datang lagi ke mimpinya selama puluhan tahun usianya.
Namun, beberapa bulan terakhir ini, mimpi itu muncul lagi.
Rain menyampirkan selimutnya, lalu menapaki lantai kamar menuju pintu balkon kamarnya. Membiarkan udara malam menyapu lembut wajah tampannya.
20 tahun sudah berlalu sejak kejadian itu, Rain yang sudah mencoba melupakannya dan berhasil, tapi entah mengapa malam ini dia kembali bermimpi. Sampai kapanpun Rain tidak akan pernah memaafkan ibunya yang tega meninggalkan adik dan juga dirinya hanya demi laki-laki lain.
Setelah kini dia menjadi pengusaha yang sukses Rain berjanji akan mencari wanita itu dan menghancurkan ibunya bersama dengan keluarga barunya.
Kepergian ibunya membuat dendam mendalam bagi Rain, pria itu terbentuk menjadi karakter yang arogan dan berhati dingin. Sejak melihat ibunya yang sudah meninggalkan mereka demi pria lain, membuat Rain bersumpah tidak akan memaafkan wanita itu.
Waktu berjalan, tapi sang ayah masih tidak bisa menerima kepergian sang istri, setiap hari hanya menenggelamkan dirinya dalam lautan minuman yang membuatnya selalu mabuk. Rain sudah berusaha untuk menyadarkan sang ayah, tapi pria itu memilih untuk tetap larut dalam masa lalunya yang menyedihkan, hingga suatu saat ketika dia pulang dari bar, seseorang menabraknya hingga meninggal dunia.
Kepedihan Rain akan meninggalnya sang ayah tidak sampai disitu, adiknya yang dikhianati oleh seorang gadis pun memutuskan untuk bunuh diri di apartemennya. Hati Rain hancur, tidak terima dengan kematian adik kesayangannya.
Duka itu semakin mendalam, di setiap harinya. Rain kesepian, dan dendam selalu menggerogoti jiwanya, meminta untuk dipuaskan oleh orang-orang yang bertanggungjawab atas penderitaannya.
Kadang Rain menyesal pernah dilahirkan di dunia ini. Tidak ada artinya harta dan kekuasaan yang dia miliki, sementara dia ditinggalkan oleh orang-orang yang sangat dia sayangi.
Ayahnya bahkan tidak pernah menghiraukan Rain dan Timo ketika masih hidup. Hanya berteman dengan alkohol dan juga kepedihannya, menghabiskan sisa hidupnya hanya merenung dan menunggu kepulangan ibunya yang tidak pernah kunjung datang.
Sementara Timo tidak jauh berbeda dari ayahnya, pria menyedihkan yang lemah. Hanya karena seorang wanita dia memilih untuk mengakhiri hidupnya, meninggalkan Rain sendiri menjalani kehidupannya yang sepi.
Tapi Rain yang sudah terbentuk dengan masa lalu yang pedih tidak akan tinggal diam, akan membalaskan setiap dendam dan sakit hati yang dia rasakan.
Rain memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki sebab kematian adiknya hingga membawa Rain pada satu nama wanita yang dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas kematian adiknya.
"Aku akan membuat perhitungan denganmu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Mom Dee🥰🥰
dua apa empat tahun nie thor, apa dua puluh empat tahun 😆😅
2023-01-31
0
Aas Azah
aku mampir thoor langsung tekan favorit, semangat 💪
2023-01-11
1
@Ani Nur Meilan
Hadir kk...
Rain kehidupan mu sangat menyedihkan ditinggalkan oleh orang2_terdekat mu.. 😞😞😞
2023-01-09
1