Kau Tidak mengenalku, Mama?

"Saaaaaah...!" teriak hampir semua orang yang ada di ruangan itu, lalu semuanya bersama-sama mengucapkan rasa syukur mereka, hanya dua orang di sana yang tidak berucap, kedua pengantin yang saling membenci itu!

Acara akad nikah itu berjalan dengan cepat, sederhana dan juga apa adanya, artinya hanya berapa orang yang menjadi saksi, hanya beberapa orang yang diundang dan hanya beberapa jenis hidangan yang disiapkan, tidak ada kemegahan, kemewahan ataupun kemeriahan.

Semua tampak sederhana dan begitu cepat. Dara masih tidak bisa menerima kenyataan pahit yang menamparnya, kini dia sudah menjadi istri dari pria yang kini duduk di sebelahnya.

Sejak tadi dia menunduk, tidak sudi menatap ke arah suaminya, bahkan ketika orang-orang di sana memintanya untuk mencium tangan suaminya, dia tidak berani menengadahkan wajahnya untuk melihat bagaimana rupa pria yang sudah menikahinya itu.

Sementara itu, perhatiannya Rain justru tersita kepada sosok wanita yang masih terlihat cantik yang terakhir kali ditemui 20 tahun silam, ketika Wanita itu sudah berhasil mengoyak hatinya dan menghancurkan kebahagiaan keluarganya.

Melihat wanita itu ada di sana, kembali bayangan hitam dan mimpi buruk itu melintas di wajah Rain, seolah dia baru saja mengalami hal itu.

Kenapa takdir begitu kejam kepadanya? Mempertemukannya dengan ibunya yang bahkan sudah tidak mengingatnya? Tapi bukankah ini yang dia inginkan? Bertahun-tahun dia mencari keberadaan ibunya, tapi tidak dia temukan.

Siapa sangka, justru dia dipertemukan kembali dan kini menjadi keluarga. Untuk sesaat, Rain berpikir bagaimana kalau suatu hari nanti, di depan semua keluarga istrinya ini, dia mengatakan bahwa dia adalah anak dari wanita yang bernama Megi itu.

Hal yang paling gila yang pernah dilakukan sepanjang hidupnya menikahi anak dari ibunya, yang artinya menikahi adiknya sendiri.

Sumpah demi apapun, Rain ingin sekali tertawa saat itu juga. Dia tidak menyangka bahwa dirinya bisa sekejam ini, demi membalaskan dendam dia melakukan hal itu, tapi tidak mengapa karena tujuan dia hidup hanya untuk ini.

"Selamat untuk kalian berdua. Mama senang akhirnya kamu sudah menikah. Kamu harus menurut apa kata suamimu, ya Ra," ucap Megi membelai lembut pipi putrinya, lalu dia menoleh ke arah Rain.

Persekian detik jantung Rain seolah berhenti berdetak. Mereka begitu dekat dan rasanya, ingin sekali mengencangkan tubuh ibunya, berteriak kepadanya dengan sekuat tenaga mengapa dia meninggalkan mereka bertiga kala itu.

Apa kurangnya ayahnya dibandingkan dengan pria yang saat ini menjadi suaminya? Ayahnya juga sangat tampan dan terlebih, dia begitu baik kepada Megi, tidak pernah menyakiti bahkan bertindak kasar kepada wanita itu kecuali pada malam itu ayahnya lepas kontrol, menampar pipi ibunya karena kepergok sedang berselingkuh dengan seorang pria yang diketahui Rain adalah kekasih ibunya, dan dia yakin pria yang dulu dimaksud oleh ayahnya adalah Dito Metto.

Megi menatap lekat wajah Rain, senyum yang sejak tadi mengembang di bibirnya seketika perlahan memudar seolah sorot mata Rain membawanya, tersedot pada satu kenangan yang sudah begitu lama dia lupakan, tapi kemudian dia menepis pikiran itu kembali tersenyum kepada Rain dan menyalami pria itu.

"Selamat datang di keluarga Matteo, Mama berdoa semoga kalian berdua selalu bahagia dan cepat dikaruniai momongan. Mama sudah tidak sabar untuk menggendong cucu," ucap Megi menggenggam erat tangan Rain.

Selama hidupnya, Rain tidak pernah segugup ini menghadapi siapapun, bahkan justru orang lain yang berhadapan dengannya yang ketakutan dan gemetar hanya dengan melihat sorot matanya saja. Nama besar Laluka selalu membuat orang-orang gemetar tapi kini wanita yang berasal dari masa lalunya itu berhasil meruntuhkan kekuatannya.

Rain tidak dapat berkata apapun. Dia tidak membalas atau mengucapkan terima kasih atas ucapan selamat dari ibu mertuanya.

Diliriknya jam yang ada di pergelangan tangan, acara sudah selesai, dia merasa tidak perlu untuk tinggal lebih lama di tempat itu.

"Kalau begitu kami pamit dulu! kami harus segera pulang, banyak hal yang harus aku kerjakan hari ini," ucapnya dengan nada tegas dan tidak terbantahkan.

Senyum di wajah Dito dan Megi seketika menghilang menatap ke arah Rain. Mereka tentu tidak menyangka menantunya itu akan segera pergi di tengah acara yang sedang berlangsung.

Pengucapan janji suci memang sudah mereka lakukan tapi masih banyak para tamu undangan yang tadi menjadi saksi dan perwakilan dari beberapa keluarga yang masih tinggal di sana.

Tentu saja bukanlah sikap yang sopan jika meninggalkan acara itu bersama dengan para tamu undangan.

"Tapi acara belum selesai. Kita juga harus mendoa, menutup acara ini agar kalian diberi kebahagiaan," ucap Matteo berusaha menahan langkah Rain. Dia tidak ingin dipermalukan seperti ini di depan para tamu undangannya.

Namun, sorot mata tajam Rain yang melirik ke arah tangan Dito yang menempel di lengannya, membuat pria paruh baya itu segera menarik tangannya, dengan gemetar dan ketakutan dia menurunkan tangannya dari tubuh Rain.

"Ikutlah bersama suamimu. Pulanglah bersamanya," ucap Dito beralih kepada putrinya.

Sekian lama mengikuti acara itu, baru kali ini Dara berani mengangkat wajahnya, menatap ke arah Rain saat itu terlihat begitu Arogan dan sinis menatap satu persatu orang-orang yang ada di hadapannya itu.

Bola mata Dara terbelalak, dia tidak menyangka bahwa yang dinikahinya adalah monster! Sikap macam apa meninggalkan orang-orang yang datang ke acara akad nikah mereka?

Sedikitpun pria itu tidak menghargai keluarganya, bahkan dengan pulang di tengah acara seperti ini akan mempermalukan orang tuanya di depan para tamu undangan.

Dara tidak terima, dia menolak untuk pulang bersama pria itu, tapi Megi segera mendekatinya dan membujuk putrinya itu untuk menurut.

"Pulanglah, besok kau juga bisa datang ke sini untuk bertemu Papa dan Mama," ucap Megi membelai puncak kepala putrinya.

Rain tidak ingin mendengar basa-basi ala keluarga sempurna itu, dia segera meninggalkan mereka. Tommy berjalan di belakang Rain yang senantiasa setia untuk melindungi bosnya itu.

Hanya selang 10 menit setelah kepergian pria itu, Dara masih berpamitan kepada semua anggota keluarganya, tapi bunyi klakson yang dibunyikan oleh Rain menunjukkan betapa arogansinya pria itu.

Ketakutan akan amarah Rain, Dito segera menarik tangan Dara, mengantarnya hingga ke depan mobil Rain.

"Pergilah Ra, jangan sampai kau mengundang amarah suamimu! Kau harus ingat, dia bukan orang sembarangan. Apapun yang dikatakannya, kau harus menuruti ucapannya," ucap Dito mengingatkan Dara untuk tidak terpancing emosi. Dia mengenal putrinya yang sedikit keras kepala itu, dia pasti sangat membenci Rain saat ini.

Dara tidak ingin menangis, dia mengangkat dagunya tinggi saat memutari mobil untuk membuka pintu yang ada di sisi lainnya. Dia duduk tepat di samping Rain dan menutup pintu dengan kuat.

Tanpa mengucapkan salam atau berpamitan pulang kepada Dito, Rain sudah memerintahkan Tomi untuk menjalankan mobil dan meninggalkan kediaman Matteo.

Terpopuler

Comments

fitriani

fitriani

itu tommy siapa??? d awal nama asistennya tiger🤔🤔🤔🤔

2023-03-27

0

Neng Ati

Neng Ati

ditunggu lanjutannya

2023-01-05

1

Tety Novianty

Tety Novianty

penasaran sama cerita nya smoga up Ny rutin ya kaya novel yang sebelumnya

2023-01-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!