My Husband Is Like A Devil
Dengan senyuman manis terpatri di bibir lengkap dengan sebuah rangkaian bunga mawar putih yang di buat semanis mungkin. Pria tampan itu terus saja menunduk menatap kotak beludru manis yang berada dalam genggamannya.
Kaki yang dibalut dengan sebuah sepatu pantofel mahal pun sedaritadi terus saja menghasilkan bunyi yang mengisi kesunyian di dalam lift.
Bunyi dentangan lift membuat netra pria itu beralih. Dengan langkah lebar pria itu terus saja menuju unit dimana sang kekasih tinggal.
Deg
Deg
Deg
Seiring langkah kakinya terus mendekati, degup jantungnya pun ikut semakin berdebar kencang tak karuan.
Ia lantas menggesekan kartu akses unit apartement sang kekasih yang ia pegang kala sampai di depan pintu. Senyumannya kian melebar, mencoba menerka nerka reaksi yang akan kekasihnya berikan kala melihat dirinya membawa sebuket bunga dan sekotak beludru.
Namun sayang seribu sayang, bukannya reaksi sang kekasih yang ia dapati...yang ada , malah adegan tak senonoh yang ia dapatkan.
Senyuman manisnya lantas redup melihat kekasihnya tengah tiduran manis di atas meja makan dengan tubuh yang tak tertutupi sehelai benang pun dengan seorang pria yang tengah mencumbu.
Kekasihnya...
Gadis yang ia jaga selama ini , kini sudah dirusaki oleh pria lain dan bukan dirinya.
Hatinya seakan akan jatuh. Nafasnya begitu tercekat dan air matanya kini sudah terjatuh membasahi pipinya. Bunga yang ia genggam kini jatuh tergelak tak berdaya di lantai membuat kedua sejoli yang tengah bersetubuh itu tersadar lantas menoleh menatapnya.
Dapat dilihat ekspresi keterkejutan yang gadis itu tampilkan.
Gadis?... ah dia sudah bukan gadis lagi tetapi seorang wanita.
Wanita itu langsung mendorong pria yang menindihnya lalu segera dengan terburu buru menutupi tubuhnya dengan handuk yang tergeletak di lantai sedaritadi. Wanita itu segera melangkah mendekatinya.
"Berhenti disitu, Vika."ujarnya membuat langkah kaki wanita itu terhenti.
"Rey. Aku bisa jelasin."ujar Vika namun langsung mendapatkan gelengan dari Rey.
"Jelasin bagaimana, Vika? Sudah jelas aku lihat dengan mata kepala aku sendiri. Aku bukan pria t****."
Vika menggelengkan kepala lalu mencoba melangkah mendekati Rey namun pria itu segera memundurkan langkahnya mencoba agar bagian tubuhnya tak disentuh wanita itu.
"Jadi begini kelakuan kamu selama di Chicago? Kamu bilang kalau kamu kesini buat kuliah dan janji nggak macam macam di sini. Namun...nyatanya, kamu malah bermain gila dibelakang aku."
"Semurah itu kah, keperawanan kamu?"
Sungguh, hati Rey benar benar sakit. Pria itu menangis melihat perempuan manis dihadpannya ini.
Pria itu segera melempar kotak beludru yang ia genggam erat dengan tangan yang gemetar hebat ke arah Vika.
"Niat hati ingin melamar kamu agar kamu tidak macam macam namun yang aku dapati malah persetubuhan kamu dengan pria lain. Aku kira kamu akan tetap seperti gadis baik baik dan tidak macam macam di luar negeri. Aku begitu percaya kalau kamu bakal pegang janji dan bakal menikah dengan aku. Tapi nyatanya...kamu malah mengingkari semuanya. Sepertinya hubungan kita cukup sampai disini. Selamat berbahagia di atas penderitaan aku, Vika. Kamu menang."
Setelah mengatakan hal itu, Rey segera melangkah pergi meninggalkan Vika yang terpaku kaget menatap kotak beludru itu.
****
Setelah keluar dari apartement itu, Rey segera mengemudikan mobilnya gila gilaan. Pria itu begitu sakit hati dibuatnya.
Ia kira cinta pertamanya akan jadi cinta terakhirnya namun nyatanya harapannya harus sirna kala mendapati kekasihnya dengan pria asing tengah bercumbu.
Sia sia sudah enam tahun selama ini. Semuanya sudah tidak ada artinya lagi.
Rey lantas berteriak hebat melepaskan amarahnya sambil memukul mukul setir.
Namun sayang seribu sayang belum sempat Rey melepaskan semua sakit hatinya, tiba tiba saja ia merasakan hantaman yang begitu kuat datang dari arah samping.
Dalam sepersekian detik, mobil yang ia kemudikan terguling hebat.
Hal terakhir yang terlintas dipandangannya ialah senyuman manis kekasih hatinya yang kini sudah menjabat sebagai mantan kekasihnya.
****
Satu bulan pun berlalu...
Dengan perlahan, kelopak mata yang terasa berat kini terangkat sempurna.
Plafon putihlah yang masuk pertama kali di pandangannya. Bau obat obatan khas langsung menusuk indra penciumannya dan sebuah suara memasuki pendengarannya.
Netra Rey segera bergulir ke arah sampingnya. Ternyata ibunyalah sang pemilik suara.
Setelah memastikan siapa yang ada di sisinya, ia pun kembali menutup matanya mencoba masuk kedalam alam bawah sadarnya.
Seminggu berlalu setelah ia sadar.
Netra Rey lantas jatuh menatap kedua kakinya yang berada di balik selimut.
Air matanya langsung jatuh mengingat dua hari yang lalu dimana ia mendengarkan ucapan dokter yang menyatakan bahwa ia mengalami kelumpuhan.
Hanya mendengar bahwa ia lumpuh, Rey lantas berteriak histeris sejadi jadinya.
Pria itu begitu tak terima mendengar ucapan sang dokter sehingga pada akhirnya ia pun di bius.
Kini suasana hati Rey sedikit menurun dan tak terlalu terguncang lagi.
Sedaritadi netranya terus terpaku pada kakinya. Ia lantas menoleh menatap ibunya, Laras tengah tersenyum sendu sambil mengusap usap punggung tangan kanannya yang tak di infus.
"Kenapa hmm? Mau makan apel?"tanya Laras ketika melihat pandangan anak sulungnya yang sedaritadi berada pada sebuah apel.
Rey yang mendengar hal itu lantas mengangguk pelan membuat Laras mengangguk mengerti. Wanita itu segera meraih apel, piring dan sebuah pisau. Dengan telaten wanita itu mengupasnya.
Laras segera mengerutkan keningnya bingung melihat Rey menyingkap selimut yang menutupi kakinya.
"Kena- Aaaaaa!!!"
Belum juga bertanya, Laras kini harus berteriak histeris bahkan apel yang ia kupasi kini sudah jatuh berserakan dikarenakan kini pandangannya jatug pada Rey anaknya yang tengah menusuk nusuk kedua kakinya dengan pisau.
"Ya, Tuhan!!"jeritnya lantas menekan hebat tombol darurat.
Wanita itu menangis menatap anaknya yang kini malah tertawa setelah menikam nikam kakinya.
"Hiks..Rey, sudah nak! Berhenti!!"teriaknya langsung memeluk anaknya dan tak berselang dokter dan suster pun datang.
Setelah kejadian tersebut, Rey menjadi orang yang pendiam,dingin,tak banyak bicara,jarang tersenyum,pemarah dan emosional.
Rey membangun dinding pemisah. Hal iti membuat keluarganya sedih dan murung melihat Rey yang menyibukan diri dengan lembur kerja di kantor yang ia dirikan,tak ada lagi yang membahas yang namanya Vika. Nama tersebut sudah menjadi hama dan musibah bagi keluarga Rey serta saat setelah kejadian tersebut keuarga Rey mulai membenci mantannya Rey yang bernama Vika itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments