Dengan senyuman manis terpatri di bibir lengkap dengan sebuah rangkaian bunga mawar putih yang di buat semanis mungkin. Pria tampan itu terus saja menunduk menatap kotak beludru manis yang berada dalam genggamannya.
Kaki yang dibalut dengan sebuah sepatu pantofel mahal pun sedaritadi terus saja menghasilkan bunyi yang mengisi kesunyian di dalam lift.
Bunyi dentangan lift membuat netra pria itu beralih. Dengan langkah lebar pria itu terus saja menuju unit dimana sang kekasih tinggal.
Deg
Deg
Deg
Seiring langkah kakinya terus mendekati, degup jantungnya pun ikut semakin berdebar kencang tak karuan.
Ia lantas menggesekan kartu akses unit apartement sang kekasih yang ia pegang kala sampai di depan pintu. Senyumannya kian melebar, mencoba menerka nerka reaksi yang akan kekasihnya berikan kala melihat dirinya membawa sebuket bunga dan sekotak beludru.
Namun sayang seribu sayang, bukannya reaksi sang kekasih yang ia dapati...yang ada , malah adegan tak senonoh yang ia dapatkan.
Senyuman manisnya lantas redup melihat kekasihnya tengah tiduran manis di atas meja makan dengan tubuh yang tak tertutupi sehelai benang pun dengan seorang pria yang tengah mencumbu.
Kekasihnya...
Gadis yang ia jaga selama ini , kini sudah dirusaki oleh pria lain dan bukan dirinya.
Hatinya seakan akan jatuh. Nafasnya begitu tercekat dan air matanya kini sudah terjatuh membasahi pipinya. Bunga yang ia genggam kini jatuh tergelak tak berdaya di lantai membuat kedua sejoli yang tengah bersetubuh itu tersadar lantas menoleh menatapnya.
Dapat dilihat ekspresi keterkejutan yang gadis itu tampilkan.
Gadis?... ah dia sudah bukan gadis lagi tetapi seorang wanita.
Wanita itu langsung mendorong pria yang menindihnya lalu segera dengan terburu buru menutupi tubuhnya dengan handuk yang tergeletak di lantai sedaritadi. Wanita itu segera melangkah mendekatinya.
"Berhenti disitu, Vika."ujarnya membuat langkah kaki wanita itu terhenti.
"Rey. Aku bisa jelasin."ujar Vika namun langsung mendapatkan gelengan dari Rey.
"Jelasin bagaimana, Vika? Sudah jelas aku lihat dengan mata kepala aku sendiri. Aku bukan pria t****."
Vika menggelengkan kepala lalu mencoba melangkah mendekati Rey namun pria itu segera memundurkan langkahnya mencoba agar bagian tubuhnya tak disentuh wanita itu.
"Jadi begini kelakuan kamu selama di Chicago? Kamu bilang kalau kamu kesini buat kuliah dan janji nggak macam macam di sini. Namun...nyatanya, kamu malah bermain gila dibelakang aku."
"Semurah itu kah, keperawanan kamu?"
Sungguh, hati Rey benar benar sakit. Pria itu menangis melihat perempuan manis dihadpannya ini.
Pria itu segera melempar kotak beludru yang ia genggam erat dengan tangan yang gemetar hebat ke arah Vika.
"Niat hati ingin melamar kamu agar kamu tidak macam macam namun yang aku dapati malah persetubuhan kamu dengan pria lain. Aku kira kamu akan tetap seperti gadis baik baik dan tidak macam macam di luar negeri. Aku begitu percaya kalau kamu bakal pegang janji dan bakal menikah dengan aku. Tapi nyatanya...kamu malah mengingkari semuanya. Sepertinya hubungan kita cukup sampai disini. Selamat berbahagia di atas penderitaan aku, Vika. Kamu menang."
Setelah mengatakan hal itu, Rey segera melangkah pergi meninggalkan Vika yang terpaku kaget menatap kotak beludru itu.
****
Setelah keluar dari apartement itu, Rey segera mengemudikan mobilnya gila gilaan. Pria itu begitu sakit hati dibuatnya.
Ia kira cinta pertamanya akan jadi cinta terakhirnya namun nyatanya harapannya harus sirna kala mendapati kekasihnya dengan pria asing tengah bercumbu.
Sia sia sudah enam tahun selama ini. Semuanya sudah tidak ada artinya lagi.
Rey lantas berteriak hebat melepaskan amarahnya sambil memukul mukul setir.
Namun sayang seribu sayang belum sempat Rey melepaskan semua sakit hatinya, tiba tiba saja ia merasakan hantaman yang begitu kuat datang dari arah samping.
Dalam sepersekian detik, mobil yang ia kemudikan terguling hebat.
Hal terakhir yang terlintas dipandangannya ialah senyuman manis kekasih hatinya yang kini sudah menjabat sebagai mantan kekasihnya.
****
Satu bulan pun berlalu...
Dengan perlahan, kelopak mata yang terasa berat kini terangkat sempurna.
Plafon putihlah yang masuk pertama kali di pandangannya. Bau obat obatan khas langsung menusuk indra penciumannya dan sebuah suara memasuki pendengarannya.
Netra Rey segera bergulir ke arah sampingnya. Ternyata ibunyalah sang pemilik suara.
Setelah memastikan siapa yang ada di sisinya, ia pun kembali menutup matanya mencoba masuk kedalam alam bawah sadarnya.
Seminggu berlalu setelah ia sadar.
Netra Rey lantas jatuh menatap kedua kakinya yang berada di balik selimut.
Air matanya langsung jatuh mengingat dua hari yang lalu dimana ia mendengarkan ucapan dokter yang menyatakan bahwa ia mengalami kelumpuhan.
Hanya mendengar bahwa ia lumpuh, Rey lantas berteriak histeris sejadi jadinya.
Pria itu begitu tak terima mendengar ucapan sang dokter sehingga pada akhirnya ia pun di bius.
Kini suasana hati Rey sedikit menurun dan tak terlalu terguncang lagi.
Sedaritadi netranya terus terpaku pada kakinya. Ia lantas menoleh menatap ibunya, Laras tengah tersenyum sendu sambil mengusap usap punggung tangan kanannya yang tak di infus.
"Kenapa hmm? Mau makan apel?"tanya Laras ketika melihat pandangan anak sulungnya yang sedaritadi berada pada sebuah apel.
Rey yang mendengar hal itu lantas mengangguk pelan membuat Laras mengangguk mengerti. Wanita itu segera meraih apel, piring dan sebuah pisau. Dengan telaten wanita itu mengupasnya.
Laras segera mengerutkan keningnya bingung melihat Rey menyingkap selimut yang menutupi kakinya.
"Kena- Aaaaaa!!!"
Belum juga bertanya, Laras kini harus berteriak histeris bahkan apel yang ia kupasi kini sudah jatuh berserakan dikarenakan kini pandangannya jatug pada Rey anaknya yang tengah menusuk nusuk kedua kakinya dengan pisau.
"Ya, Tuhan!!"jeritnya lantas menekan hebat tombol darurat.
Wanita itu menangis menatap anaknya yang kini malah tertawa setelah menikam nikam kakinya.
"Hiks..Rey, sudah nak! Berhenti!!"teriaknya langsung memeluk anaknya dan tak berselang dokter dan suster pun datang.
Setelah kejadian tersebut, Rey menjadi orang yang pendiam,dingin,tak banyak bicara,jarang tersenyum,pemarah dan emosional.
Rey membangun dinding pemisah. Hal iti membuat keluarganya sedih dan murung melihat Rey yang menyibukan diri dengan lembur kerja di kantor yang ia dirikan,tak ada lagi yang membahas yang namanya Vika. Nama tersebut sudah menjadi hama dan musibah bagi keluarga Rey serta saat setelah kejadian tersebut keuarga Rey mulai membenci mantannya Rey yang bernama Vika itu.
Pagi yang cerah namun bagi keluarga Wajendra, pagi ini adalah pagi suram bagi mereka. Menurut mereka pagi ini sama seperti pagi biasanya yang begitu sepi dan membosankan,tak ada yang namanya sapaan pagi ataupun perbincangan selama mereka berkumpul untuk sarapan pagi.
Rey kini sudah turun dari lantai atas dengan berpakaian formal seperti ke kantor pada biasanya dengan dibantu tangan kanannya yaitu Chiko. Sesampainya di meja makan mereka pun makan dalam diam. Tak ada yang berani berbicara karena akan mendapatkan tatapan tajam nan dingin dari Rey,semenjak kejadian tersebut ia sangat sangatlah pemarah jika ada yang mengganggu ketenangannya.
Setelah selesai sarapan pun Rey pergi meninggalkan keluarganya tak lupa dengan saliman dari Rey. Walaupun ia seperti itu tetapi ia masih menghormati kedua orang tuanya namun ia tak terlalu banyak bicara.
****
Mobil Rey pun berhenti didepan gedung tinggi yang bertuliskan 'W Group' perusahaan yang ia rintis dari nol tanpa bantuan orang tuanya walaupaun begitu ia juga pemilik perusahaan ayahnya dan bekerja dua kali lebih keras dan selalu bolak balik kantor.
Chiko pun mendorong kursi rodanya Rey masuk ke dalam perusahaan,melihat bos mereka atau Rey ,semua karyawan pun memberikan salaman dengan menunduk .Jika ada yang berbuat kebisingan maka ia hari itu juga pun ditendang oleh Rey keluar dari perusahaan.
Seperti biasa Rey mulai bekerja lembur habis habisan,melihat bosnya yang begitu giat bekerja membuat Chiko menatap sendu ke arah bosnya.
'Seandainya kejadian tiga tahun lalu gak terjadi ,mungkin kamu sudah bahagia sekarang.'batin Chiko
Kegiatan kerja pun berjalan lancar semua selesai pada waktu yang diinginkan Rey. Setelah selesai pun Rey bergegas menuju rumahnya kembali ,hal tersebut tak pernah luput dari mata Chiko. Melihat bosnya yang kelihatan sudah selesai Chiko pun berjalan menghampiri kursi roda tersebut dan membawanya menuju mobil yang sudah disiapkan.
Sesampainya di rumah seperti biasa Rey mandi lalu makan malam tanpa ada keributan dan pergi tidur,hal tersebut membuat kedua orang tua serta adiknya Rey cuman mengembuskan nafas pelan dan menatap sendu kepada Rey yang sudah berjalan meunuju kamarnya.
"Ayah."panggil Laras
"Iya."jawab Roy yang masih memperhatikan punggung anak pertamanya yang mulai menghilang dari pandangannya.
"Apakah ini keputusan yang baik?"tanya Laras
"Tenang saja dia pasti menerimanya."kata Roy meyakinkan istrinya.
"Kalau begitu yah ,bun aku ke kamar mau tidur."pamit Jasson berjalan menuju kamarnya setelah mencium pipi kedua orang tuanya.
Hari hari yang dilalui keluarga Wajendra seperti ini membosankan dan tidak menyenangkan semenjak kebahagiaan serta senyuman indah dari anak pertama mereka yang hilang bagai ditelan bumi.
***
"Selamat pagi!!"sapa Nabila tersenyum sambil menuruni tangga satu persatu.
"Pagi sayang."sapa kedua orang tua Nabila beserta kedua abangnya.
"Wih...yang masuk kerja hari pertama gembira banget?"tanya Chandra sambil tersenyum mengelus rambut adiknya Nabila yang sudah duduk di tengah tengah Nicho dan Chandra.
"Hehe...seneng lah kan aku akhirnya masuk kerja deh"kata Nabila sambil tersenyum bahagia,melihat hal itu kedua orang tua serta kedua abangnya tersenyum bahagia melihat bidadari kecil mereka tersenyum.
"Makanannya sudah siap makan,yuk!!nanti kamu terlambat,masa hari pertama kerja terlambat gara gara makan kelamaan kan, jadi lucu"kata Rena sambil menyendokan nasi beserta lauk pauk kedalam piring.
*****
Digedung yang tinggi menjulang berdirilah Nabila sambil tersenyum,ia pun masuk kedalam perusahaan tersebut menyapa satpam atau karyawan yang lain dengan senyumannya.
"Good luck buat hari pertamanya , manis." ujar Reza.
"Dunia kerja tak seindah dunia sekolahan. Hati hati!"peringat Vito.
"Hati hati."ujar Arman.
Nabila yang mendengar hal itu lantas mengangguk mengerti." Kalau gitu aku matiin teleponnya takut dimarahin. Bye!"
"Bye, Nabila!"ujar ketiga pria itu dari seberang telepon lalu langsung memutuskan panggilan itu.
//
Armando Raules,Vito Bagaskara dan Reza Artawijaya mereka bertiga adalah sahabat masa kecilnya Nabila.
Sahabat masa kecilnya Nabila,lelaki tampan dan baik serta penyayang dari mereka bertiga yaitu Arman,ia adalah sosok yang jarang tersenyum dan dingin kepada orang lain yang tidak ia kenal kecuali dihadapan Nabila. Sosok Arman menurut Nabila adalah kakak yang pengertian,penyayang,baik hati dan overprotectif kepada Nabila. Mengingat kejadian yang pernah Nabila alami membuat ketiga sahabat lelakinya menjadi overprotective kepada Nabila,mengingat semua itu membuat Nabila tersenyum dan bahagia mendapatkan ketiga lelaki yang menjadi sahabatnya.
Sedangkan Vito memiliki sifat yang cuek dan judes dihadapan orang lain tetapi ia bersama Nabila ia adalah orang yang sangat cerewet,peka,penyayang dan semua yang dinginkan Nabila akan dipenuhi kecuali makanan pedas kesukaan Nabila dan tangisan Nabila, kedua hal tersebut membuat Vito menjadi benci ketika ada yang membuat Nabila menangis.
Sedangkan Reza lelaki cerewet,heboh,playboy cap gajah,serta jahil,tetapi kalau dihadapan Nabila ia menjadi childish dan suka bermanjaan dengan Nabila,suka curhat ke Nabila bahkan semua rahasia soal cintanya Reza hanya Nabila yang tahu sehingga banyak yang mengira jika Nabila dan Reza pacaran padahal sebenarnya mereka berdua adalah sahabat atau lebih tepatnya adik kakak.
Ketiga sahabat Nabila sangat protective dan penyayang dan apa yang Nabila inginkan pasti mereka turuti...eits...jangan berpikir bahwa ketiga sahabat Nabila adalah orang miskin jika kalian menyangka itu kalian salah salah besar mereka bertiga adalah anak pengusaha kaya tetapi mereka bertiga mengikuti Nabila dan ikut bekerja seperti orang lain pada umumnya. Mereka bertiga bisa saja bekerja langsung di perusahaan orang tua mereka tetapi mereka lebih memilih bekerja dan mandiri hal tersebut membuat ketiga orang tua sahabat dari Nabila sangat senang dan mendukung keputusan mereka. Karena Nabila adalah sosok yang membuat ketiga lelaki tersebut menjadi orang yang mempunyai tujuan hidup.
Mengapa begitu karena sebelum Nabila menjadi sahabat mereka,Arman dulu adalah sosok yang sangat pendiam dan pemarah saat SMP sedangkan Vito adalah sosok yang penyendiri dan tidak menurut kepada kedua orang tuanya sama juga saat SMP sedangkan Reza adalah sosok yang sering minum mabuk dan suka balapan liar saat SMP. Mereka bertiga menjadi seperti itu saat berpisah sekolah, saat memasuki SMP tetapi semua kegiatan dan sifat dari mereka pun hilang saat Nabila datang merangkul mereka lagi saat kembali satu SMA dan mengajak mereka menjadi sahabatnya Nabila.
//
*****
"Aku pulang"teriak Nabila saat memasuki rumahnya.
Rena yang melihat anaknya kecapean pun tersenyum dan memberikan tangan untuk disalim Nabila.
"Wah anak bunda cape ya?kalau begitu gih mandi trus turun makan, bunda udah buatin kamu ayam rica rica"kata Rena sambil mengelus rambut Nabila.
Mendengar kata ayam rica rica membuat Nabila yang awalnya mata sayup pun terbuka lebar seakan akan Nabila telah mendapatkan energinya kembali.
"Wah...YEYYY....makasih bunda"kata Nabila sambil melompat kegirangan melihat anak perempuan satu satunya kegirangan membuat Rena mengukir senyum sama halnya dengan ayah serta kedua abang Nabila yang berdiri didepan pintu tersenyum melihat malaikat kecil mereka bahagia.
"Eh...ayah sama abang udah pulang?kok bunda gak tau sih?"tanya Rena kaget karena sudah melihat suaminya serta kedua anaknya yang sudah pulang berdiri sandaran di pintu.
"Bunda yang keasikan ngomong sama Nabila jadi gak sadar kalau kita udah daritadi disini"kata Charles dan disertai anggukan dari kedua anak Rena.
"Hehe..."kekeh Rena
****
Setelah mereka makan malam bersama,mereka pun berkumpul diruang keluarga sambil menonton tv.
"Gimana ngantormu dek?"tanya Charles sambil memakan camilan yang telah dibuat Rena ketika mereka berkumpul untuk menonton tv.
"Mmm...baik yah,Bila seneng banget karena ada Vito,Reza sama Arman "kata Nabila sambil sanderan didada abangnya Nicho. Mendengar perkataan Nabila Charles pun menganggukan kepalanya mengerti.
"Yah,bun,bang...aku ke kamar dulu ya,aku udah ngantuk"kata Nabila sambil menguap,melihat putrinya yang sudah mengantuk Rena dan Charles menganggukan kepala.
"Bang Chan...aku pengin tidur. Anterin."kata Nabila memasang puppy eyes nya, mendengar hal tersebut membuat mereka tersenyum melihat tingkah Nabila yang seperti anak kecil.
"Yuk..princesnya abang udah ngantuk "kata Chandra sambil mengelus rambut adiknya dan merangkul Nabila menuju kamarnya yang di lantai dua.
Sesampainya di kamar Nabila pun berbaring memeluk gulingnya dengan erat.
"Good night, bang."ujar Nabila langsung menutup matanya.
Melihat tingkah Nabila seperti anak anak membuat Chandra tersenyum lalu membalas ucapan Nabila walau tahu gadis itu tak akan mendengarnya karena sudah terlelap masuk kedalam alam mimpi.
Saat ini keluarga Rey sedang sarapan bersama,tak ada yang berbicara tetapi sesudah makan ibunya Rey pun mulai membuka suara.
"Ekhem..."
Mendengar suara batuk Laras, mereka yang berada di ruang makan pun mengalihkan pandanganya ke arah Laras.
"Gini Rey...emmm...ibu mau ngomong sama kamu"kata Laras gugup sambil memandang takut pada anaknya.
Melihat istrinya gugup Roy pun memegang tangan istrinya dan mengambil alih untuk berbicara sedangkan Rey dan Jasson hanya menatap ibunya seolah olah menunggu kelanjutan omongan ibunya.
"Rey...ayah dan ibu..kami akan menjodohkanmu dengan anak teman kami dan sebentar malam kami akan datang melamar gadis itu kerumahnya."kata Roy,mendengar hal itu Rey pun membanting sendoknya.
PRANG
"Aku sudah pernah bilang, kalau aku tidak akan mau menjalin hubungan lagi. Persetan dengan perjodohan ini."marah Rey lalu pergi dari meja makan tersebut.
"MAU KAMU SETUJU ATAU TIDAK KAMU AKAN KAMI NIKAHKAN REY!!"marah Roy saat Rey berbalik.
Mendengar suara ayahnya Rey berhenti sejenak lalu lanjut pergi dari hadapan kedua orang tuanya.
****
"Hari ini kayaknya bos lagi marah deh...tadi saja dokumen yang baru aku ketik langsung dirobek dan di lempar kedalam kotak sampah"kata salah satu karyawan perempuan sambil memasang muka takut.
"Si bos mah tiap hari marah marah melulu kale"kata temen karyawan perempuan tersebut.
Nabila kini tengah mengetik, tiba tiba saja ia mendengar karyawan perempuan lain yang tengah bergosip.
"Tapi kali ini beda...marahnya bukan kayak hari hari biasanya tetapi kali ini marahnya kayaknya besar deh,sampai semua barang saja di lempar setelah aku keluar"kata perempuan itu lagi sambil bergidik ngeri,mendengar kata perempuan tersebut membuat Nabila juga ikut penasaran seperti apa rupa bosnya tetapi rasa penasaran itu pun hilang saat ada tepukan di pundaknya.
"Nab. Yuk ke kantin kantor! Udah jam makan siang, nih."ajak Reza sambil menepuk nepuk punggung Nabila.
Mendengar ajakan Reza Nabila pun menghentikan pekerjaannya, melirik sekilas pada arloji yang melilit manis di pergelangan tangannya. Melihat jam yang sudah menunjukkan waktu istirahat, ia pun berdiri merapikan sejenak pakaiannya.
"Yuk! Lapar,kan?"tanya Nabila kepada Reza,Arman dan Vito.
Mereka lantas melangkah menuju kantin. Sesampainya disana, Nabila segera memesan makanannya. Netranya tak sengaja melihat sosok pria tampan yang memakai kursi roda masuk kedalam kawasan kantin dengan dibantu oleh pria yang sepertinya ajudan dari lelaki itu.
"Dia bos kita."ujar Reza membuat Nabila tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.
"Yang ngedorong atau yang di dorong?"
"Di dorong."
Nabila lantas ber oh ria lalu mulai memakan makanannya yang kebetulan datang di waktu yang tepat.
****
"Nabila pulang"teriak Nabila langsung melempar sembarang sepatu hig heelsnya ke sembarang arah.
Sedangkan dari arah belakang, ada Arman, Vito dan Reza yang ikut melangkah masuk.
"Eh nak Arman,Vito sama Reza..."kata Rena sambil menyodorkan tangannya untuk disalim.
"Ih..bunda kok begitu sih masa lupa sama anak sendiri" kata Nabila tak terima karena ia yang menyapa tetapi tidak disapa balik bundanya malah ketiga sahabatnya yang mendapat sapaan dari bundanya.
"Mungut sepatunya dulu. Masa anak cewek kelakuannya begitu¿!!"kata Rena sambil menyuruh mereka masul,Nabila serta ketiga sahabatnya pun masuk.
"Huh, maaf bun. Nih udah aku mungutin.Nabila ke atas dulu ya bun mau mandi"kata Nabila setelah memungut sepatunya.
"Wow...makanannya banyak amat bun?"tanya Vito melihat banyak sekali makanan yang berada di meja makan.
"Hehe...hari ini ada tamu yang mau datang jadi bunda masak banyak,eh yuk makan kebetulan lagi banyak nih makanan"kata Rena menyuruh mereka makan.
"Eh..tapi kan bun itu punya tamu"kata Arman
"Gak papa masih banyak di belakang,aman aja gak usah sungkan"kata Rena,mendengar hal tersebut mereka pun makan.
"Ayah sama abang belum pulang ,bun?"tanya Nabila sambil merapikan meja makan.
"Iya,kenapa?"tanya Rena.
"Hehe...cuman rindu aja"kata Nabila sambil mengeluarkan cengirannya membuat Rena menggelengkan kepala.
"Huh selesai akhirnya,temani aku yuk nonton film"ajak Nabila kepada ketiga sahabatnya yang sudah berganti pakaian dengan pakaian kedua abangnya Nabila.
"Yuk"jawab mereka bertiga.
Nabila pun mulai menyalakan tv dan menonton dengan posisi kepala Reza di bahu Nabila dan Vito menyandarkan kepalanya yang berada di bahu sebelah kiri Nabila sedangkan Arman menyandarkan kepalanya di sofa yang mereka duduki dan jadilah seperti itu sepanjang mereka nonton.
*****
Malam pun tiba Rena beserta keluarganya sudah bersiap siap tetapi Nabila masih saja tidur dengan Arman yang tengah duduk di bangku sisi ranjang menemaninya sampai terlelap.
Saat ini Arman tengah mengipasi lalu dengan iseng pria itu memberikan cubitan pelan di hidung, hal tersebut malah membuat Nabila berdecak sebal memukul tangan Arman yang kini mengapit hidungnya.
"Arman... Jangan di cubit, nggak bisa nafas ini." Racau Nabila.
Melihat tingkah Nabila membuat Arman tersenyum Arman pun kembali teringat pada kejadian masa kecilnya dimana ia dirawat oleh Nabila dengan telaten
16 tahun yang lalu...
Dikediaman Arman,Arman sedang berselimut tebal karena ia demam tiba tiba datanglah seorang gadis cantik yang membawa sebaskom air dingin dan handuk berjalan ke arah Arman dengan tampilan wajah khawatir,Yap!!dia adalah Nabila.
"Alman kata bunda kamu lagi sakit ya?"tanya Nabila sambil memegang dahi Arman,melihat tingkah Nabila Arman pun tersenyum mengangguk sambil menjulurkan tangannya dan langsung di genggam oleh Nabila.
"Ih...itukan aku udah pelnah bilang jangan main ujan ujanan kan?jadi begini deh kalau Alman gak ikut pasti ndak sakit"kata Nabila sambil mengompreskan dahinya Arman.
"kalau Alman sakit kan ndak bisa ikut aku main lagi,hiks...kan aku udah pelnah bilang hiks...jangan sakit Alman hiks...kalau Alman sakit begini hiks...lebih baik bial Nabila aja yang sakit hiks..."tangis Nabila tapi masih mengompreskan dahinya Arman,melihat Nabila menangis Arman pun menghapus air mata Nabila sambil tersenyum.
"Tidak apa apa Arman kuat kok,jangan nangis lagi ya?"kata Arman ya memang Arman lah yang paling cepat dalam berbicara tanpa harus menggunakan cadel pada umur 6 tahun.
"Huaaa...Alman jangan sakit sakit lagi ya?!"kata Nabila dan lansung memeluk Arman sambil berbaring dan jadilah Nabila memeluk Arman sampai sore dan sore itu Arman sudah sembuh tetapi ia tidak mau membangunkan Nabila yang tertidur nyenyak kegiatan Nabila serta Arman yang sedari tadi sudah di perhatikan oleh kedua orang tua Arman serta kedua orang tua Nabila,mereka tersenyum karena Nabila sangat peduli dan penyayang kepada Arman sampai rela rela berlari dan tidak makan pergi ke rumah Arman ketika mendengar Arman sakit.
Mengingat kejadian tersebut membuat Arman tersenyum dan bersyukur karena Nabila sangat sangatlah perhatian dan penyayang kepada ketiga sahabatnya,tetapi senyum Arman seketika memudar saat mengingat satu tahun setelah itu yang membuat Arman,Vito serta Reza sedih dan ikut mengurung diri karena Nabila,saat itu adalah saat di mana keluarga ketiga sahabat serta sahabat Nabila dan kedua orang tua serta kedua abangnya Nabila sedih melihat Nabila yang tidak tersenyum dan seperti mayat hidup dan hampir bunuh diri.
****
"Arman bangunin Nabila,bilangin dia mandi ada tamu yang mau datang"teriak Rena karena ia berada di lantai bawah. Mendengar teriakan Rena ibunya Nabila Arman pun membangunkan Nabila.
"Nab...bangun"kata Arman dengan suara lembut.
"Hmm...kenapa Arman?Nabila lagi ngantuk nih"rengek Nabila yang setengah membuka matanya.
"Hei...kata bunda ada tamu tadi bunda suruh aku bangunin kamu supaya mandi Nabila"kata Arman langsung mengambil bantal melempari Nabila dengan guling agar gadis itu bangun.
"Hah...oh ok aku mandi dulu."ujar Nabila dengan nada kesal lalu mendorong tubuh Arman keluar dari kamarnya.
" Udah mau jadi istri orang malah bangun kesiangan." Ejek Arman membuat Nabila mendengus,setelah itu Nabila pun pergi ke kamar mandi meninggalkan Arman .
Arman pun menuruni tangga dan melihat ibunya Nabila yang sibuk mengatur meja makan.
"Bun...siapa yang datang?"tanya Arman yang turut membantu Rena.
"Keluarga calon suaminya Nabila"kata Rena yang sukses membuat Arman kaget bukan main.
"HAH?!!!"kaget Arman dengan suara tinggi.
"Pelan pelan,kamu ini..."kata Rena sambil menggelengkan kepala.
"Nabila udah tau bun?"tanya Arman sambil menyimpan makanan ke meja makan.
"Belum...kan begini....sahabatnya bunda itu sama bunda udah sepekat kalau kami akan menjodohkan anak kami makanya hari ini mereka datang untuk melamar Nabila"kata Rena.
"Berarti fix...Nabila nggak tau dong bun?"tanya Arman lagi dan dibalas anggukan oleh Rena.
"Eh...yaudah kalau gitu aku pamit pulang ya bun?tadi mama udah nelfon aku katanya suruh pulang karena ada urusan bun"kata Arman.
"Arman mau pulang"kata Nabila yang sudah turun dengan dress panjang berwarna biru tosca.
"Iya...aku pulang ya bun?"kata Arman dan lansung pamit keluar rumah setelah mencium kening Nabila.
"Eh..bun buat apa aku make dress ini?"tanya Nabila
"Ada tamu penting mau datang dan mau ngelamar kamu"kata Rena sontak membuat kaget Nabila.
"Tapi...bun aku mau kerja masa di jodohin sih aku kan belum mau nikah"kata Nabila lesu membuat Rena berhenti sejenak dan berjalan ke arah Nabila dan duduk di sampingnya.
"Dengar kata bunda,anak temen bunda itu dia lumpuh semenjak kecelakaan dia menjadi orang yang tidak ceria bunda sama bunda calon suamimu itu dulu sahabatan dan udah berjanji akan menjodohkan anak kami ,pertama bunda pikir nggak bisa karena bunda ngelahirin laki laki awalanya tapi tak lama kemudian bunda dianugrahi anak perempuan dan itu kamu. Sedangkan temen bunda anaknya semuanya adalah laki laki dan anak pertamanya itu seumuran sama kamu dan dia lumpuh karena janji itu serta keinginan bunda supaya kamu buat anak lelakinya temen bunda itu ceria lagi,buat dia semangat dan tak menjadi pendiam. Oke?kamu ngerti kan?!!"jelas Rena sambil memegang tangan Nabila membuat Nabila diam membisu karena perkataan bundanya.
"Ok aku juga akan menerima perjodohan ini dan mau mengubah dia menjadi orang yang ceria lagi,karena tugas Nabila kan buat semua orang tersenyum hehe..."kata Nabila sambil senyum membuat Rena terharu terhadap anaknya yang satu ini,anak perempuan yang baik,polos,cantik dan sederhana ini.
"Tenang aja bun aku gak terpaksa karena setelah mendengar cerita bunda aku akan buat dia menjadi orang yang ceria lagi"kata Nabila sambil memegang tangan bundanya.
"Eh...kalau gitu yuk bantu bunda buat siap siap tadi Arman udah bantu sebagian hanya masih ada lagi yang bunda belum beresin"ajak Rena dan langsung mendapat anggukan dari Nabila.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!