BABY SISTER UNTUK PAPA
"PAPA, PAPA!"
Terdengar suara tangisan anak laki-laki berusia 5 tahun memanggil "Papa". Tidak tahu apa yang membuat anak kecil itu menangis, jelas kini anak kecil berkulit putih, rambut hitam pekat memakai baju kotak-kotak, celana jeans, jongkok di sudut mall, tepatnya di lantai 2. Tangisan anak laki-laki itu membuat seluruh pengunjung mall memalingkan sejenak pandangan mereka ke anak kecil itu. Namun, tidak ada satu pengunjung pun yang mau menghampiri anak itu.
"Waduuh. Ada anak ilang, tuh!"
Dari sekian banyak pengunjung mall, hanya ada satu orang yang terenyuh mendengar suara tangisan begitu lirih. Camilla, wanita muda. Wanita tomboi yang memiliki wajah oval, rambut panjang di cat pelangi di setiap ujung rambutnya, dan kulit putih bersih seputih kulit ubi.
Kedatangan Camilla ke mall bukan untuk berbelanja seperti wanita pada umumnya. Kedatangannya ke pusat perbelanjaan untuk melancarkan aksinya, mencuri dompet, ponsel, atau barang berharga lainnya yang dimiliki para pengunjung. Karena mendengar suara tangisan dari anak kecil, Camilla mengurungkan aksi jahatnya.
Sambil bersiul, dan tatapan liar ke seluruh sudut pusat perbelanjaan. Kedua kaki Camilla terus melangkah mendekati anak kecil itu. Diam-diam kini dirinya telah berdiri sejauh 2 meter dari anak lelaki itu. Menyandarkan punggungnya ke sudut mall, dan bibirnya masih bersiul. Meski Camilla wanita tomboi yang nakal, tapi dirinya masih memiliki hati yang lembut untuk anak kecil.
Camilla terus menunggu dan menunggu salah satu keluarga dari anak kecil itu datang untuk menjemput. Setelah cukup lama menunggu, orang yang dinantikan untuk menjemput anak kecil malang itu tak kunjung datang. Kesal akan keteledoran orang tua dari anak kecil itu, Camilla mendekat.
“Kenapa kau menangis seorang diri di sini? Mana Mamak dan bapak mu?!" tanya Camilla bersuara lembut namun tomboi.
“Ndak tau. Tadi aku pergi sama Papa dan pacar nya, tapi kini Papa menghilang," sahut anak kecil bersuara serak karena menangis.
Setelah menjawab pertanyaan Camilla. Anak kecil itu kembali menangis, dan menangis sejadi-jadinya. Camilla benar-benar semakin panik, berjongkok untuk menenangkan anak kecil itu. Tapi usahanya sia-sia, semua pandangan para pengunjung mengarah kepadanya. Wanita bertubuh gempal memakai baju kebaya merah mendekati Camilla, dan kini telah berdiri tepat di sisi kirinya.
“Penculik kau?!"
Sebuah tuduhan ditanyakan oleh wanita bertubuh gempal memakai kebaya merah kepada Camilla. Tatapan tajam dari wanita itu tak lekang dari wajah bingung Camilla. Camilla mengernyitkan dahinya, merasa bukan penculik, ia berdiri.
“He! Bagus kale cakap kau. Aku ini sedang bertanya kepada adek ini," celetuk Camilla bersuara lembut namun kasar. Jari telunjuknya mengarah pada anak kecil yang masih jongkok di bawah. "Biar kau tau, ya! Papa nya sedang pacaran. Sangking asiknya ia bergendak, sampai-sampai melupakan bocah ini di sini!" tambah Camilla ngegas.
Wanita bertubuh gempal memakai baju kebaya merah mengernyitkan dahinya, seakan tak percaya dengan ucapan Camilla, ia mengarahkan pandangannya ke anak lelaki yang kini telah diam, dan sedang memperhatikan Camilla.
"Eh, dek. Benarnya yang dikatakan wanita bermulut lantam ini?"
"Iiish dah! Nggak percaya juga kau dengan ucapanku?! Mau kau tuduh lagi aku sebagai seorang pencuri, ha?!" sambar Camilla kesal.
Tidak ingin mendengar Camilla kembali di tuduh, anak kecil itu mengangguk. Wanita bertubuh gempal memakai baju kebaya merah mengernyitkan dahinya, kesal mendengar kejujuran dari anak kecil ini.
“Bah, bah, bah. Di mana letak pikiran Bapak kau itu?! Bisa-bisanya dia melupakan anak seganteng ini, demi betina yang baru dikenalnya," umpat wanita bertubuh gempal.
Malas mengurusi anak hilang karena ulah bapaknya yang tak bertanggung jawab, wanita bertubuh gempal mengalihkan pandangannya ke Camilla, dan membiarkan Camilla mengurus anak kecil itu.
“Mau pergi pula aku bertemu dengan kawan ku di sana. Untuk masalah anak kecil ini, tolong kau yang urus sampai dia ketemu bapaknya, ya?"
“Nggak usah kau bilang juga aku tahu. Geram kali aku lihat kau. Sudah pigi kau sana!" geram Camilla menekan nada suaranya.
Merasa bersalah telah menuduh Camilla sebagai penculik anak kecil, wanita bertubuh gempal tersenyum disertai tawa bengek.
“Minta maaflah aku, ya? Pigi dulu aku, ya?"
Camilla hanya mendengus sambil memberi tatapan tidak senang. Wanita bertubuh gempal pun pergi terburu-buru. Kini di sudut mall tinggal Camilla dan anak kecil. Camilla mengalihkan pandangannya ke anak kecil itu yang masih berjongkok, dan menyimpan wajahnya di balik kedua lututnya.
‘Mall ini sangat luas, pengunjungnya juga ramai di sini. Gimana caranya aku mencari Papa dari bocah ini. Haaa! merepotkan saja. Gara-gara bocah lelaki ini, nggak jadilah aku mencopet,' batin Camilla.
Tidak ingin ditinggal sendirian di situ, anak kecil itu mengangkat wajahnya, jari-jari mungil itu mencoba menggapai jari Camilla, dan menariknya pelan. Camilla tersentak, ia pun mengalihkan pandangannya ke bawah, tepat pada wajah sembab anak kecil.
“Kakak, jangan tinggalkan aku sendirian di sini. Aku mohon, carikan di mana Papa berada," pinta anak kecil lirih.
“Merepotkan aja kau ini!” dengus Camilla.
Bibirnya memang ingin menolak permintaan dari anak kecil, tapi hati dan tubuhnya tidak. Camilla mengulurkan tangannya, mengajak anak kecil itu untuk mencari keberadaan sang Papa.
"Ayok lah!" ucap Camilla.
“Terimakasih Kak."
Anak kecil merasa senang, bibirnya terus menampilkan sebuah senyuman tulus yang tak biasa. Jantung Camilla serta sorot matanya membulat sempurna karena terpesona mendapat senyuman. Seumur hidup baru kali ini Camilla terpesona akan sebuah senyuman yang mampu mendebarkan seluruh perasaannya.
“Kak, kakak kenapa terus memandang ku dengan wajah memerah seperti itu?” tanya anak kecil saat kedua pipi Camilla merona.
“Manis kali senyum kau rupanya, dek. Jantungku hampir copot," sahut Camilla jujur.
Anak kecil melepaskan genggaman tangan Camilla, ia memperkenalkan dirinya secara sopan kepada Camilla.
“Perkenalkan nama aku, Andy Prawijaya, umur 5 tahun."
"Namaku, Camilla Hanin. Umurku 18 tahun," ucap Camilla memperkenalkan dirinya.
“Aku panggil kakak, boleh?" tanya Andy.
“Terserah kau saja. Sekarang mari kita cari Papa yang asik bergendak tanpa memikirkan anaknya," sahut Camilla.
Andy mengangguk patuh.
Baru saja ingin melangkahkan kaki kanannya, tiba-tiba dari arah belakang mengulur tangan tegap, berkulit putih bersih memegang bahu Camilla. Camilla yang ahli bela diri spontan mencengkram pergelangan tangan pria itu dan menjatuhkan tubuh tegapnya ke lantai.
Bug!
“Aaaa…Sayang!”
Wanita berkulit kuning langsat, memakai dress ketat berteriak. Ia berjongkok di samping pria bertubuh padat berkulit putih bersih yang saat ini sedang meringkuk di lantai.
“Oh! Jadi pria gatal yang menyentuh bahuku tadi adalah sayang kau!"
Omel Camilla bersuara lembut namun bernada tinggi. Tak puas hanya memarahi seperti itu. Camilla membungkukkan sedikit tubuhnya ke sepasang kekasih yang masih di lantai.
"Kau dengar ini, ya! Bilang sama sayang kau itu, jangan sembarangan menyentuh seorang wanita. Paham kau, GATEL!”
Pria tersebut ternyata bukanlah pria jahat ingin melecehkan Camilla. Pria yang kini berusaha bangkit di bantu kekasihnya itu ternyata adalah Papanya Andy. Andy melihat Papanya diperlakukan seperti itu tidak merasa keberatan, bibirnya diam-diam menyimpan senyuman penuh makna. Tidak ingin membuat Camilla salah paham tentang Papanya, Andy menarik tangan Camilla dan menjelaskan.
“Sebenarnya lelaki yang kakak jatuhkan itu adalah Papa ku. Papa Wijaya Admaji," jelas Andy.
Tidak ingin dijebloskan ke penjara, Camilla berencana untuk melarikan diri. Namun, sebelum melarikan diri, ia menyempatkan untuk mengelus puncak kepala Andy.
“KABUUUR!!”
Camilla berlari sekencang-kencangnya meninggalkan Andy di sana. Andy, Wijaya dan kekasihnya terbodoh menyaksikan Camilla yang berlari secepat kilat dan menghilang di balik pengunjung mall.
“SECURITY!" teriak kekasih Wijaya.
2 orang security berlari mendekati Wijaya.
“Ada apa Bu?” tanya salah satu security.
“Ibu…ibu.. kau pikir aku ibu-ibu. Kau lihat aku masih gadis dan masih cantik gini,” protes kekasih Wijaya.
“Maaf, ada apa Kak?” tanya security satu lagi meralat ucapan temannya.
“Kalian kejar wanita dengan rambut panjang berwarna pelangi itu, dan cepat bawa ia ke kantor polisi!" tegas kekasih Wijaya memberi perintah.
Kedua security itu berlari sesuai perintah kekasih Wijaya untuk mencari Camilla. Namun, langkah kedua security itu harus terhenti karena Andy menghadang jalan mereka.
“Jangan tangkap Kak Camilla, Om. Kak Camilla orang baik, tadi dia hanya tidak sengaja menjatuhkan Papa," pinta Andy memelas. Kedua telapak tangan disatukan di depan dada, ia pun kembali memohon. "Aku mohon, jangan tangkap Kak Camilla, Om!"
Wijaya tidak terima jika Andy membela Camilla. Merasa tubuh terasa remuk akibat perbuatan Camilla, Wijaya perlahan mendekati Andy, dan menegurnya secara kasar.
“Kenapa kau malah membela orang lain daripada Papa yang jelas-jelas telah dijatuhkan oleh wanita sumo itu?!"
“Karena Kak Camilla sudah baik kepadaku. Tidak seperti Papa. Yang Papa tahu itu hanya tante Mayang. Papa sudah tidak peduli lagi dengan ku!”
Selesai mengutarakan isi hatinya, Andy berlari lurus ke depan, mengikuti langkah kaki Camilla. Wijaya mengernyitkan dahi tak suka melihat anak semata wayangnya membantah dirinya.
"ANDY! ANDY!"
Malu ke pengunjung, Mayang mendekat, mengelus punggung Wijaya, dan mencoba memberikan sebuah masukan agar Wijaya berhenti berteriak.
“Jangan berteriak seperti itu sayang. Sebaiknya kita suruh kedua security itu untuk mencari Andy, dan kita tunggu di dalam mobil."
“Kamu benar juga. Sebaiknya kita menunggu Andy di mobil saja, sebab seluruh tubuhku saat ini terasa sakit akibat ulah wanita sumo itu," sahut Wijaya.
Mayang menatap 2 security tadi, “Kalian berdua, cepat cari Andy. Kami tunggu di parkiran mobil!” perintah Mayang.
“Baik!"
Agar tidak mendapatkan teguran dari atasan, kedua security menerima perintah Mayang, walau sebenarnya mereka sangat malas mengejar Andy.
***
‘Papa sekarang bukan Papa yang dulu. Semenjak Mama meninggal dunia 1 tahun lalu, dan bertemu dengan tante Mayang. Papa kini sangat jauh berubah. Aku benci Papa, aku benci tante Mayang yang sudah berusaha menyingkirkan almarhum Mama di hati Papa. Tidak akan aku biarkan tante Mayang menguasai Papa. Aku harus mencari Baby Sister untuk Papa. Ya, aku harus bertemu Kak Camilla, dan menyuruh Kak Camilla untuk menjadi Baby Sister Pap,’ gerutu Andy dalam hati sembari membuat rencana.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
~~N..M~~~
Gagal mencopet gara-gara bocah
2023-02-24
0
Sunmei
semangat kak, mampir.iya
2023-01-15
0
Denry Deny
Ini namanya wanita mau sama Papanya, tapi nggak mau sama anaknya.
2023-01-07
0