Bab 03. Mencetak Brosur

Perlahan Camilla bangkit dengan kedua lutut kotor terkena lumpur, wajahnya, rambutnya, telapak tangannya juga kotor dan sedikit licet terkena bebatuan kecil tertutup lumpur.

“Duh, duh, sakitnya!” keluh Camilla perlahan bangkit.

Camilla menatap waspada ke kanan ke kiri, memastikan apakah ketiga pria tadi masih mengejarnya. Setelah merasa cuku aman, Camilla membuang topi dan jaket samarannya. Ia juga mengambil botol air mineral besar bekas masih tersisa separuh air di dalamnya untuk membersihkan lumpur mengotori hampir seluruh tubuhnya.

Setelah bersih, Camilla kembali melangkah dengan tangannya masih memegang dompet mewah dari brand ternama. Sambil melangkah jari-jemari lentiknya tak lupa melirik ke sejenak ke dalam isi dompet.

“Satu…dua…tiga. Waah! 10 juta. Tidak aku sangka uang lelaki itu ada 10 juta di dalam dompetnya ini. Tapi, gimana dengan data pribadi miliknya ini, ya? Apa aku pura-pura mencari pria sombong tadi itu dan aku kembalikan aja sambil bilang aku menemukan dompetnya di buang oleh seseorang? Oh! Kamu sungguh pintar Camilla. Kalau gitu mari kita melangkah mencari pria bodoh itu, ha ha ha!” gumam Camilla dengan santai, kedua kaki terus melangkah ke tempat sang pemilik dompet.

10 menit kemudian, Camilla sampai di parkiran pusat pasar, ia berdiri dengan santai di samping pria tampan, bediri di samping mobil Fajero sport berwarna hitam.

“Akhirnya ketemu juga kau, bang. Nah…” Camilla dengan santai mengulurkan ktp, sim, atm, dan surat penting lainnya milik pria tampan itu. “Aku tadi lihat ada seseorang membuangnya, jadi aku kutip dan karena aku pikir abang membutuhkannya. Aku cari aja abang. Eh, rupanya ketemu juga!” jelas Camilla tanpa bersalah.

Pria tampan tadi menatap Camilla dengan tatapan menyelidik, “Sepertinya aku pernah melihat wajah kamu. Tapi di mana, ya?”

“Oh, ha ha ha. Mu-mungkin kau salah orang bang. Ka-karena aku masih ada urusan, sebaiknya aku pigi dulu la, ya,” putuss Camilla mengakhiri percakapan setelah ia memberikan surat-surat penting milik pria tampan itu.

“Terimakasih ya,” terimakasih pria itu.

Camilla membalas dengan anggukkan. Ia berbalik badan, mulai melangkah pergi meninggalkan pria tampan. Sambil berjalan santai Camilla mengeluarkan rokok dari dalam saku celananya, dan menghembuskan asap rokok ke udara setelah menyalakannya.

.

.

Di rumah Andy.

Andy masih terus berlari menuju teras rumah, kedua bola matanya membulat sempurna saat mendapati pria dengan poni, sebuat saja Varo depan berjalan ke arahnya. Kedua kaki terus berlari kencang seolah sulit untuk mengerem, sehingga menimbulkan suara dari mulut mungil Andy.

“AWAS OM! ciiitt….”

Bug!

Dahi Andy kepentok perut sixpack Varo.

“Apa yang membuat tuan muda berlari sangat kencang seperti ini?” tanya Varo sembari menurunkan pandangannya ke bawah, di mana Andy masih berdiri tepat di hadapannya sambil mengelus dahinya.

Andy menarik tangan Varo, menyuruhnya untuk sedikit membungkuk. Varo menuruti keinginan tuan mudanya itu.

“Om, bantu aku buatin brosur untuk mencari Baby sister,” bisik Andy setelah Varo membungkuk.

“LOH! kok tumben?” tanya Varo terkejut, tidak biasanya tuan mudanya itu meminta seorang baby sister untuk hadir di rumah istananya ini.

Dari kejauhan Wijaya terlihat memandang Andy. Ia pun beranjak pergi dari duduknya. Namun, Mayang segera menahan pergelangan tangan Wijaya.

“Sayang, kamu mau kemana sih?” tanya Mayang.

“Aku ingin memarahi Andy, belakangan ini dia terlihat sangat nakal. Tadi hilang di dalam Mall, ini lari-lari di dalam rumah,” sahut Wijaya menjelaskan, pandangan terus mengarah pada Andy dan Varo.

“Namanya anak-anak, lagian kenapa kamu tidak membayar Baby sister untuk menjaga Andy. Kalau aku yang jaga, ‘kan nggak mungkin. Kamu tahu ‘kan aku ini seorang model dan job kerja ku terkadang sangat padat,” usul Mayang dengan suara manja di buat-buat.

“Ya, nggak mungkinlah aku menyuruh kamu menjaga Andy. Entar tenaga kamu terkuras dan pekerjaan kamu jadi terbengkalai,” ucap Wijaya lembut.

Sementara itu dari kejauahan Andy menatap Mayang sedang bergelayut manja seperti ulat bulu di lengan Wijaya. Hal itu membuat Andy sangat membenci Papanya, Wijaya.

‘Berani sekali tante Mayang terus bersikap manja kepada Papa,’ gumam Andy tak suka dalam hati.

“Tuan, tuan muda,” panggil Varo membuyarkan lamunan Andy.

“I-iya,” sahut Andy berdiri tegak seperti seorang prajurit, pandangan menengadah ke atas, menatap wajah Varo.

“Ternyata tuan muda sedang melamun. Jika saya boleh tahu, buat apa tuan muda menginginkan brosur untuk mencari baby sister. Dan apakah tuan besar tahu jika tuan muda ingin mencetak dan mencari seorang baby sister?” tanya Varo ingin menyelidik.

“Tidak, Papa tidak mengetahui rencana ini. Om, sebenarnya aku ingin mencari Baby Sister Untuk Papa, bukan untukku. Om lihat ‘kan, wanita penyihir itu terus menempel pada Papa. Aku sangat tidak suka, karena wanita itu Papa jadi berubah drastis. Alasanku mencari baby sister ingin membuat wanita itu menjauhi Papa,” ungkap Andy mengenai tujuannya.

Padahal alasan Andy berharap berjumpa dengan Camilla, dan menjodohkannya dengan Papanya, Wijaya.

“Maaf tuan muda, sepertinya saya tidak bisa memenuhi permintaaan tuan muda,” tolak Varo sopan.

“Baik! Karena Om tidak ingin menuruti kemauanku, maka aku akan pecat Om hari ini juga!” ancam Andy.

Varo terdiam, ‘Haih…walaupun umurnya 5 tahun, tapi kenapa kata-katanya sangat tajam. Daripada di pecat lebih baik aku nurut aja,’ gerutu Varo dalam hati.

“Gimana mau, atau tidak?!” tanya Andy tegas.

“Baiklah tuan muda, saya akan mengikuti kemauan tuan muda,” sahut Varo terpaksa.

“Kalau gitu aku mau menemui Papa, aku mau minta uang untuk mencetak brosur,” ucap Andy.

Detik selanjutnya Andy berlari menghampiri Wijaya masih duduk di ruang tamu bersama dengan Mayang.

“Ada apa?” tanya Wijaya ketus.

“Minta uang Pa, aku mau pergi jalan-jalan dengan Om Varo,” pinta Andy mengulurkan tangan kanannya.

“Mau kemana kamu?” tanya Wijaya datar, tanga meraih dompet tebal di atas meja.

“Mau jalan-jalan aja Pa. Atau mau nonton,” sahut Andy berbohong.

“Uang segini cukup?” tanya Wijaya memberikan uang 500 ribu ke tangan Andy.

Sejenak Andy berpikir, ‘500 ribu dapat apa. Sebaiknya aku minta tambah Papa lagi, jangan wanita itu aja yang dibelanjai. Aku anaknya sendiri tidak,’ umpat Andy kesal dalam hati.

“Cukup tidak?” tanya Wijaya sekali lagi membuyarkan lamunan Andy.

“Tidak, tambahin Pa,” sahut Andy, bola matanya melirik ke Mayang sedang menatapnya sinis.

Wijaya pun memberikan uang tambahan senilai 2 juta.

“Aku rasa uang ini sudah lebih dari…” ucapan Wijaya terputus saat Mayang mengambil uang 2 juta dari tangan Andy.

“Sayang, anak kecil itu tidak boleh di kasih uang banyak-banyak. Kalau cuman mau nonton, 500 ribu saja sudah cukup. Tidak perlu sampai kamu tambahi 2 juta lagi,” tegur Mayang ikut campur.

Perbuatan Mayang membuat Andy bertambah benci padanya. Andy mendekati Mayang, tangannya ingin menggenggam uang 2 juta dalam genggaman tangan Mayang. Namun, Mayang segera mengulurkan tangannya ke atas, membuat Andy melompat-lompat.

“Berikan uang ku…berikan tante..” pinta Andy terus melompat.

“Andy sayang, kamu jangan membantah calon tunangan, dan calon Mama sambung kamu. Kalau tante bilang itu sudah cukup, berarti cukup,” jelas Mayang dengan suara lembutnya.

“TIDAK! Sampai kapan pun aku tidak akan merestui tante menjadi Mama sambung ku. Tante berikan uang ku…” teriak Andy sambil terus melompat, meraih uang dalam genggaman tangan Mayang.

“ANDY!” bentak Wijaya menciutkan Andy.

Andy terdiam dengan wajah tertunduk sedih. Varo melihat hal itu tak tega, tangannya segera menggenggam tangan mungil Andy, mulai berbisik lembut agar raut wajah tuan mudanya tidak murung.

“Kalau uang tuan muda tidak cukup, pakai uang saya saja.Gimana? kalau mau mari kita jalan,” bisik Varo lembut, di sambut anggukan Andy.

“PAPA JAHAT, PAPA SUDAH TIDAK SAYANG LAGI SAMA AKU. AKU BENCI PAPA, AKU JUGA BENCI TANTE MAYANG!” teriak Andy meluapkan kekesalannya di hadapan sang Papa. Wijaya mendengar itu mengerutkan dahinya.

“Varo, sudah sana bawa pergi Andy. Bikin pusing aja!” perintah Wijaya bergumam.

“Baik tuan,” pamit Varo, menggendong tubuh mungil Andy.

Varo melangkah keluar dengan sebelah tangan menggendong Andy. Varo membuka pintu mobil, mendudukkan Andy dibangku kursi penumpag depan, memasangkan seatbelt. Lalu Varo masuk, menghidupkan mesin mobil.

“Om, kepercetakan ya,” pinta Andy.

“Siap!” sahut Varo.

Varo melajukan mobil mereka tumpangi menuju ke percetakan. 1 jam kemudian, mobil di tumpangi Varo dan Andy telah terpakir di parkiran percetakan. Andy bergegas turun, berlari masuk ke dalam percetakan, dan duduk di meja pemesanan.

Setelah meminta mode desain ini dan itu, meminta di cetak hari ini juga harus siap. Akhirnya brosur pesanan Andy selesai juga, dan siap untuk di bagikan.

.

.

...ILUSTRASI BROSUR CETAKAN DAN KEINGINAN ANDY...

Terpopuler

Comments

〈⎳ HIATUS

〈⎳ HIATUS

bang sorry nih aku boleh Gilas si Wijaya sama si Mayang pakai Traktor ngga bang ? sebel bacanya perempuan Kok kaya ulat bulu

2023-02-01

1

Denry Deny

Denry Deny

kreatif

2023-01-07

0

Denry Deny

Denry Deny

Lama-kelamaan Mayang nih ngelunjak

2023-01-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Penculik Kau?
2 Bab 02. Harga Andy senilai 500 ribu
3 Bab 03. Mencetak Brosur
4 Bab 04. Wawancara
5 Bab 05. Bagaimana Caranya Aku Cari Muka?!
6 Bab 06. Teringat
7 Bab 07. Menyatakan Cinta ke Mayang
8 Bab 08. Apa kamu mencintaiku?
9 Bab 09. Om aku tidak suka yang besar-besar
10 Bab 10. Toilet duduk
11 Bab 11. Ketakutan itu terulang
12 Bab 12. Apa kalian pikir aku setan?!
13 Bab 13. Bacot!
14 Bab 14. Camilla dan Mayang terus adu mulut
15 Bab 15. Aku pigi dulu ya bang
16 Bab 16. Pakah ini yang dinamakan Malaikat pencabut nyawa?
17 Bab 17. Andy memarahi Wijaya
18 Bab 18. Barbeque
19 Bab 19. Kak Camilla ikut mengantar ku?
20 Bab 20. Bayar hutang
21 Bab 21. Keren Kerokan dimana kau ini?
22 Bab 22. Aku Sudah Muak!
23 Bab 23. Jendela Kaca Mobil Berminyak
24 Bab 24. Isi hati Andy
25 Bab 25. Pikiran Lafi
26 Bab 26. Akal-akalan Andy
27 Bab 27. POV LAFI
28 Bab 28. Ada Yang Bangun
29 Bab 29. Pria Misterius
30 Bab 30. Mau Sedih, Tapi Kok Lucu!
31 BAB 31. Sebuah foto
32 Bab 32. Rencana Lafi gagal
33 Bab 33. Perasaan
34 Bab 34. Batang Baseball
35 Bab 35. Hadiah Diam-Diam
36 Bab 36. Kepergok
37 Bab 37. Menikahi Kak Camilla untukku
38 Bab 38. Berikan Camilla untukku
39 Bab 39. Hans dan Sekretaris nya
40 Bab 40. Di Tolak dan Kejujuran
41 Bab 41. Hari Ulang Tahun Andy
42 BAB 42. Perdebatan
43 Bab 43. Camilla mengomel
44 Bab 44. Menunju kebun binatang
45 Bab 45. Kembaran di Kebun binatang
46 Bab 46. Diam-diam Kabur
47 Bab 47. Baru sadar
48 Bab 48. Amukan Andy
49 Bab 49. Demam Bersamaan
50 Bab 50. Isi pesan Camilla
51 Bab 51. Sabar Sabar
52 Bab 52. Pertanyaan Varo
53 Bab 53. Terbongkar
54 Bab 54. Rencana Lafi dan Mayang
55 Bab 55 Demam Tinggi Akibat Syok
56 Bab 56. Ancaman Mayang
57 Bab 57. Camilla di Culik
58 Bab 58. Aku Terjangkit Virus HIV
59 Bab 59. Hari Pernikahan, Malam pertama
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 01. Penculik Kau?
2
Bab 02. Harga Andy senilai 500 ribu
3
Bab 03. Mencetak Brosur
4
Bab 04. Wawancara
5
Bab 05. Bagaimana Caranya Aku Cari Muka?!
6
Bab 06. Teringat
7
Bab 07. Menyatakan Cinta ke Mayang
8
Bab 08. Apa kamu mencintaiku?
9
Bab 09. Om aku tidak suka yang besar-besar
10
Bab 10. Toilet duduk
11
Bab 11. Ketakutan itu terulang
12
Bab 12. Apa kalian pikir aku setan?!
13
Bab 13. Bacot!
14
Bab 14. Camilla dan Mayang terus adu mulut
15
Bab 15. Aku pigi dulu ya bang
16
Bab 16. Pakah ini yang dinamakan Malaikat pencabut nyawa?
17
Bab 17. Andy memarahi Wijaya
18
Bab 18. Barbeque
19
Bab 19. Kak Camilla ikut mengantar ku?
20
Bab 20. Bayar hutang
21
Bab 21. Keren Kerokan dimana kau ini?
22
Bab 22. Aku Sudah Muak!
23
Bab 23. Jendela Kaca Mobil Berminyak
24
Bab 24. Isi hati Andy
25
Bab 25. Pikiran Lafi
26
Bab 26. Akal-akalan Andy
27
Bab 27. POV LAFI
28
Bab 28. Ada Yang Bangun
29
Bab 29. Pria Misterius
30
Bab 30. Mau Sedih, Tapi Kok Lucu!
31
BAB 31. Sebuah foto
32
Bab 32. Rencana Lafi gagal
33
Bab 33. Perasaan
34
Bab 34. Batang Baseball
35
Bab 35. Hadiah Diam-Diam
36
Bab 36. Kepergok
37
Bab 37. Menikahi Kak Camilla untukku
38
Bab 38. Berikan Camilla untukku
39
Bab 39. Hans dan Sekretaris nya
40
Bab 40. Di Tolak dan Kejujuran
41
Bab 41. Hari Ulang Tahun Andy
42
BAB 42. Perdebatan
43
Bab 43. Camilla mengomel
44
Bab 44. Menunju kebun binatang
45
Bab 45. Kembaran di Kebun binatang
46
Bab 46. Diam-diam Kabur
47
Bab 47. Baru sadar
48
Bab 48. Amukan Andy
49
Bab 49. Demam Bersamaan
50
Bab 50. Isi pesan Camilla
51
Bab 51. Sabar Sabar
52
Bab 52. Pertanyaan Varo
53
Bab 53. Terbongkar
54
Bab 54. Rencana Lafi dan Mayang
55
Bab 55 Demam Tinggi Akibat Syok
56
Bab 56. Ancaman Mayang
57
Bab 57. Camilla di Culik
58
Bab 58. Aku Terjangkit Virus HIV
59
Bab 59. Hari Pernikahan, Malam pertama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!