Andy berhasil di tangkap oleh kedua security mall, sedikit ada pemberontakan dan kehebohan yang terjadi tadi. Namun, semuanya masalah itu telah diselesaikan, Andy bersama kedua security berada di parkiran, berdiri tepat di depan mobil Wijaya, dan di depan mobil ada seorang pria muda memakai seragam serba hitam yang terus tersenyum kepada Andy.
“Aku tidak mau pulang bersama dengan Papa dan Tante Mayang. Aku ingin bersama kakak berambut pelangi tadi, aku mohon pertemukan aku dengannya Om!"
Sambil menarik-narik baju seragam bagian depan security, Andy terus merengek untuk dipertemukan dengan Camilla. Sayangnya, kedua security tidak menggubris permintaan Andy. Andy pun diam, ia melirik ke pemuda yang sedari tadi tersenyum padanya.
"Om Varo!"
Andy berteriak sembari menggeliatkan tubuhnya seperti belut, dan melompat ke pelukan Varo. Perbuatan spontan Andy membuat kedua security tercengang, jantung mereka hampir copot.
“Alamak, anak ini macam monyet aja. Bisa-bisanya kau melompat dari pelukan kami. Untung aja ada Abang itu yang menangkap kau, kalau nggak, bisa remuk lah tulang-tulang kau itu," celetuk salah satu security bertubuh tinggi, berkulit sawo matang.
“Maaf Om!" maaf Andy disertai senyuman. Kedua security membalasnya dengan menggeleng.
Tidak ingin di marahi sama atasan, kedua security berpamitan kepada Andy dan Varo. "Kami permisi!"
Andy membalas kepergian kedua security dengan melambaikan tangan.
Baru 10 langkah meninggalkan Andy. Mayang keluar dari dalam mobil, berlari kecil mengejar security sambil berteriak.
“HEI, HEI! TUNGGU!"
Teriakan tak sopan dari Mayang menghentikan langkah kaki kedua security itu. Mereka berdua pun menoleh ke belakang, terlihat Mayang berlari kecil mengarah ke arah mereka.
“Kau panggil kami?” tanya security.
“I-iya. A-aku memanggil kalian berdua!"
Mayang terengah-engah, tubuhnya sedikit membungkuk untuk mengatur nafasnya. Kedua security memandangi Mayang yang tampak seperti wanita tua sedang kelelahan, sekilas mereka saling pandang, lalu kembali memandangi Mayang yang kini berdiri tegak dihadapan mereka.
“Lah, yang kami kira kau itu sedang memanggil wawak tukang sayur," celetuk security bertubuh pendek.
"Gaya-gaya lari yang kau tunjukkan tadi itu persis seperti emak-emak yang sibuk ngurus rumah, dan telat mendengar teriakan wawak penjual sayur!" tambah security bertubuh tinggi sambil tertawa.
Rasanya Mayang ingin menampar wajah kedua security tersebut, dan memaki mereka, karena telah menghina dirinya. Tapi niat itu harus diurungkan olehnya, sebab Wijaya ada di situ.
"Kasar kali kalian berdua. Aku manggil dengan nada lembut malah mendapatkan hinaan seperti ini. Sudahlah, itu tidak penting!"
Mayang menghentikan perkataannya, ia membuka dompet berwarna hitam berbahan bulu angsa. Di ambilnya 5 lembar uang merah dari dompet itu, lalu mengulurkannya ke security.
"Nah, uang ini buat kalian berdua. Terima kasih telah membawa kembali calon anakku!" ucap Mayang ketus.
Kedua security saling menatap, bibir mereka menarik senyum penuh makna. Tanpa segan security bertubuh tinggi mengambil uang tersebut, serentak mereka berdua menatap uang merah yang masih tegang itu.
"Jadi harga sebuah nyawa dari anak lelaki itu hanya 500 ribu?" tanya security bertubuh pendek.
Mayang mengernyitkan dahinya.
Security bertubuh tinggi mengambil tangan kiri Mayang, meletakkan lima lembar uang merah itu di telapak tangannya, di lipat tangan Mayang sampai membuat kepalan, lalu di tepuk-tepuk kepalan tangan Mayang.
"Kau makan ajalah uang itu sendiri. Kalau cuman 500 ribu, aku juga bisa membayar nya."
Kedua security itu pun pergi, tawa puas mereka terdengar di sepanjang parkiran.
Mayang merasa terhina, ia pun meremas uang 500 ribu, sambil menatap punggung kedua security.
“Baru menjadi security aja sudah sombong!"
Mayang berbalik badan, melangkah menuju mobil yang saat ini siap jalan. Ia masuk sambil membanting pintu mobil, Varo, Andy, dan Wijaya heran melihat tingkahnya.
“Kenapa sayang?” tanya Wijaya lirih, sebab tubuhnya masih terasa sakit.
Tidak ingin terus marah dihadapan Azwan. Mayang menyelipkan tangan kananya di lengan Wijaya, bergelayut manja tanpa memikirkan Andy dan Varo yang duduk di bangku depan.
“Sayang, aku tuh, sebel banget lihat kedua security tadi. Bagus-bagusnya aku ingin memberikan uang 500 ribu ke mereka. Eh, malah mereka mengatakan harga nyawa Andy 500 ribu. Masa harga diri calon anakku segitu," rengek Mayang di buat-buat.
Wijaya mengelus puncak kepala Mayang untuk menenangkannya. Andy dan Varo memutar bola mata jengah, benar-benar sudah paham jika Mayang wanita yang pandai berakting.
“Aku bosan di sini. Gimana kalau kita pulang aja Om?!" ajak Andy tegas.
“Baik tuan muda,” sahut Varo.
Varo menjalankan mobilnya perlahan keluar dari parkiran mobil. Setelah keluar dari parkiran mall, Varo menambah kecepatan sedang mobil, menuju rumah Wijaya berada di jalan Ringrood. Tak sampai 1 jam mobil mereka berhenti di depan pagar warna putih. Pintu gerbang terbuka, memasukkan mobilnya dan berhenti di depan teras rumah.
Varo buru-buru turun untuk membuka pintu mobil Andy. Namun, Andy sudah lebih dulu membuka pintu untuk dirinya sendiri.
“Aku bisa mengurus diriku sendiri. Om Varo cukup urus Papa dan wanitanya itu!” ketus Andy sambil turun dari mobil.
“Tapi tuan muda…”
Andy tidak memperdulikan ucapan Varo. Andy terus berjalan dan masuk ke dalam rumah. Melihat Andy sudah masuk ke dalam rumah, Varo hendak membuka pintu mobil untuk Wijaya. Namun, Wijaya dan Mayang sudah lebih dulu turun.
“Loh…tuan..”
“Tidak masalah. Kamu masukkan mobil ke garasi,” perintah Wijaya.
Demi mendapatkan hati Wijaya. Mayang buru-buru keluar, memegang kedua lengan Wijaya, karena wajah Wijaya terlihat sangat kesakitan.
"Sayang, mari aku bantu kamu untuk masuk ke dalam. Biarkan aku mengoleskan salep obat di tubuh mu yang terluka," ucap Mayang bersuara lemah lembut, di buat-buat.
Wijaya membalasnya dengan anggukan.
###
Andy baru saja selesai mandi bebek dan memakai pakaian. Sebelum mengerikan rambut, ia naik ke atas kursi rias, berdiri di depan cermin sambil menatap pantulan dirinya sendiri di cermin besar berada di kamarnya itu.
“Hei, kamu yang ada di dalam sana!” tunjuk Andy ke pantulan dirinya sendiri, “Aku ingin meminta pendapat kamu. Bagaimana kalau aku carikan baby sister untuk Papa. Aku ingin ada seorang wanita yang akan terus menjaga dan menjauhkan Papa dari kejahatan wanita bermuka dua itu—"
Andy menggantung ucapannya, sejenak ia berpikir baby sister seperti apa yang cocok untuk menjaga Papa nya dari kejatahan dan niat busuk Mayang. Setelah mendapatkan ide, ia kembali berbicara pada cerminan dirinya sendiri.
"Tapi baby sister yang aku inginkan adalah Kak Camilla. Hem, bukan hanya sekedar baby sister deng, aku juga ingin Papa menikah dengan Kak Camilla. Bukan hanya berwajah cantik alami, tapi kak Camilla memiliki tenaga super kuat!"
Andy kembali menghentikan ucapannya. Kedua tangannya diangkat setinggi bahu, memperlihatkan kedua lengan kurusnya. Ia juga kembali melanjutkan ucapannya sembari menarik turun kan kedua lengannya bak seperti seorang olahragawan.
"Jadi aku sangat yakin siapa saja yang mendekati Papa pasti akan di smackdown oleh Kak Camilla."
Andy mulai memikirkan caranya untuk mencari keberadaan Camilla, dan sebuah ide berlian keluar begitu saja. Tidak ingin ide itu hilang dengan cepat, Andy berlari keluar dari dalam kamarnya.
🌿🌿🌿
“Woy…copet…copet....woy…berhenti!”
Di pusat pasar, tepatnya di pajak sentral Medan. Teriak 3 pria muda sambil mengejar seorang wanita memakai baju kaos oblong, rambut pelangi di masukkan ke dalam topi. Wanita itu terus berlari dan berlari menyusuri sudut pasar yang ramai akan pengunjung.
“Awas kelen. Air panas mau lewat, weuuy!” teriak wanita itu, Camilla.
Camilla terus berlari dan berlari, sampai ia menemukan sebuah tumpukkan kotak-kotak kayu di salah satu sudut pusat pasar yang sepi dan kotor. Camilla memanjat, dan masuk ke dalam salah satu tumpukan kotak kayu paling atas.
Detik setelah Camilla masuk, ketiga pria muda berhenti di depan tumpukan kayu. ketiga pemuda itu memandang luas ke sekeliling tempat yang kumuh itu.
“Dimana wanita itu?” tanya pria memakai baju garis-garis.
“Memang bodat, bisanya kita kehilangan wanita itu,” umpat pria memakai baju kaos tanpa lengan, di lengan kiri ada tato naga.
“Sudahlah, marilah kita pergi aja. Lagian yang di copet juga orang kaya. Biarkan orang kaya itu sekali-kali menyumbang kekayaannya untuk orang fakir,” sambung pria memakai baju kaos minion.
Ketiga pria itu akhirnya pergi meninggalkan tumpukan kayu. Setelah tak mendengar suara ketiga pria, Camilla melirik dari lubang kecil tak lupa bernafas lega. Merasa gerah di dalam kotak kayu, Camilla memanjat untuk turun. Namun naas, tumpukan 5 kotak kayu paling atas goyang.
“Eh…eh…kenapa goyang?”
Brak!
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Micel Lee
bah bahasa batak nya keren
2023-03-02
0
Denry Deny
Memang bodat. 😅
Keren nih ceritanya.
2023-01-07
0
Denry Deny
Kalau aku jadi Wijaya, mungkin aku tidak akan mau meneruskan hubungan itu.
2023-01-07
0