Dinikahi Kembaran Suami

Dinikahi Kembaran Suami

1. Kehidupan Caitlyn.

"Maaf Caitlyn, ini sudah keempat kalinya kau berbuat salah. Banyak rekan-rekan kerjamu yang merasa tidak nyaman. Jadi, mulai besok kau tidak perlu lagi datang ke tempat ini."

Itulah sepenggal kalimat nyata yang tak sampai lima menit lalu didengar Caitlyn dari mantan atasannya.

Caitlyn menghela napas panjang. Dalam dua bulan ini dia telah berganti-ganti pekerjaan sebanyak dua belas kali. Tak ada tempat yang benar-benar mau mempekerjakan dirinya sebagai karyawan, karena berbagai sikap ceroboh yang dia miliki.

Mau bagaimana lagi, fokus dan tujuan hidup Caitlyn sebenarnya telah hilang bersamaan dengan kematian Sean, pria yang telah menjadi suaminya selama delapan tahun ini.

Kecelakaan tunggal yang Sean alami, membawa luka sekaligus penderitaan terdalam bagi Caitlyn dan kedua anaknya, Chloe dan Wayne. Hidup mereka yang semula bergelimang harta berubah hanya dalam waktu sekejap.

Keluarga Sean yang tidak pernah menyetujui pernikahan mereka, lantas membebankan semua kesalahan pada Caitlyn. Ketiganya diusir keluar dari istana megah keluarga Edmund tanpa belas kasih.

Alhasil, demi biaya hidup yang lebih murah, Caitlyn memutuskan melakukan perjalanan jauh dari New York menuju Harlingen, Texas.

Akan tetapi, sesampainya di sana Caitlyn dan kedua anaknya malah nyaris menggelandang di jalanan. Sebab, dia sama sekali tidak mengenal siapa pun di tempat asing tersebut. Terlebih, Caitlyn tidak membawa banyak uang dan pakaian.

Beruntung ada seorang wanita tua baik hati yang tidak sengaja berpapasan dengan Caitlyn, dan menawarkan salah satu tempat tinggal sewaannya dengan tarif setengah harga.

Caitlyn merasa terbantu, meski hal tersebut sama sekali tidak membuat wanita itu merasa lebih baik karena dia harus menghadapi masalah lain, yaitu nafkah.

Wanita berusia 32 tahun itu, kini terduduk di sebuah kursi kayu. Di tangannya terdapat beberapa lembar uang kertas yang menjadi gaji terakhir sekaligus pegangannya. Caitlyn berharap uang tersebut dapat bertahan, setidaknya hingga dia bisa mendapatkan pekerjaan baru.

...**********...

Caitlyn bergegas lari menuju rumah sewaannya, ketika mendapati suasana di depan rumah tersebut terlihat lebih ramai dari biasanya.

Seorang wanita bertubuh sintal rupanya sedang memaki-maki Chloe, putri sulungnya, yang sedang tertunduk sembari memeluk tubuh kecil sang adik, Wayne.

"Ada apa ini? Nyonya Blair, mengapa Anda memarahi kedua anak saya?" tanya Caitlyn begitu tiba di hadapan mereka.

Wanita bernama Blair itu sontak menatap sinis Caitlyn dengan tangan terlipat di dada. "Anak perempuanmu baru saja mencuri tiga buah roti di tokoku, dan kau tahu benar Nona Caitlyn, ini bukan hanya sekali dilakukan oleh Chloe!" serunya keras.

Mendengar hal tersebut, Caitlyn langsung menatap tajam Chloe. "Benar itu Chloe? Katakan pada Ibu, bahwa apa yang baru saja Ibu dengar dari Nyonya Blair tidak benar!"

Chloe semakin menundukkan kepalanya dalam-dalam, tak berani menatap raut kemarahan sang ibu.

"Chloe!" bentak Caitlyn.

Chloe terkejut, seluruh tubuhnya gemetar ketakutan. "Maafkan aku, Bu. Aku hanya tidak tega mendengar tangisan Wayne yang kelaparan, sedangkan kita tidak memiliki stok makanan di rumah," ujar gadis kecil itu.

Caitlyn terbelalak mendengar pengakuan putri sulungnya itu.

"Lihat, anakmu memang pencuri! Benar-benar tidak tahu adab. Pantas saja dia tidak bersekolah. Didikanmu sebagai orang tua sungguh kacau!" Merasa menang di hadapan para tetangga yang menyaksikan peristiwa tersebut, Nyonya Blair mengeluarkan hinaannya.

Dia terus memaki Caitlyn dengan suara super lantang. Tak peduli wajah Caitlyn sudah memerah menahan malu.

Tak hanya harus menghadapi Nyonya Blair saja, Caitlyn juga harus menghadapi tatapan sinis tetangga-tetangga yang hadir di sana.

"Berapa kerugian yang harus saya bayar, Nyonya Blair?" tanya Caitlyn kemudian.

Nyonya Blair terdiam sejenak. "50 dollar!" jawab wanita itu sinis.

Caitlyn terkejut. "Banyak sekali, padahal harga satu roti kecil itu tak sampai 60 cent!" seru wanita itu tidak terima.

"Hei, wanita, ini bukan hanya sekadar mengganti harga roti saja! Ada banyak kerugian akibat tingkah putrimu itu! Bayar atau aku akan melaporkannya ke kantor polisi! Tentu aku akan mendapatkan lebih banyak ganti rugi." Nyonya Blair tersenyum sinis penuh kemenangan.

Caitlyn bergeming. Wanita itu tidak dapat melakukan apa pun, selain menuruti kemauan sang pemilik toko. Alhasil, dia pun membayar kerugian orang itu menggunakan gaji terakhir yang dimilikinya. Mau tidak mau, jatah makan mereka berkurang.

"Good! Lain kali beri anak-anakmu didikan yang benar, atau mereka akan terus mencoreng wajahmu itu!" Setelah berkata demikian, wanita bertubuh sintal itu pergi meninggalkan Caitlyn, diikuti para tetangga lainnya.

Caitlyn menatap Chloe sejenak, sebelum kemudian masuk ke dalam rumah tanpa berkata apa-apa.

"Bu, maafkan aku!" seru Chloe. Gadis berusia tujuh tahun itu tampak berusaha mengajak ibunya bicara. Namun, Caitlyn sama sekali tidak mau menanggapi.

"Aku tidak akan mengulanginya lagi, Bu. Please, jangan begini. Katakan sesuatu!" pinta Chloe dengan berurai air mata.

Caitlyn memilih tidak peduli. Dia sibuk menggoreng tiga butir telor yang tadi sempat dibelinya di minimarket terdekat.

Melihat sikap Caitlyn, Chloe terus saja mengoceh. Gadis itu tak ingin sang ibu bersikap dingin padanya. Selama ini dia selalu menuruti semua perintah Caitlyn dengan baik. Dia juga menjaga Wayne saat beliau sedang bekerja.

Chloe terpaksa mencuri roti karena tidak tega mendengar tangisan Wayne yang sedang kelaparan. Jadi, bukankah seharusnya sang ibu bisa memahami?

"Bu, salahkah aku hanya ingin memberi Wayne makan, sebab ibu tidak memiliki uang?"

Entah mengapa, pertanyaan Chloe barusan membuat Caitlyn tersinggung. Wanita itu menghentikan kegiatan memasaknya dan membentak Chloe keras. Bahkan, tanpa sadar Caitlyn melayangkan sebuah tamparaan di pipi gadis kecilnya.

Chloe terkejut bukan main. Hanya karena satu kesalahan saja, sang ibu tercinta tega melakukan hal tersebut. Chloe benar-benar kehilangan sosok malaikat tak bersayap setelah kematian ayahnya.

"Oh, my God, apa yang baru saja aku lakukan!" Seolah sadar akan tindakannya, Caitlyn segera berlari menyusul Chloe yang sudah lebih dulu pergi. Namun, tangisan Wayne memaksa Caitlyn untuk tetap berada di tempat.

Caitlyne menangis tersedu-sedu.

...**********...

Suara ketukan pintu terdengar, ketika Caitlyn hendak keluar dari rumah. Wanita itu baru saja berniat mencari keberadaan Chloe yang belum juga pulang, padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Akan tetapi, Caitlyn segera mengurungkan niatnya, begitu melihat sosok Chloe berdiri di depan pintu bersama Nyonya Pevita, sang pemilik rumah sewa yang dia tempati sekarang.

"Chloe!" seru Caitlyn sembari memeluknya erat. Wanita itu menangis sambil terus menggumamkan kata maaf berkali-kali.

Chloe membalas pelukan sang ibu. Gadis kecil itu juga meminta maaf padanya, karena telah berkata kurang ajar.

Nyonya Pevita membiarkan keduanya saling meluapkan perasaan mereka dari hati ke hati, sebelum kemudian mengajak Caitlyn bicara, setelah Chloe pergi ke kamar tidurnya.

"Terima kasih sudah menjaga Chloe, Nyonya. Aku memang sangat keterlaluan tadi," ucap Caitlyn. Wanita itu bersyukur karena Chloe memilih kabur ke rumah beliau.

"Tidak masalah, Cait. Namun, ada satu hal yang ingin aku sampaikan padamu." Nyonya Pevita memasang tampang serius, sekaligus tak enak hati.

"Silakan, Nyonya. Ada apa?" Caitlyn tersenyum.

"Sebelumnya aku ingin meminta maaf kalau pemberitahuan ini akan menyakitimu, Cait," kata Nyonya Pevita mengawali pembicaraannya.

Caitlyn mengerutkan kening dalam-dalam.

Nyonya Pevita terlihat menghela napas berat. "Cait, para tetangga tidak bisa lagi menerima kehadiranmu dan anak-anak. Kejadian Chloe yang tidak hanya sekali, membuat mereka marah. Alhasil, mereka meminta kau pergi dari sini."

Caitlyn tampak mematung.

"Aku sudah berusaha mengajak mereka bicara, tapi nyatanya tidak berhasil. Mereka bahkan mengancam akan membuat usaha penyewaan rumahku sepi. Kau tahu, ini adalah satu-satunya tempatku mencari nafkah."

Sorot mata Caitlyn berubah mendung. Namun, wanita itu berusaha menyunggingkan senyum terbaik yang dimilikinya.

"Baiklah. Besok kami akan pergi dari sini, Nyonya," ucap Caitly lirih. Dia tidak ingin melawan. Apa lagi, beliau dengan baik hati mempersilakan dirinya tinggal dengan bayaran rendah.

Entah bagaimana hidupnya besok, Caitlyn terlalu lelah memikirkannya.

Terpopuler

Comments

Khaanza

Khaanza

😍😍😍😍

2023-04-20

0

Rika Anggraini

Rika Anggraini

novel yg bagus harus rajin2 promo ni.biar byk yg baca

2023-02-14

2

Siska Agustin

Siska Agustin

niat hati pengen nampung bab nyatanya gak bisa ttp tangan ini grepeean pengen mencet tanda baca aja..

2023-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!