Mama Ku Hebat!

Mama Ku Hebat!

Dua Bersaudara

"Ka, mama lama.."

Nina, bocah perempuan berusia tiga setengah tahun itu tengah merajuk pada Yuna, sang kakak. Telah hampir setengah jam Nina menunggu di halte berdua dengan Yuna. Dan dari setengah jam itu, sudah sepuluh menit terakhir Nina mengucapkan keluhan yang sama berkali-kali.

Syukurlah Yuna masih cukup sabar menghadapi rajukan dan keluhan Nina. Bukannya kenapa. Tapi tingkah Nina yang tengah merajuk memang cukup menggelikan untuk dilihat. Simak saja tingkah Nina saat ini.

Nina tengah berdiri sembari menyenderkan tubuhnya pada tiang halte. Sementara dua meter darinya, sang kakak, Yuna terus mengawasinya dari bangku halte.

Tubuh gembul, Mulut manyun, pipi chubby yang belepotan oleh sisa-sisa cokelat, serta kerudung biru yang sudah miring-miring tak karuan lantaran sering digaruk. Begitulah penampilan Nina.

Belum lagi sudah berkali-kali pula Nina merubah posisi senderannya. Dari berdiri, bungkuk, jongkok, hingga duduk deprok di lantai halte, sudah dilakukannya. Mungkin kesal menunggu atau memang camilannya yang sudah habis sejak sepuluh menit lalu sehingga Nina mulai merajuk pada kakaknya.

Lucunya, rajukan Nina seringkali diselingi oleh celotehannya tentang benda-benda yang ada di sekitar halte. Entah itu burung, truk yang melintas lewat, ataupun capung yang hinggap di bunga bougenville yang ada di samping halte.

"Ka Una! Ada bulung!"

"Ka Una! Mobilnya gedee.."

"aah.. capung, Ka! Capung!!"

Begitulah. Syukurlah sejauh ini Yuna bisa sabar menghadapi tingkah adik satu-satunya itu. Walau mesti diakui, rasa malu tetap saja ada. Bagaimana tidak? Jika orang-orang di halte terus memandangi duo kakak beradik itu. Duh. Duh. Duuh..

"Nina.. Jangan deprok dong. Nanti kotor bajunya.."

Kembali Yuna mengingatkan Nina untuk ke sekian kalinya. Sayangnya yang diingatkan hanya menyahut 'ya' pelan dan tetap asik duduk selonjoran di lantai halte.

Akhirnya Yuna pun beranjak berdiri sembari membenarkan posisi tali ranselnya di pundak. Ia kemudian mendekati Nina yang terlihat mengantuk.

Dalam hatinya Yuna merasa geli ketika melihat Nina yang berkali-kali mengantuk-antukkan kepalanya.

'Ngantuk berat ya, dek? hihihiii...'

Belum sampai Yuna ke sisi Nina, tiba-tiba saja Nina yang sudah mengantuk berat malah oleng dan jatuh ke lantai. Dan entah karena kaget atau memang merasa sakit usai kepalanya terbentur, Nina pun menangis. Sontak saja halte pun menjadi riuh oleh suara tangisan Nina.

"huwaaaaa..aaaa.aaa...kakaa..."

Segera saja Yuna meraih dan menggendong Nina.

"cupcup.cup... ya Nina.. gak papa.. kakak di sini.. cup.cup.cup.cup.."

Yuna kemudian kembali duduk di bangku halte dengan Nina di pangkuannya. Ia pun kembali mencoba menenangkan Nina yang masih juga menangis.

"Mana yang sakit, dek? Sini coba kakak sembuhin.."

"Sakit, kaa huuu.." keluh Nina sembari memegang bagian kepalanya yang dirasa sakit.

Mengetahui keluhan Nina, Yuna pun mengusap-usap pelan kepala adiknya itu. Kemudian Yuna membacakan doa dan mengecup pelan kepala Nina.

"Ooh.. ini toh yang sakit. Nih.. kaka kasih doa ya.. bismillahirrahmaanirrahiiiimm.. mmm..muah. dah. Insya Allah sembuh!"

Seolah menganggap kakaknya sebagai dokter ahli, si kecil Nina pun percaya pada ucapan Yuna. Dan secara perlahan, ia mulai berhenti menangis. Hingga tak sampai semenit kemudian, hanya terdengar isakan pelan dari mulut mungilnya.

Di samping Yuna duduk, seorang ibu paruh baya terusik mendengar isakan Nina. Ibu itu menawarkan sebungkus roti kepada Nina.

Nina yang memang mudah terbujuk oleh makanan akhirnya benar-benar berhenti dari isaknya dan menerima roti pemberian ibu itu. Usai menerima roti pemberian ibu paruh baya, Nina menengokkan kepalanya ke atas, ke arah kakaknya.

Dengan pandangan memohon, Nina meminta ijin Yuna untuk memakan roti itu.

"Boleh, ka?" pinta Nina.

Yuna berdecak pelan. Antara merasa geli dan kesal melihat tingkah adiknya kali ini.

"Ya. Boleh.. Lagian rotinya udah Nina pegang, kan.. masa mau dibalikin lagi.. eh, bilang makasih dulu ke ibu, Niin.." Ucap Yuna sembari tersenyum ke ibu paruh baya itu.

"Hee.. iya. Makasih.. ibuu.." ucap Nina dengan riang.

"Sama-sama Nina.." balas sang ibu.

Mendengar balasan ucapan dari ibu di sampingnya, Nina malah urung memakan roti di tangannya itu. Nina merasa heran.

"Ibu! Kenall.. Nina ya? Ko. Kenall..emm.. namaa.. deee..de?" Tanya Nina dengan logat bicara terpatah-patah.

Lagi-lagi Yuna berdecak pelan. Kali ini lebih ke rasa gemas karena adiknya itu begitu mudah mengajak orang asing mengobrol.

Dicubitnya dengan pelan pipi tembem Nina sembari berkata,

"Ya tahu lah. Niin.. Kan dari tadi kaka panggil nama Ninaa.."ucap Yuna.

"Mmm.." seloroh Nina sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

Selanjutnya, Nina kembali memakan roti pemberian ibu paruh baya itu. Sembari menujukan pandangannya ke arah lalu lalang orang yang hendak menaiki bus dan angkot yang berhenti di depan halte.

Tapi itu dilakukan Nina hanya sebentar saja. Karena tak lama kemudian,

"Ibu! Dede.. belum.. kenall..nama ibu," Ucap Nina tiba-tiba. Yuna dan sang ibu sempat kaget dengan celotehan Nina itu.

"Maksudnya, Nina belum tahu nama ibu..?" ucap Yuna mengoreksi kalimat Nina.

"..iiya."

"Ya ajak kenalan dong sama Nina. Tanya.. ibu...saya Nina. Nama ibu siapa ya? Gitu, Nin.." ajar Yuna.

"He.emm.. ibu siapa?" Tanya Nina pada ibu di sampingnya.

Yuna kembali berdecak kesal. Karena kalimat perkenalan ajarannya malah dipangkas oleh Nina menjadi hanya dua kata. 'Ibu siapa?' Haih..haih..

Sang ibu kembali tersenyum menyaksikan percakapan duo kakak beradik di sampingnya itu. Dan kemudian, ia pun mengenalkan diri.

***

Percakapan antara Nina dan Bu Jaja (ibu paruh baya yang memberikan Nina sebungkus roti) terus berlanjut hingga beberapa menit lamanya. Sementara itu, Yuna memilih untuk menjadi pendengar saja.

Hanya sesekali Yuna ikut menanyakan perihal kegiatan Bu Jaja yang menurut pengakuannya adalah seorang guru TK. Nina lah yang aktif bertanya tentang ini-itu pada Bu Jaja.

Pertanyaan remeh sebenarnya. Tapi karena ditanyakan Nina dengan ekspresi serius, akhirnya Bu Jaja pun berusaha menjawab pertanyaan Nina dengan sabar.

Yuna yang melihatnya jadi sedikit tak enak hati. Khawatir Ibu Jaja merasa risih karena ditanya-tanya oleh adiknya. Tapi melihat senyuman yang diberikan Bu Jaja pada mereka berdua, membuat Yuna merasa lega. Dalam hatinya Yuna bergumam,

'Untung ketemu sama guru TK. Coba kalo dosen. Bisa-bisa malah dapet kuliah umum, kita..'

Percakapan antara Nina dan Bu Jaja terus berlanjut, dengan Yuna sebagai penyimak obrolan. Sampai akhirnya Yuna tersentak ketika mendengar Bu Jaja menanyakan sesuatu pada Nina.

"Mama Nina di mana?"

DEG. Mama. Di mana. Dua kata itu cukup membuat Yuna gelisah. Nina sendiri yang ditanya langsung menjawab,

"Mama.. ke antaliksa, ibu Ja..."

Yuna tergugu mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Nina. Jawaban yang juga selalu diberikannya kepada Nina setiap kali adik kesayangannya itu bertanya tentang mama.

"Antariksa yang di langit sana itu, Nin?" kata bu Jaja lagi.

"Iya! Di langit itu. Tuh!" seru Nina sembari menunjuk ke arah matahari biasa terbit.

Bu Jaja melihat arah telunjuk Nina dengan senyuman di bibir. Sementara saat itu Yuna masih tergugu mendengar perbincangan 'mama' itu.

"Berarti mama Nina antariksawan ya?" Tanya Bu Jaja lagi.

"..? ap..ppa Bu Ja? Taliksawang?" ucap Nina terbata-bata.

Mendengar ucapan Nina ini Bu Jaja sempat melebarkan senyumnya. Beliau menyadari betapa lucunya adik Yuna itu. Sayangnya Yuna masih tergugu dan tak mendengarkan celotehan lucu Nina.

"Iya. An-ta-rik-sa-wan, Nin. Orang yang pekerjaannya naik pesawat di antariksa," Tutur Bu Jaja lagi.

"Gitu Kak..?" Tanya Nina tiba-tiba pada Yuna.

Yuna terkejut ketika tetiba saja menjadi perhatian dua pasang mata milik Nina dan Bu Jaja.

"Eh.. Maaf Nin? Apa ya?"

"Iihh.. kakak kok bengung. Kata Bu Ja, Mama antalik..mm..antalik..sawan? iya Kak?"

Yuna masih gugup sendiri karena ketahuan sedang melamun. Ia lalu tersenyum tipis sebelum akhirnya berkata,

"Mama..."

Perlahan, memori lama milik Yuna pun mengurai. Kejadian beberapa tahun yang lalu pun akhirnya kembali terbayang di benaknya.

***

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Yg ini like n sub dulu Kak Mel, sy lagi meresapi cerita Dion yg mau ke alam manusia....

2023-01-12

1

khey

khey

baru ya kak??
semangat menulis 🤗
ma'af baru mampir 😟

2023-01-12

1

Lee

Lee

Wahh..krya bru lg k mel..
semangat, q subcribe jg nih

2023-01-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!