Pertengkaran Pertama

"Yuna memang nya ke sekolah ya? Mas kira dia sudah libur sekolah.." ujar Atmaja keesokan pagi nya saat sarapan.

"Ada kok, Mas. Dia di dalam kamar nya," jawab Sundari yang sedang mencuci piring bekas memasak tadi.

"Ooh.. dia sudah sarapan, Dek?" Tanya Atmaja.

"Belum, Mas. Kayak nya masih merajuk. Soal nya dari kemarin siang dia di dalam aja. Keluar cuma untuk ambil makanan, terus ke kamar nya lagi," jawab Sundari.

"Hhmm.. marah sama Kang Mas, ya, Dek? Mas kemarin memang salah karena udah cuekin Yuna sih.." Atmaja mengaku salah.

"Bisa jadi, Mas. Tapi sama Adek juga Yuna kayak nya kesal sih. Coba Mas tengokin ke kamar nya? Siapa tahu nanti hati nya sudah adem," usul Sundari kemudian.

Atmaja pun bergegas berdiri usai menyelesaikan makan nya. Dan setelah mencuci tangan nya di wastafel, Atmaja pun berjalan menuju kamar Yuna.

"Yuna.. ini Papa, Nak.. Papa masuk ya.." ujar Atmaja meminta ijin untuk masuk ke kamar.

"..."

Hening. Tak ada sahutan dari dalam kamar.

Atmaja menoleh singkat ke arah Sundari. Dan Sundari pun memberi nya senyuman penyemangat.

Usai menghela napas, Atmaja pun akhirnya membuka pintu yang tertutup rapat tersebut.

Cklek.

Atmaja mendapati Yuna sedang berbaring di atas kasur nya. Putri nya itu seperti nya sedang mendengarkan musik melalui head set yang terpasang di telinga nya.

Atmaja merapat ke pinggiran kasur. Lalu ia pun duduk di atas nya.

"Yuna.. Papa mau minta maaf soal kemarin. Maaf ya Papa udah cuekin Yuna.." ujar Atmaja sambil mengusap kepala sang putri.

Yuna langsung berbalik dan melepas headset di kuping nya. Dengan pandangan marah, Yuna pun berkata.

"Ayah nyebelin! Yuna kan cuma pingin Ayah lihat buku raport Yuna! Yuna juara dua, Pa!" Ujar Yuna setengah marah.

"Iya. Iya. Papa minta maaf. Kemarin Papa lagi capek banget, Sayang.. sekarang, coba mana buku raport nya? Papa mau lihat.." pinta Atmaja kemudian.

Akhirnya, perdamaian pun tercipta di antara pasangan ayah dan anak tersebut. Dan momen itu pun disaksikan oleh Sundari dari daun pintu yang terbuka separuh.

***

Beberapa hari berikut nya, Atmaja mulai kembali melamar ke beberapa kantor. Sayang nya, ia selalu saja menerima jawaban 'tak ada lowongan kerja' atau 'status pendidikan nya kurang memenuhi syarat'.

Memang, Atmaja hanya memiliki ijazah SMA saja. Ia pernah mengampu pendidikan di bidang ekonomi, sayang nya karena keterbatasan biaya, Atmaja harus berhenti saat perkuliahan nya menginjak semester empat.

Meski begitu, dengan otak nya yang terbilang cerdas, serta pengalaman nya di kantor sebelum nya, Atmaja berharap kalau ia masih bisa mendapatkan pekerjaan yang layak di kantor yang lain.

Sayang sekali harapan nya itu harus pupus sebelum sempat berkembang.

Selalu saja penolakan dan penolakan lah yang Atmaja dapatkan. Sehingga secara perlahan optimisme dalam diri bapak beranak satu itu mulai menipis.

Hingga suatu malam, terjadi lah perdebatan yang pertama antara Atmaja dan Sundari dalam pernikahan mereka yang sudah berusia satu dekade lebih itu.

"Di sini ditolak! Di sana ditolak! Sial sekali nasib Kang Mas mu ini, Dek! Kepa rat benar orang-orang di atas itu! Mereka mencemooh Kang Mas hanya karena status pendidikan Mas yang hanya sampai tamatan SMA saja! Dan*ouk!" Umpat Atmaja.

"Sabar, Mas.. mungkin belum ketemu kantor yang pas. Atau Mas bisa coba ganti profesi yang dilamar nya?" Usul Sundari dengan sikap tenang.

"Ganti jadi apa, Ndar?! Mas itu ahli nya di bidang akuntansi! Kamu mau Mas ganti jadi petugas OB gitu hah?!"

"Itu.. kalau gak ada profesi lain, jadi Office boy pun menurut Ndari gak apa-apa, Mas. Itu kan masih pekerjaan yang halal.." sahut Sundari masih dengan nada yang tenang.

"Mas malu lah, Ndar! Mau ditaruh di mana muka Mas nanti! Apalagi kalau sampai ketemu Bayu nanto, terus dia tahu profesi Mas menjadi OB. Gila! Mending gak kerja sekalian!" Rutuk Atmaja penuh emosi.

"Mas.. menjadi OB itu buka sesuatu yang memalukan. Justru lebih memalukan para pejabat yang punya jabatan tinggi, tapi malah makan uang rakyat. Itu baru nama nya malu-malu in..Ndari gak akan malu kok kalau Mas kerja di bidang apapun. Asalkan jujur dan halal.." balas Sundari mulai sedikit emosi.

"Alah! Kamu belum pernah ngerasain aja kerja di kantoran kayak gimana! Orang yang profesi nya paling rendah, apalagi jadi OB tuh kerja nya di kacungin, Ndar! Kerja nya cuma jadi pesuruh. Gaji gak seberapa, tapi capek nya luar biasa!" Balas Atmaja lebih lanjut.

"Ya terus mau gimana lagi, Mas? Tahun depan Yuna kan mau masuk SMP.. sementara uang simpanan kita makin sedikit. Lama-lama juga bisa habis kalau gak ada pemasukan tambahan. Upah Ndari bikin kancing cina juga gak seberapa, Mas.." ujar Sundari menyampaikan argumentasi nya.

"Ya kamu coba lah cari kerja sendiri sana di kantor! Atau kerja apapun yang katamu gak malu-maluin itu walau gaji nya kecil!" Sahut Atmaja masih penuh emosi.

"...Mas minta aku untuk cari kerja?" Tanya Sundari dengan pandangan terkejut.

Bukan nya kenapa. Sejak menikah, Atmaja telah meminta Sundari untuk menjadi ibu rumah tangga saja. Padahal sebenar nya ia ingin sekali mencari pengalaman bekerja usai ia lulus SMA.

Namun sejak dipinang dan menikah dnegan Atmaja, Sundari langsung menjadi ibu rumah tangga yang stay at home.

Paling ia hanya ikut menjadi pengrajin pembuat kancing cina saja di rumah. Yang upah nya sungguh tidak lah beberapa.

Niat Sundari pun sebenar nya hanya untuk mengisi waktu luang nya saja. Hingga akhirnya ia melahirkan Yuna. Sundari sempat berhenti menjadi pengrajin kancing.Sampai Yuna berusia empat tahun.

Baru setelah Yuna cukup besar saja Sundari kembali menekuni usaha nya menjadi pengrajin kancing di pabrikan rumah milik tetangga nya.

"Ya. Kalau kamu gak malu jadi OB, coba saja melamar jadi OB, sana! Nanti juga kamu rasain sendiri capek nya kerja!" Ucap Atmaja gusar.

"...Baik. Ndari turuti permintaan Kang Mas. Ndari juga akan mencari lamaran kerja untuk membantu Kang Mas.." sahut Sundari akhir nya.

"Bagus lah!" Jawab Atmaja, sebelum akhirnya lelaki itu pergi keluar rumah dengan hati yang dipenuhi oleh amarah.

Tinggallah Sundari seorang diri di dalam kamar.

Sepergi nya Atmaja. Sundari langsung terduduk lemas di atas kasur. Ia pun menangis untuk pertama kali nya setelah pernikahan nya dengan Atmaja yang sudah berlangsung lebih dari satu dekade ini.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar nya diketuk.

Tok. Tok. Tok.

"..Ma.. ini Yuna.. boleh Yuna masuk?" Ucap suara dari luar pintu.

Sundari pun terburu-buru menghapus bekas tangis nya. Ia tak ingin putri nya itu melihat nya menangis. Sekalipun mungkin Yuna juga telah mendengar pertengkaran nya dengan sang suami.

"Ehem! Masuk, Nak. Pintu nya gak dikunci!" Sahut Sundari sambil bangkit berdiri dan berpura-pura membereskan sprei kasur nya yang berantakan.

Cklek.

Pintu pun terbuka. Dan masuk lah Yuna yang terlihat ragu-ragu untuk masuk ke dalam kamar.

Setelah merasa hati nya lebih tenang, Sundari pun akhirnya menoleh ke belakang dan menghadap ke Yuna.

"Kenapa, Sayang? Kok belum tidur? Belum mengantuk?" Tanya Sundari sambil menepuk-nepuk sisi kasur nya tempat ia duduk saat ini.

Itu isyarat bagi Yuna untuk datang mendekat kepada nya.

Yuna pun mendekat. Anak perempuan itu lalu duduk di samping sang Mama.

"Ada apa, Yuna? Jangan bilang kalau kamu mau mama temani tidur? Atau jangan-jangan kamu mengompol lagi?" Tanya Sundari dengan nada menggoda.

***

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Huh! kesel suami mcam kang Atmaja yg gengsinya slangit, bnyak ngeluh dan tdk brsyukur...

2023-01-05

1

Lee

Lee

kancing cina??? apa kak..

2023-01-05

1

Lee

Lee

Istigfar..kang mas..istigfar, tong ngumpat² ktu ah isin ku gusti Allah

2023-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!