"Ada apa, Yuna? Jangan bilang kalau kamu mau mama temani tidur? Atau jangan-jangan kamu mengompol lagi?" Tanya Sundari dengan nada menggoda.
Sundari mencoba menutupi kesedihan hati nya di hadapan Yuna. Sebisa mungkin ia tak ingin air mata nya terlihat oleh anak nya. Ia ingin mengajarkan keteguhan kepada Yuna. Dan tak sepatutnya air mata itu diumbar dengan begitu mudah.
"Mama.. Papa kok keluar rumah malam-malam begini..? Papa habis marahin Mama ya?" Tanya Yuna secara langsung.
Saat itu, memang jam sudah menunjuk pukul sembilan lewat. Tak biasa nya Atmaja pergi keluar malam seperti tadi.
Biasanya setelah isya, Atmaja, Sundari dan Yuna duduk menonton TV bersama. Namun selepas isya tadi, Yuna yang pamit lebih dulu untuk tidur, tiba-tiba saja mendengar percekcokan kedua orang tua nya.
Hari adalah yang pertama kali bagi Yuna untuk mendengar kedua nya cekcok. Gadis itu terbangun saat mendengar suara Atmaja yang marah-marah.
Meski pun Yuna tak mengerti dengan apa yang dibahas oleh Mama Papa nya, namun Yuna tahu, kalau pertengkaran kali ini cukup serius. Bukti nya, Papa pergi begitu saja di waktu malam begini.
"Papa..memang sedikit marah ke Mama, Nak. Tapi gak apa-apa. Nanti juga kami berbaikan lagi kok. Yuna kenapa gak tidur lagi? Mama juga sudah mengantuk nih," sahut Sundari sambil tersenyum tipis.
Yuna pun beranjak bangun dan hendak kembali ke kamar nya lagi. Tapi sebelum keluar, anak yang mulai beranjak remaja itu kembali berkata.
"Ma, besok lusa ada pensi di sekolah. Acara memperingati Hari Ibu. Mama nanti datang kan?" Tanya Yuna dengan tatapan penuh harap.
"Besok lusa? Ya. Insya Allah Mama datang. Kamu tampil, Sayang?" Tanya Sundari dari tepi kasur.
Yuna mengangguk singkat.
"Iya. Datang ya, Ma! Yuna nanti nyanyi lagu tentang Mama lho!" Ujar Yuna sedikit lebih ceria.
Sundari memberi nya senyuman tipis. Baru setelah itu lah Yuna akhirnya pergi kembali ke kamar nya.
Perbincangan tentang Atmaja masih membuat hati Sundari merasa jerih. Jadi sebisa mungkin, Sundari ingin beristirahat terlebih dahulu.
Meskipun hati nya pun cemas dengan keberadaan Atmaja saat ini.
'Di mana kamu, Mas?' benak Sundari dihujani oleh kabut cemas.
***
Atmaja baru pulang pada jam tiga pagi-pagi buta. Semalam suntuk Sundari mengkhawatirkan suami nya itu.
Tak lama kemudian, Sundari mencium aroma asing pada tubuh suami nya itu. Terlebih lagi saat Atmaja tiba-tiba meminta jatah malam nya. Aroma asing itu menusuk penciuman Sundari sedemikian rupa.
"Mas habis minum ya?" Tanya Sundari menuding saat Atmaja memelo roti celana nya.
Sundari masih mencoba membuat sang suami tersadar terlebih dahulu dengan mengajak nya berbincang.
"Mas, seperti nya mabuk. Adek buatkan wedang dulu ya, biar Mas lebih segar?" Tawar Sundari kemudian.
"Diam saja lah! Jangan banyak bicara! Aku menginginkan mu sekarang juga!" Ujar Atmaja yang kini sudah dalam posisi siap untuk bertempur.
"Tapi, Mas.."
"Ah! Berisik! Kau mau Yuna bangun dan mendengar suara mu, hah?! Diam saja lah!" Ujar Atmaja kembali.
Sundari pun akhirnya diam dan membiarkan sang suami memasuki tubuh nya malam itu. Sayang sekali, Sundari tak merasakan cinta pada penyatuan kali ini. Karena Atmaja melakukan nya dengan cukup kasar dan brutal.
Setelah memuaskan diri nya, Atmaja pun terbaring diam di samping Sundari. Sementara itu, Sundari perlahan menangis dalam diam.
Seluruh tubuh nya terasa remuk usai Atmaja memasuki nya dnegan berbagai gaya yang tak pernah mereka lakukan. Dan semua gaya itu sama sekali tak memberikan kenik matan balik kepada nya.
Yang ada hanyalah tubuh nya sakit. Dan hati pun remuk redam.
Sundari berharap, keesokan hari nya Atmaja bangun dan menyadari kesalahan nya. Ia berharap hubungan nya dengan Atmaja kembali membaik dan romantis seperti di awal pernikahan mereka.
Sayang nya, harapan Sundari itu harus ia simpan di dalam hati. Karena sejak malam itu, perlakuan Atmaja kepada nya secara perlahan berubah ke arah yang kurang baik.
***
"Mas, besok lusa Yuna ada acara pentas di sekolah nya. Adek mau ke sana, boleh ya?" Tanya Sundari keesokan pagi nya.
Atmaja yang beru selesai mandi saat ini sedang bersantai di ruang televisi. Kepala nya terasa pusing sekali.
"Hmm.." sahut Atmaja singkat.
"Mas pusing ya? Ini, Adek sudah buatkan wedang untuk mengurangi rasa pusing nya Kang Mas. Di minum, Mas. Sekalian sarapan dulu.." Sundari menyodorkan nasi goreng di piring ke depan Atmaja. Berikut juga dengan segelas wedang untuk suami nya itu.
Sundari lalu ikut duduk di samping Atmaja yang sedang menyantap sarapan nya sambil menonton TV. Setelah Atmaja menyelesaikan makan nya, Sundari bergegas membawa piring kotor ke wastafel, lalu mencuci nya.
Baru setelah nya Sundari kembali duduk di samping sang suami.
Atmaja masih saja diam, dengan mata yang terfokus ke layar TV. Pikir Sundari, Kang Mas nya itu mungkin masih merasa pusing usai mabuk semalam tadi.
"Kang Mas semalam pergi ke mana?" Tanya Sundari yang mulai membuka obrolan.
Setelah lama menghening, Atmaja pun akhir nya menjawab.
"Rumah Broto," jawab singkat lelaki itu.
"Oh..."
'Pantas lah kalau Kang Mas mabuk. Si rumah Pak Broto kan memang jadi sarang nya para pemabuk di desa ini,' imbuh Sundari dalam hati.
"Kenapa gak ke tempat lain, Mas? Pak Broto itu kan dikenal pemabuk dan pemarah. Adek gak mau Mas kenapa-kenapa.. jadi.."
Ucapan Sundari segera dipotong oleh Atmaja.
"Lalu kau mau aku pergi ke mana? Rumah lon te kah? Atau rumah Yanti si Janda Muda itu?!" Hardik Atmaja tiba-tiba.
Sundari terkejut dengan hardikan dari Atmaja. Seumur-umur baru kali ini suami nya itu membalas perkataan nya dengan kalimat se sinis tadi.
Hal ini membuat Sundari jadi tak mampu berkata selama beberapa waktu lama nya.
"Bukan begitu maksud Adek, Mas.. Maksud Ndari tuh.."
"Ah! sudah lah! Kau mulai sering berisik akhir-akhir ini! Daripada kau ngoceh tak jelas begini, bukan kah seharusnya kau pergi keluar saja sana! cari kerja! kata mu kau mau cari kerja yang halal, hah?!" hardik Atmaja berulang.
Seketika kedua mata Sundari mengembun. Hati nya terasa sakit dengan ucapan Kang Mas nya barusan.
Atmaja lalu melihat mata nya yang mengembun. Sundari pikir suami nya itu akan luluh. Karena Atmaja selalu mengatakan kalau ia selalu lemah bila melihat wajah wanita berurai air mata. Namun nyata nya..
Atmaja tiba-tiba bangkit berdiri dan mengacuhkan Sundari yang hati nya tersakiti.
"Di sini panas sekali. Mas mau cari angin dulu!" pamit Atmaja sebelum sosok nya menghilang keluar pintu.
Tinggal lah Sundari yang menatap kepergian nya dengan kedua mata yang kini murni telah basah lah sudah. Karena dua aliran sungai pun terbentuk di kedua pipi nya yang putih itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
khey
sabar ya sundari ☹️
2023-01-13
0
Lee
skuntum 🌹dariku kak Mel, buat si atmaja yg bkin esmosi..
2023-01-05
1