Pak Tentara Itu Suamiku
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Hari-hari di jalani Naura penuh ujian mau itu secara langsung maupun tidak, tidak ada hari tanpa air mata di lalui Naura itu mustahil.
Sejak kecil hingga besar, hidup nya penuh hinaan dari orang di sekeliling nya.
Cacian hinaan orang-orang di sekeliling pun kini menjadi makanan sehari-hari Naura. Bagaimana tidak? saat dirinya lahir, dia sudah di katai buruk, hingga orang yang melahirkan nya pergi untuk selamanya perkataan itu tak juga berubah, bahkan semakin menjadi.
"Hei anak ha*am apa yang kau lakukan di sini?" tanya ketus seorang wanita menatap sinis tidak suka pada Naura.
"Saya mau makan Bu," jawab Naura.
"Hah? makan? tidak salahkan ini? dari mana kau memiliki uang untuk makan di sini, biasanya juga makan di rumah nasi dan lombok. Kenapa mendadak makan di sini? atau jangan-jangan kau habis menjual d**i seperti yang di lakukan ibu mu dulu?" tuduh wanita tersebut menghina Naura dengan sangat semangat.
"Stop!" lantang Naura muak.
"Jangan pernah membawa nama ibu saya. Ibu saya tidak seburuk yang Ibu katakan. Ibu saya tidak pernah menjual d**i, Ibu saya wanita baik. Selama ini saya cukup sabar mendengar cacian hinaan dan perlakuan buruk Ibu dan semua warga di sini terhadap keluarga saya, hingga Ibu saya tiada."
"Ibu pikir hidup Ibu sudah sangat baik? hingga dengan enak mengatai keluarga saya buruk?"
"Ya, emangnya kenapa? hidup saya sudah lebih dari kata baik, kau tidak terima? apa yang saya katakan selama ini kenyataan semua orang juga pada tau, bukan omong kosong yang mengada-ngada tidak ada menjadi ada."
Naura terdiam menatap wanita tersebut, tatapan nya kini menjadi lebih tajam seakan siap menerkam mangsa.
Wanita tersebut tidak takut melihat raut wajah Naura yang menatap tajam dan marah pada nya.
"Turunkan pandangan mu! Apa tidak ada hal baik yang di ajarkan Ibu mu pada mu bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua?"
"Hahaha... hahaha... Ibu ini lucu sekali. Ibu minta di hormati, tapi Ibu sendiri tidak bisa menghormati orang lain. Ibu saya selalu bahkan setiap hari mengingatkan saya untuk menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Mungkin di sini Ibu lah yang tidak pernah di ajarkan oleh Ibu nya Ibu," balas Naura berdiri tegak tersenyum kecil menatap wanita tersebut.
"Dasar anak ha*am! ka-"ucapan wanita tersebut terhenti di potong cepat Naura.
"Anak tidak memiliki sopan santun, seperti itu bukan yang ingin Ibu katakan?"
Perdebatan Naura dan wanita tersebut berlangsung cukup lama hingga dia di serang Ibu-ibu yang di hasut wanita tersebut.
Tidak mungkin menang melawan Ibu-ibu, Naura akhir nya memutuskan pergi meninggalkan tempat tersebut dan kembali pulang ke rumah.
"Huft, sampai kapan terus seperti ini? Naura lelah Bunda. Naura terpaksa melanggar semua pesan Bunda, Naura tidak bisa terus sabar mendengar mereka mengatai Bunda, jika Naura yang di katai tidak apa-apa. Tapi tidak untuk Bunda, karena Naura tidak terima," curhat Naura seraya mengelus bingkai foto wanita cantik.
"Bunda, Naura memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung ini. Naura akan kembali setelah sukses nanti, Naura akan menunjukkan pada warga sini anak ha*am yang mereka katai bisa bergelimang harta melebihi mereka yang terlahir sempurna akan keluarga utuh."
Janji Naura meletakkan kembali bingkai foto pada tempat nya, lalu bangkit meninggalkan kamar masuk ke dapur.
Seharusnya pagi tadi perut nya sudah terisi, tapi karena ada nenek sihir jadi tertunda.
Naura berdiri di tengah dapur bingung ingin memasak apa. Di dapur tidak ada bahan masakan yang bisa di masak.
"Huft," menghela nafas kasar, Naura berbalik beranjak pergi dari dapur.
Naura mulai memasukkan satu persatu pakaian di dalam tas. Tidak ada barang berharga yang di miliki selain foto Bunda yang di miliki.
Mengusap kaca bingkai foto Bunda, air mata nya terjatuh.
"Semua ini karena Ayah, jika Ayah ada bersama kita mereka tidak akan mengatai keluarga kita Bunda. Naura janji akan membalas semua penderitaan yang sudah kita alami selama karena dia," janji Naura bertekad, mengepalkan kedua tangan dengan erat.
Setelah semua barang di kemas, Naura menenteng tas berisi pakaian, dan keluar kamar.
Melihat sekeliling sudut ruangan, yang sudah lama di tempati sejak kecil hingga sekarang air mata nya jatuh menetes berat meninggalkan rumah penuh kenangan bersama wanita terhebat dalam hidup nya.
Langkah kaki nya tak kunjung bergerak dari tempat nya sekarang.
"Naura berat meninggalkan tempat ini, banyak kenangan kita bersama di sini. Tapi apa yang bisa di perbuat Naura sekarang? Naura tidak memiliki pilihan apapun lagi selain pergi, Naura harap keputusan ini adalah keputusan yang terbaik untuk hidup Naura," ucap Naura memandang sekeliling sudut ruang yang sudah menjadi tempat teraman dalam hidup nya.
Sebelum pergi, Naura menghampiri seseorang.
"Assalamualaikum mbok," salam Naura.
"Walaikumsalam, ee Nak Naura mari masuk," jawab wanita paruh bayah tersebut dengan antusias mempersilakan masuk.
"Terima kasih Mbok, kedatangan Naura kesini ingin menanyai sesuatu," ucap Naura.
"Hal apa yang ingin Nak Naura tanyakan?"
"Ayah Naura, apa Mbok punya petunjuk tentang Ayah Naura? please bantu Naura, Naura mau ketemu Ayah," mohon Naura dengan mengatupkan kedua tangan.
"Untuk apa Nak Naura mau tau? bukan nya sejak dulu Nak Naura tidak peduli? kenapa mendadak ingin tau?" tanya wanita paruh bayah tersebut penasaran.
"Mbok benar dulu Naura tidak peduli, tapi semua itu karena Naura sayang sama Bunda, Naura gak mau buat Bunda sedih kalau Naura cari tau tentang Ayah."
"Jadi sek-"
"Iya, bisa di kata seperti itu Mbok, Naura ingin pergi mencari Ayah dan membalas semua penderitaan yang diberikan Ayah pada Naura dan Bunda," ucap Naura cepat memotong perkataan Mbok tersebut.
"Jangan lakukan itu Nak, Bunda kamu tidak akan senang," nasihat Mbok cemas jika Naura melakukan seperti yang di katakan, karena orang yang akan di hadapi bukan orang sembarang yang muda di kalahkan.
"Naura tau, tapi Mbok tenang saja Naura tidak akan melakukan hal nekat yang akan merugikan diri sendiri, percayalah," tangan nya memengang tangan Mbok memberi keyakinan semua akan baik-baik saja.
"Baiklah, Mbok tidak bisa memaksa mu lagi. Tunggu sini Mbok akan mengambil sesuatu," bangkit Mbok pergi.
Naura terdiam, duduk memandang kepergian Mbok masuk ke kamar.
5 menit kemudian, keluarlah Mbok menghampiri Naura dengan tangan memengang sebuah kotak peti kecil.
"Semua petunjuk ada di dalam," menyerahkan kotak peti pada Naura.
Naura menerima, tatapan tertuju pada kotak peti, ada perasaan bingung bertanya-tanya, kenapa tidak Mbok katakan saja? kenapa harus memberikan sebuah kotak dari pertanyaan yang di minta?
"Ada apa ini? kenapa aku merasa deg-degan?" batin Naura.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
mampir LG di sini ak
2023-01-17
0
Jonathan Ray
ini sepertinya seru....di lanjut terus thor.
2023-01-15
0
ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ
kak Lia aku mampir lagi nih 🤭🤭🤭
kemaren sampe cerita Rizal ma Wulan 🤭🏃🏃🏃🏃🏃
2023-01-04
0