🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Hari-hari di jalani Naura penuh ujian mau itu secara langsung maupun tidak, tidak ada hari tanpa air mata di lalui Naura itu mustahil.
Sejak kecil hingga besar, hidup nya penuh hinaan dari orang di sekeliling nya.
Cacian hinaan orang-orang di sekeliling pun kini menjadi makanan sehari-hari Naura. Bagaimana tidak? saat dirinya lahir, dia sudah di katai buruk, hingga orang yang melahirkan nya pergi untuk selamanya perkataan itu tak juga berubah, bahkan semakin menjadi.
"Hei anak ha*am apa yang kau lakukan di sini?" tanya ketus seorang wanita menatap sinis tidak suka pada Naura.
"Saya mau makan Bu," jawab Naura.
"Hah? makan? tidak salahkan ini? dari mana kau memiliki uang untuk makan di sini, biasanya juga makan di rumah nasi dan lombok. Kenapa mendadak makan di sini? atau jangan-jangan kau habis menjual d**i seperti yang di lakukan ibu mu dulu?" tuduh wanita tersebut menghina Naura dengan sangat semangat.
"Stop!" lantang Naura muak.
"Jangan pernah membawa nama ibu saya. Ibu saya tidak seburuk yang Ibu katakan. Ibu saya tidak pernah menjual d**i, Ibu saya wanita baik. Selama ini saya cukup sabar mendengar cacian hinaan dan perlakuan buruk Ibu dan semua warga di sini terhadap keluarga saya, hingga Ibu saya tiada."
"Ibu pikir hidup Ibu sudah sangat baik? hingga dengan enak mengatai keluarga saya buruk?"
"Ya, emangnya kenapa? hidup saya sudah lebih dari kata baik, kau tidak terima? apa yang saya katakan selama ini kenyataan semua orang juga pada tau, bukan omong kosong yang mengada-ngada tidak ada menjadi ada."
Naura terdiam menatap wanita tersebut, tatapan nya kini menjadi lebih tajam seakan siap menerkam mangsa.
Wanita tersebut tidak takut melihat raut wajah Naura yang menatap tajam dan marah pada nya.
"Turunkan pandangan mu! Apa tidak ada hal baik yang di ajarkan Ibu mu pada mu bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua?"
"Hahaha... hahaha... Ibu ini lucu sekali. Ibu minta di hormati, tapi Ibu sendiri tidak bisa menghormati orang lain. Ibu saya selalu bahkan setiap hari mengingatkan saya untuk menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Mungkin di sini Ibu lah yang tidak pernah di ajarkan oleh Ibu nya Ibu," balas Naura berdiri tegak tersenyum kecil menatap wanita tersebut.
"Dasar anak ha*am! ka-"ucapan wanita tersebut terhenti di potong cepat Naura.
"Anak tidak memiliki sopan santun, seperti itu bukan yang ingin Ibu katakan?"
Perdebatan Naura dan wanita tersebut berlangsung cukup lama hingga dia di serang Ibu-ibu yang di hasut wanita tersebut.
Tidak mungkin menang melawan Ibu-ibu, Naura akhir nya memutuskan pergi meninggalkan tempat tersebut dan kembali pulang ke rumah.
"Huft, sampai kapan terus seperti ini? Naura lelah Bunda. Naura terpaksa melanggar semua pesan Bunda, Naura tidak bisa terus sabar mendengar mereka mengatai Bunda, jika Naura yang di katai tidak apa-apa. Tapi tidak untuk Bunda, karena Naura tidak terima," curhat Naura seraya mengelus bingkai foto wanita cantik.
"Bunda, Naura memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung ini. Naura akan kembali setelah sukses nanti, Naura akan menunjukkan pada warga sini anak ha*am yang mereka katai bisa bergelimang harta melebihi mereka yang terlahir sempurna akan keluarga utuh."
Janji Naura meletakkan kembali bingkai foto pada tempat nya, lalu bangkit meninggalkan kamar masuk ke dapur.
Seharusnya pagi tadi perut nya sudah terisi, tapi karena ada nenek sihir jadi tertunda.
Naura berdiri di tengah dapur bingung ingin memasak apa. Di dapur tidak ada bahan masakan yang bisa di masak.
"Huft," menghela nafas kasar, Naura berbalik beranjak pergi dari dapur.
Naura mulai memasukkan satu persatu pakaian di dalam tas. Tidak ada barang berharga yang di miliki selain foto Bunda yang di miliki.
Mengusap kaca bingkai foto Bunda, air mata nya terjatuh.
"Semua ini karena Ayah, jika Ayah ada bersama kita mereka tidak akan mengatai keluarga kita Bunda. Naura janji akan membalas semua penderitaan yang sudah kita alami selama karena dia," janji Naura bertekad, mengepalkan kedua tangan dengan erat.
Setelah semua barang di kemas, Naura menenteng tas berisi pakaian, dan keluar kamar.
Melihat sekeliling sudut ruangan, yang sudah lama di tempati sejak kecil hingga sekarang air mata nya jatuh menetes berat meninggalkan rumah penuh kenangan bersama wanita terhebat dalam hidup nya.
Langkah kaki nya tak kunjung bergerak dari tempat nya sekarang.
"Naura berat meninggalkan tempat ini, banyak kenangan kita bersama di sini. Tapi apa yang bisa di perbuat Naura sekarang? Naura tidak memiliki pilihan apapun lagi selain pergi, Naura harap keputusan ini adalah keputusan yang terbaik untuk hidup Naura," ucap Naura memandang sekeliling sudut ruang yang sudah menjadi tempat teraman dalam hidup nya.
Sebelum pergi, Naura menghampiri seseorang.
"Assalamualaikum mbok," salam Naura.
"Walaikumsalam, ee Nak Naura mari masuk," jawab wanita paruh bayah tersebut dengan antusias mempersilakan masuk.
"Terima kasih Mbok, kedatangan Naura kesini ingin menanyai sesuatu," ucap Naura.
"Hal apa yang ingin Nak Naura tanyakan?"
"Ayah Naura, apa Mbok punya petunjuk tentang Ayah Naura? please bantu Naura, Naura mau ketemu Ayah," mohon Naura dengan mengatupkan kedua tangan.
"Untuk apa Nak Naura mau tau? bukan nya sejak dulu Nak Naura tidak peduli? kenapa mendadak ingin tau?" tanya wanita paruh bayah tersebut penasaran.
"Mbok benar dulu Naura tidak peduli, tapi semua itu karena Naura sayang sama Bunda, Naura gak mau buat Bunda sedih kalau Naura cari tau tentang Ayah."
"Jadi sek-"
"Iya, bisa di kata seperti itu Mbok, Naura ingin pergi mencari Ayah dan membalas semua penderitaan yang diberikan Ayah pada Naura dan Bunda," ucap Naura cepat memotong perkataan Mbok tersebut.
"Jangan lakukan itu Nak, Bunda kamu tidak akan senang," nasihat Mbok cemas jika Naura melakukan seperti yang di katakan, karena orang yang akan di hadapi bukan orang sembarang yang muda di kalahkan.
"Naura tau, tapi Mbok tenang saja Naura tidak akan melakukan hal nekat yang akan merugikan diri sendiri, percayalah," tangan nya memengang tangan Mbok memberi keyakinan semua akan baik-baik saja.
"Baiklah, Mbok tidak bisa memaksa mu lagi. Tunggu sini Mbok akan mengambil sesuatu," bangkit Mbok pergi.
Naura terdiam, duduk memandang kepergian Mbok masuk ke kamar.
5 menit kemudian, keluarlah Mbok menghampiri Naura dengan tangan memengang sebuah kotak peti kecil.
"Semua petunjuk ada di dalam," menyerahkan kotak peti pada Naura.
Naura menerima, tatapan tertuju pada kotak peti, ada perasaan bingung bertanya-tanya, kenapa tidak Mbok katakan saja? kenapa harus memberikan sebuah kotak dari pertanyaan yang di minta?
"Ada apa ini? kenapa aku merasa deg-degan?" batin Naura.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Sepanjang perjalanan Naura terdiam, dia masih belum bisa percaya dengan apa di ketahui tentang Ayah.
Kini Naura sadar apa alasan Bunda selalu menghalangi nya untuk tau tentang Ayah, ternyata kenyataan yang pahit ini sudah di prediksi Bunda akan menghancurkan hati nya berkeping-keping.
"Aku membencimu, kau tidak pantas di sebut Ayah, kau pria jahat, kau iblis, aku membencimu sangat membencimu melebihi apapun yang ada di dunia," marah Naura mengingat penjelasan Mbok dari setiap foto yang di tanyakan.
7 jam kemudian.
Naura turun dari Bus menenteng tas.
"Huft," menghela nafas, melihat sekeliling Naura bingung harus berjalan kemana sekarang.
Membuka tas,mengecek dompet terdapat uang merah 1 lembar itu pun kasih Mbok.
"Di mana aku harus tinggal sekarang? aku tidak memiliki uang untuk menyewa kontrakan," bingung Naura memijit kepala mendadak terasa pusing memikirkan tempat tinggal.
Naura berjalan tanpa arah, tanpa tujuan jelas, kaki mulai merasa pegal. Berhenti sejenak berpikir mencari solusi,
Sekeliling jalan banyak kendaraan berlalu lalang, namun tidak ada dari satu kendaraan tersebut yang di hentikan Naura.
"Sebaiknya aku jalan saja, sayang kan uang di pakai untuk bayar ongkos mending di pakai buat makan," ucap Naura memutuskan berjalan kaki.
Dalam perjalanan, ada sebuah mobil berhenti tepat di samping nya. Naura menoleh mengarah pada kaca jendela belakang mobil.
Naura berniat mengetuk kaca jendela namun sudah lebih dulu terbuka. Di dalam terlihat sosok perempuan yang menatap nya intens dari ujung rambut hingga using kaki, di mana membuat Naura tidak nyaman dengan cara tatap wanita tersebut.
"Masuk lah," tawar perempuan tersebut tersenyum ramah.
"Tidak, terima kasih. Saya berjalan saja," tolak Naura tidak mengenal wanita yang mengajaknya ikut.
"Apa kamu tidak lelah berjalan sejak tadi?"
"Tidak, saya sudah biasa, jadi untuk jalan seperti ini bukan menjadi masalah besar."
"Oke, ini kartu nama saya jika perlu bantuan hubungi saya," menyodorkan selembar kartu kecil. Naura belum menerima, malah menatap tanya menautkan alis bingung.
"Saya tidak bermaksud jahat, sejak tiba tadi saya melihat mu seperti orang kebingungan kemana akan pergi, dan satu hal yang saya yakin saat ini keuangan mu sedang tidak baik-baik, maka dari itu saya ingin menawarkan mu pekerjaan, tapi jangan khawatir saya tidak memaksa mu bekerja, semua kembali padamu terima atau tidak," jelas nya mengerti melihat wajah bingung Naura dengan semua yang di lakukan, bagaimana juga dia orang baru bagi Naura.
"Pekerjaan? apa Ibu yakin? kita belum saling mengenal?" kaget Naura tidak percaya apa yang di dengar. Tidak menyangka masih ada orang baik kepadanya.
"Iya, kamu benar. Tapi dalam agama tidak mengajarkan kita berbuat baik pada orang yang di kenal saja, tapi juga pada orang yang tidak di kenal."
Naura terdiam, hati nya tersentuh. Sejak kepergian Bunda dia tidak pernah mendengar perkataan bijak yang menyentuh hati nya, hingga dia sangat merindukan Bunda.
"Nak, kamu kenapa? apa ada yang salah dengan perkataan saya?" tanya nya bingung melihat ekspresi sedih Naura.
Namun Naura masih terdiam dalam kenangan yang mengingatkan nya pada Bunda. Tanpa terasa butiran bening jatuh begitu saja di wajah cantik nya.
Melihat Naura menangis, wanita tersebut segera turun dari mobil mendekati Naura dan mengajak masuk.
Wanita tersebut tidak ingin orang yang melihat menjadi salah paham, karena semua tidak seperti yang di lihat.
"Nak, kamu kenapa? apa perkataan tante ada yang salah hingga membuat mu menangis?"
Naura menggeleng kepala. "Tidak, perkataan tante tidak ada yang salah, hanya saja Naura rindu sama Bunda."
"Emangnya Bunda kamu di mana?" tanya nya penasaran.
"Bunda telah pergi meninggalkan Naura selamanya."
"Maaf Tante tidak tau soal itu," ucap nya merasa bersalah membuat Naura sedih teringat akan Bunda nya yang telah tiada.
"Tidak, Tante tidak perlu meminta maaf ini bukan kesalahan Tante, Naura malah merasa bersyukur dapat bertemu Tante mendengar kata-kata yang sering Bunda katakan pada Naura," ungkap Naura jujur merindukan nasehat Bunda yang membuat nya banyak belajar.
"Lalu di mana Ayah mu? kenapa tidak bersama mu?"
Wajah Naura seketika berubah terlihat tidak senang mendengar nama itu.
Perubahan nya pun di lihat wanita tersebut merasa ada amarah besar di dalam diri.
"Sudah lupakan tidak perlu di jawab," ucap nya mengerti.
"Tidak Tante, saya akan menjawab. Saya tidak memiliki Ayah, sejak berada di dalam kandungan Bunda, Ayah saya sudah langsung tidak menginginkan saya, bahkan meminta Bunda mengugurkan kandungan nya," terang Naura dengan suara gemetar berusaha tangguh.
"Kasihan gadis ini, pasti hidup nya sangat berat," batin nya sedih menatap Naura.
"Kamu tinggal di mana? biar Tante antar?"
Naura menggeleng kepala. "Saya tidak memiliki tempat tinggal."
"Apa kamu memiliki keluarga di sini?"
"Tidak, saya hanya berdua bersama Bunda."
"Jadi kamu tidak memiliki siapapun lagi selain Bunda?"
"Iya," Naura mengangguk membenarkan itu.
Wanita tersebut tersenyum, menatap lekat Naura dan menggenggam tangan nya.
"Apa kamu mau jadi anak Tante?" tanya nya hati-hati.
"Maksud Tante apa?" kaget Naura menatap wanita tersebut.
"Tante ingin menjadikan mu anak. Selama ini Tante dan keluarga sangat menginginkan anak perempuan tapi tidak pernah di beri kesempatan, tapi setelah melihat mu hari ini hati Tante merasa damai," ungkap nya terus terang dengan perasaan yang di rasakan.
Naura terdiam menunduk, semua yang terjadi hari ini terasa mimpi baginya. Bagaimana tidak? baru pertama kali bertemu wanita tersebut sudah ingin mengangkat nya menjadi anak, apa itu tidak menjadi tanda tanya?
Wanita tersebut pun paham dengan diam nya Naura.
"Jangan takut, Tante tidak bermaksud jahat. Kita memang baru pertama bertemu, jadi wajar kalau kamu bimbang. Tapi percayalah apa yang di katakan Tante serius."
"Kenapa Naura yang Tante pilih? Tante belum mengenal Naura, bagaimana kalau Naura tidak seperti yang Tante pikirkan?"
"Tidak, Tante yakin bahkan sangat yakin kamu wanita yang baik."
"Terima kasih. Naura tidak menyangka masih ada orang yang menilai Naura baik," terharu nya senang.
"Sama-sama. Jadi bagaimana apa kamu mau menjadi anak angkat Tante?" tanya wanita tersebut lagi penuh harap Naura mengiyakan.
"Iya Naura mau," mengangguk setuju dan dengan spontan wanita tersebut langsung memeluk Naura bahagia.
"Terima kasih Nak, Tante janji tidak akan membuatmu merasa kekurangan dengan menjadi anak Tante."
"Tidak, seharusnya Naura yang bilang terima kasih karena Tante sudah mau menjadikan Naura anak, padahal kita baru sekali bertemu."
"Biar adil kita sama-sama saja bilang terima kasih. Dan mulai hari ini panggil Mommy Yuna jangan Tante."
"Iya Mommy," ucap Naura sedikit kaku.
"Kamu akan terbiasa dengan beriring nya waktu. Percayalah," yakin nya melihat kegugupan Naura dalam menyebut kata Mommy.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Kini Naura dan Mommy Yuna telah berada di rumah, duduk bersama anggota keluarga lainnya di ruang keluarga untuk mengumumkan Naura yang akan menjadi anggota keluarga baru di keluarga Pratama.
"Mommy kenapa meminta kita semua berkumpul di sini? dan dia siapa?" tanya Arjuna karena telpon dari Mommy dia meninggalkan kerjaan dan buru-buru pulang.
"Benar yang di katakan Ar, apa ada hal penting yang ingin Mommy sampaikan pada kita?" timpal Alaska, adik Arjuna yang sama meninggalkan rapat penting karena telpon Mommy nya.
"Iya ada hal penting yang akan Mommy umumkan. Tadinya Mommy ingin umumin setelah Daddy, abang Ar dan abang Al pulang kerja, tapi Mommy berubah pikiran Mommy yakin nanti akan banyak alasan kesibukan yang kalian berikan seperti biasa yang kalian lakukan setiap Mommy minta kumpul," kata Mommy Yuna yang sangat mengenal sifat kedua putra nya.
"Mom itu bukan alasan, Ar memang ada kerjaan saat itu," protes Arjuna tidak terima.
"Al juga Mom," timpal Alaska.
"Dengar itu Naura, mereka selalu memberi alasan dengan kata kerjaan, Mommy pusing dengarnya. Mommy harap dengan adanya kamu di sini sekarang dapat membuat kedua abang mu berubah dan betah di rumah," ujar Mommy Yuna.
"Apa maksud Mommy?" tanya Arjuna bingung mengenai perkataan yang baru di ucap kan.
"Maksud apaan?" Mommy Yuna balik bertanya jadi ikut bingung dengan pertanyaan putra sulungnya.
"Yang baru Mommy katakan tadi."
"Coba Mommy jelaskan apa maksud dari kedua abang?" timpal Alaska ikut bertanya.
Mendengar dan mengerti ekspresi kedua putra nya saat ini Mommy Yuna tersenyum.
"Mom, jawab kenapa malah senyum-senyum sih?" desak Alaska semakin penasaran tidak sabar ingin tau apa jawaban nya.
"Kedua putra Mommy seperti nya sudah tidak sabar, gemas deh Mommy lihat nya," goda Mommy Yuna jahil.
"Serius Mom."
"Iya, iya, Mommy serius sekarang," ucap Mommy Yuna tidak tega menjahili kedua putra nya lagi.
"Mulai hari ini Naura wanita yang berada di samping Mommy akan menjadi anggota keluarga baru kita dan akan menjadi adik kalian," ungkap Mommy Yuna seketika semua diam, kaget.
Arjuna dan Alaska saling pandang menaikkan alis bertanya dan sama-sama pula menggeleng kepala bingung tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Kenapa diam? kalian sejak dulu sangat menginginkan adik perempuan, bukan? sekarang Mommy sudah kabulkan, katakan sesuatu jangan memperlihatkan wajah jelek kalian," ucap Mommy Yuna melihat reaksi aneh dari kedua putra nya.
Mereka tidak menjawab malah, menoleh menatap Naura. Tatapan kedua pria tersebut membuat Naura takut.
"Seperti nya mereka tidak menyukai keberadaan ku di sini," batin Naura tidak mau memperkeruh suasana.
"Mom, Dad, sebelum nya Naura ingin berterima kasih karena Mommy dan Daddy sudah berbesar hati menjadikan Naura bagian dari anggota keluarga Pratama, tapi setelah Naura pikirkan lagi, tidak seharusnya Naura berada di sini," ucap Naura.
"Apa yang kamu katakan Naura? kenapa mendadak?" bingung Mommy Yuna akan keputusan Naura.
"Maaf jika keputusan Naura ini dadakan membuat Mommy kaget, tapi Naura sudah memutuskan semua, dan Naura rasa ini jalan yang terbaik untuk Naura."
Naura bangkit dari duduk nya, dan saat ingin melangkah pergi meninggalkan ruangan, langkah kakinya terhenti, terdengar jelas namanya di panggil seseorang.
"Naura."
Langkah kaki terhenti seketika namanya di panggil, namun dirinya masih membelakangi mereka, tidak berani menatap wajah kedua pria tersebut.
"Naura, abang memanggil mu, kenapa diam saja?" Arjuna memandang punggung belakang Naura yang dapat di duga takut kepada nya dan juga Alaska.
Naura kaget tidak percaya dengan apa yang baru di dengar, perlahan berbalik dan menatap kedua pria yang ternyata sejak tadi menatap nya juga.
"Tapi buk-"
"Jangan menilai semua dari raut wajah seseorang, karena itu tidak mengatakan apa yang di inginkan," kata Arjuna cepat memotong perkataan Naura.
"Maaf," tunduk Naura malu karena sudah berprasangka buruk.
"Iya, tapi lain kali jangan seperti ini lagi," ucap Arjuna.
Naura mengangguk kepala. "Iya."
"Ya sudah karena semua sudah beres, sekarang kalian bisa kembali bekerja. Mommy akan pergi bersama Naura untuk mendaftar kuliah," ujar Mommy Yuna membubarkan semua untuk kembali pada aktivitas masing-masing.
Setelah kepergian Mommy Yuna dan Naura, Arjuna dan Alaska saling pandang lalu menoleh menatap Daddy.
"Ada apa? kenapa menatap Daddy seperti itu? jika ingin bertanya langsung saja bertanya Daddy akan menjawab," ujar Daddy tau arti tatapan kedua putra nya.
"Daddy tau asal usul Naura?" tanya serius Arjuna.
Mengangguk kepala Daddy Adit mengiyakan pertanyaan Arjuna.
"Iya, Daddy sudah selidiki semua tentang Naura, dari informasi yang daddy dapatkan Naura kini hidup sebatang kara, dulu nya dia tinggal bersama Ibu nya," jelas Daddy Adit menceritakan semua betapa keras hidup yang di jalani Naura selama ini.
Air mata jatuh menetes sedih cerita tentang kehidupan Naura menyentuh hati mereka.
Arjuna dan Alaska tidak menyangka hidup Naura begitu berat. Bahkan usia Naura saat ini masih 19 tahun, sedangkan kedua nya 27 dan 25. Pantas Naura terlihat imut ternyata masih sangat muda.
"Daddy tau siapa Ayah nya yang jahat itu?" tanya Arjuna.
"Tidak," menggeleng kepala tidak mengetahui apapun tentang itu.
"Daddy harap dengan mendengar cerita Daddy ini kalian berdua dapat menyayangi Naura seperti adik kandung," ungkap Daddy penuh harap.
"Itu pasti Daddy jangan khawatir, Ar dan Al akan menyayangi Naura, kita bahkan akan melindungi Naura meski nyawa nanti taruhan nya," janji Arjuna bertekad.
"Yang di kata Ar benar, jadi Daddy jangan khawatir," timpal Alaska.
"Senang Daddy dengar nya. Sekarang kalian bisa pergi bukan nya katanya masih ada kerjaan?" Daddy Adit memandang kedua putra nya.
"Iya ini Ar mau pergi," sahut Arjuna.
----------------
Di tempat lain, Mommy Yuna baru selesai mengurus berkas pendaftaran kuliah Naura. Terlihat jelas di wajah Naura sangat bahagia, akhir nya dapat melanjutkan pendidikan yang di impikan terkhususnya di prodi impian nya juga.
"Bagaimana, Naura senang?" menoleh menatap wajah putri angkat nya.
"Iya, Naura senang terima kasih karena Mommy Naura bisa berada di sini dan duduk di bangku kuliah, dulunya Naura berpikir tidak akan pernah merasakan hal seperti ini, ternyata semuanya salah, Tuhan mengabulkan semua yang menurut Naura tidak mungkin bisa terjadi," ucap Naura senang, dan memeluk Mommy Yuna.
Tidak ada kata yang dapat di ucap kan Naura, semua yang di miliki sekarang sudah dari kata cukup, malah dia merasa menjadi orang yang beruntung.
"Bunda, lihat sekarang Naura sangat bahagia, Bunda tidak perlu cemas lagi, sekarang Naura berada di sekeliling orang-orang yang baik menyayangi Naura dan menerima Naura apa adanya," monolog Naura.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!