Ternyata Kita Berbeda

Aluna berjalan sampai ke kampusnya. Dia kini sudah berada di Fakultas Ekonomi dan hari ini jadwal anak baru untuk mengisi mata kuliah yang akan mereka ambil di semester awal ini.

Aluna mencari - cari sosok Malik tapi dia tidak menemukan pria itu. Padahal kemarin mereka sudah janji untuk sama - sama mengerjakan semuanya bareng.

Aluna mengambil ponselnya dari tas dan mencari nomor Malik. Dia segera mengirim pesan kepada Malik.

Aluna

Malik kamu dimana?

Beberapa menit pesannya tak juga dibalas. Akhirnya Aluna mencoba menghubungi pria itu.

"Halo.. Malik kamu dimana?" Tanya Aluna.

"Aku pulang kampung" Jawab Malik ketus.

"Haaa, kamu pulang kampung? Ngapaian?" Tanya Aluna terkejut.

"Aku gak sudi berteman dengan orang yang suka berbohong" Ujar Malik kesal.

"Siapa? Aku?" Tanya Aluna.

"Ya siapa lagi?" Jawab Malik.

"Aku bohong apa sama kamu?" Tanya Aluna bingung.

"Kamu pura - pura susah kan? Padahal tadi aku lihat kamu pergi diantar sama supir" Malik balik bertanya.

Aluna langsung teringat kalau pagi ini dia diantar Mas Dimas sampai di depan kampus.

"Oh tadi kamu lihat aku di depan ya? Hahaha.. Kamu salah Lik, itu bukan supir aku, kaya banget aku punya supir seorang dokter. Yang antar aku tadi Mas Dimas anak dari pemilik rumah tempat aku tinggal. Dia itu seorang dokter ketepatan ada acara yang searah dengan kampus makanya dia ajak aku pergi bareng" Jawab Aluna jujur.

"Kamu gak bohong? aku tidak suka orang yang suka bohong" Ujar Malik.

"Bukannya kebalik, yang bohong duluan kan kamu. Kemarin siapa yang bohong tentang nama aslinya?" Tanya Aluna.

"Aku kemarin cuma bercanda dan kali ini aku serius" Jawab Malik.

"Aku juga serius dan aku gak bohong. Kalau kamu gak percaya ya sudah, mau gimana lagi aku jelaskan pada kamu. Gak mungkin kan aku suruh Mas Dimas balik ke sini dan jelasin ke kamu. Aku ini tau diri Lik, hanya orang yang menumpang hidup di rumah mereka" Ungkap Aluna.

"Ya udah kalau begitu. Tunggu aku di depan ruang administrasi, aku akan ke sana temui kamu. Baru kita sama - sama ajukan mata kuliah yang akan kita ambil" Jawab Malik.

Telepon terputus, tak lama kemudian Aluna melihat Malik berjalan menuju ke tempat dia menunggu. Mereka sama - sama menyusun mata kuliah yang akan mereka ambil di semester satu ini. Tentu saja mereka mengambil mata kuliah yang sama agar mereka bisa bareng kuliahnya.

Setelah selesai mengurus semuanya Aluna pamit ke Malik.

"Lik aku ke mushola dulu ya" Ujar Aluna.

"Ngapain kamu ke sana?" Tanya Malik heran.

"Ya shalat" Jawab Alun.

"Kamu muslim?" Tanya Malik.

"Iya" Jawab Aluna.

"Aku kira bukan lho, habis kamu gak pakai jilbab sih. Kebanyakan cewek - cewek sekarang kan pakai jilbab" Ujar Malik.

"Kamu ngejek aku ya? Keluargaku juga kebanyakan mereka pakai jilbab. Mungkin aku belum dapat hidayah ke sana. Tapi yang penting saat ini aku perbaiki shalat dulu nanti pelan - pelan baru tutup aurat" Sahut Aluna.

"Kamu gak ikut ke mushola?" Tanya Aluna balik.

"Ngapain?" Sambut Malik.

"Ya shalat juga" Jawab Aluna.

"Maaf Al, aku bukan muslim" Tolak Malik.

"Oh maaf - maaf, aku kira kamu muslim juga. Ya sudah kalau begitu aku sendiri aja yang shalat ya. Kamu tunggu sebentar" Ujar Aluna.

Aluna bergegas menuju mushola dan shalat dzuhur. Walau secara tampilan dia belum bisa jadi muslimah seutuhnya tapi Aluna tidak pernah meninggalkan shalatnya.

Aluna tau kalau jilbab itu wajib tapi dia masih belum siap menjalankannya. Orang tua Aluna juga tidak pernah memaksa Aluna biarlah kesadaran itu datang sendiri dari hati Aluna.

Setelah selesai shalat Aluna kembali ke tempat semula dimana Malik masih setiap menunggunya.

"Lama ya?" Tanya Aluna.

"Nggak" Jawab Malik.

"Makan yuk aku bawa bekal hari ini" ajak Aluna.

"Ya sudah kita ke warung" sambut Malik.

"Jangan aku bawa dua bekal, untuk aku satu untuk kamu satu" ungkap Aluna.

"Ya gak apa, kamu sudah bawain aku bekal aku traktir kamu minum, impas kan?" tanya Malik.

Aluna tersenyum manis.

"Oke kalau begitu" sambut Aluna.

Aluna dan Malik berjalan menuju warung pinggir jalan dekat kampus mereka. Mereka hanya memesan dua gelas minuman ala anak kuliah sederhana.

Kemudian mereka mulai makan bersama.

"Gimana, enak gak makanannya?" tanya Aluna.

"Enak, kamu yang masak?" tebak Malik.

Aluna tersenyum manis menatap Malik.

"Iya, aku mau belajar jadi seorang wanita tulen. Biar nanti kalau menikah suamiku senang punya istri pintar masak" jawab Aluna.

"Emangnya kamu mau cepat nikah?" tanya Malik penasaran.

"Nggak sih, aku mau tamat kuliah dulu terus cari kerja bantuin orang tua baru setelah itu aku nikah" jawab Aluna.

"Kalau begitu impian kamu itu kejauhan. Masih lama juga udah dipikirkan sekarang" bantah Malik.

"Ya kan gak apa - apa belajar mulai sekarang biar nanti kalau sudah dijalani gak berat lagi" ujar Aluna.

"Emangnya kamu sempat masak?" tanya Malik.

"Sempat, aku bangun pagi - pagi shalat bersihin rumah dan masak" jawab Aluna sambil makan dengan lahapnya.

"Tadi kamu diantar naik mobil ke kampus pasti rumah yang kamu tempati rumah orang kaya. Apa mereka gak punya asisten rumah tangga? Kamu bilang tadi saudara kamu itu dokter? Masak tega nyuruh kamu masak?" tanya Malik.

"Mereka gak pernah nyuruh aku melakukan semua itu. Tapi aku harus tau diri. Aku sudah tinggal di rumah mereka secara gratis jadi aku harus balas budi dengan cara ya membantu pekerjaan rumah. Kata mereka masakanku enak, makanya aku jadi selalu masak setiap hari di rumah. Lagian mereka gak melarang aku bawa bekal ke kampus. Itu kan sudah sangat membantu sekali" jawab Aluna.

Aluna berbicara dengan ceria dan tanpa beban. Dia bicara jujur dan polos tidak malu dan tidak mau menutupi keadaan hidupnya saat ini. Malik merasa salut kepada Aluna.

Jarang anak muda jaman sekarang yang punya pemikiran seperti Aluna. Biasanya remaja jaman sekarang malah lebih suka menunjukkan kehidupan yang mewah padahal kenyataannya tak seindah itu.

Malik perhatikan barang - barang yang dipakai Aluna juga barang - barang sederhana. Mulai dari pakaiannya, tasnya, sepatu dan jam tangannya tidak ada yang bermerk.

Malik merasa nyaman berteman dengan Aluna karena Malik juga bukan berasal dari keluarga yang mampu. Orang tuanya bersawah di kampung. Dia bisa kuliah karena dibantu oleh Kakak - kakaknya.

Malik adalah anak laki - laki satu - satunya di keluarganya. Oleh sebab itu Bapak Malik berpesan kepada Kakak - Kakak Malik agar mau membantu Malik sekolah sampai tamat sarjana.

Setelah selesai makan mereka pulang. Mereka berjalan menuju halte bus dan menunggu angkutan arah rumah mereka. Begitu bus datang Aluna dan Malik naik ke dalam bus.

Keduanya turun di depan gang rumah Aluna.

"Kenapa kamu malah mengantarku Lik?" tanya Aluna penasaran.

"Aku hanya ingin tau dimana kamu tinggal. Ya kalau sekalian antar kamu pulang kan gak apa - apa. Agar kamu sampai dengan selamat, lagian kosan aku gak jauh kok dari sini. Aku bisa berjalan pulang ke kos" jawab Malik.

"Baiklah, yuk aku tunjukin dimana aku tinggal" ajak Aluna.

Mereka berjalan tak jauh masuk ke dalam gang. Gang ini sebenarnya jalan alternatif untuk masuk dari pintu belakang rumah keluarga Aluna. Dari gang ini lebih cepat sampai dari pada melewati jalan depan.

"Nah ini rumah tempat aku tinggal" ucap Aluna.

"Sekarang aku sudah tau dimana kamu ringgy. Kalau begitu aku pulang ya Al" pamit Malik.

"Makasih Lik, hati - hati di jalan" sambut Aluna.

Malik berjalan menjauhi tempat tinggal Aluna dan seger kembali ke kosannya.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

ringgy?

2024-10-02

1

momnaz

momnaz

Menarik....

2023-03-21

2

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

penasaran sama Malik kira" dia dr suku apa yah, namanya spt orang Islam walo nama belakangnya Abraham

2023-01-28

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Kesalahpahaman
3 Ternyata Kita Berbeda
4 Saling Menghormati
5 Cemburu
6 Jadian
7 Kehilangan Papa
8 Kerja Paruh Waktu
9 Semester Akhir
10 Jelang Wisuda
11 Wisuda
12 Curiga
13 Bertengkar
14 Mencari Pekerjaan Baru Part 1
15 Mencari Pekerjaan Baru Part 2
16 Karyawan Baru
17 Nasehat Teman - teman
18 Rahasia Terbongkar
19 Ditentang Keluarga
20 Pindah Tugas
21 Pulang Kampung
22 Dunia baru
23 Kenalan Baru
24 Ingat Kamu
25 Kangen Berat
26 Bertemu Lagi
27 LDR
28 Niat Baik
29 PDKT
30 Pertengkaran
31 Curhat
32 Perkenalan Part 1
33 Perkenalan Part 2
34 Pernyataan
35 Kembali
36 Terkejut
37 Pertemuan Kedua
38 Keputusan
39 Kembali ke Ibukota
40 Mama Sakit
41 Perpisahan
42 Sudah terbiasa
43 Perjodohan
44 Kabar Buruk
45 Pertemuan Dua Keluarga
46 Persiapan Pernikahan
47 Patah Hati
48 Mengundurkan diri
49 Pamit
50 Jelang Pernikahan Part 1
51 Jelang Pernikahan Part. 2
52 Pernikahan Aluna
53 Malam Pertama
54 Perjalanan Panjang
55 Kenyataan Pahit
56 Menjalani Hidup Sendiri
57 Mencari Pekerjaan
58 Kabar Gembira
59 Mama Papa Datang
60 Mendadak Romantis
61 Desakan Mertua
62 Tidak Pulang
63 Kembali Seperti Semula
64 Menyelidiki Kehidupan Kamal
65 Munas di Kantor
66 Tidak Saling Kenal
67 Orang Asing
68 Rahasia Terbongkar
69 Sulit Melupakanmu
70 Hari Terakhir Munas
71 Kembali Sepi
72 Sandiwara Lagi
73 Lebaran Pulang Kampung
74 Kumpul Keluarga
75 Sendiri Lagi
76 Semakin Sakit
77 Kemarahan Orang Tua
78 Ke Dokter
79 Masih Suci
80 Ambil Keputusan
81 Kejutan
82 Rahasia Besar
83 Bercerai
84 Kehidupan Baru
85 Mutasi
86 Kantor Baru Suasana Baru
87 Ketemu Lagi
88 Mendekat
89 Upacara Gabungan
90 Penolakan Ketiga
91 Rapat
92 Kebenarannya
93 Perjodohan Part. 1
94 Perjodohan Part. 2
95 Curhat
96 Membuka Diri
97 Proses Berkenalan
98 Terbongkar
99 Tak Menyangka
100 Bertanya Kebenarannya
101 Mundur
102 Cemburu
103 Terbukanya Sebuah Tabir
104 Diterima
105 Kembali Padaku
106 Tidak Bisa Bersama
107 Rencana Pemersatu Hati
108 Lamaran Romantis
109 Mengalah dan Berteman
110 Sepanjang Jalan Kenangan
111 Kangen Masakan Kamu
112 Rencana Dipercepat
113 Perjalanan Ke Kampung
114 Bercerita Masa Lalu
115 Meraih Restu Mama Part. 1
116 Meriah Restu Mama Part. 2
117 Ziarah Ke Makam Papa
118 Rencana Pernikahan
119 Menyambung Tali Yang Putus
120 Tak Ingin Kembali
121 Bertemu Keluarga Malik
122 Restu Ibu
123 Hasutan Maut
124 Pertemuan Dua Keluarga
125 Rahasia Hampir Terbongkar
126 Akad Nikah
127 Ucapan Selamat
128 Kemeriahan Pesta
129 Honeymoon
130 Pasutri
131 Kerjasama
132 Survei Gudang
133 Berdua Dirumah
134 Jebakan
135 Selamat
136 Syukuran
137 Permintaan Maaf
138 Hati Orangtua
139 Maaf
140 Berhasil
141 Kabar Gembira
142 Curiga
143 Lamaran Tiba - tiba
144 Jadi Orang Tua
145 Curhat
146 Menegangkan
147 Penyelamatan
148 Hidayah
149 Diterima atau Tidak?
150 Percobaan Gagal
151 Ngambek
152 Kabar Baik
153 Kumpul Bersama
154 Peringatan
155 Masa Lalu
156 Hukuman
157 Ungkapan Hati
158 Janji Laki - laki
159 Usai sudah
160 Ngidam
161 Ketemu Camer
162 Syukuran
163 Kabar Buruk
164 Bersyukur
165 Niat Suci
166 Berakhir Bahagia
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Kesalahpahaman
3
Ternyata Kita Berbeda
4
Saling Menghormati
5
Cemburu
6
Jadian
7
Kehilangan Papa
8
Kerja Paruh Waktu
9
Semester Akhir
10
Jelang Wisuda
11
Wisuda
12
Curiga
13
Bertengkar
14
Mencari Pekerjaan Baru Part 1
15
Mencari Pekerjaan Baru Part 2
16
Karyawan Baru
17
Nasehat Teman - teman
18
Rahasia Terbongkar
19
Ditentang Keluarga
20
Pindah Tugas
21
Pulang Kampung
22
Dunia baru
23
Kenalan Baru
24
Ingat Kamu
25
Kangen Berat
26
Bertemu Lagi
27
LDR
28
Niat Baik
29
PDKT
30
Pertengkaran
31
Curhat
32
Perkenalan Part 1
33
Perkenalan Part 2
34
Pernyataan
35
Kembali
36
Terkejut
37
Pertemuan Kedua
38
Keputusan
39
Kembali ke Ibukota
40
Mama Sakit
41
Perpisahan
42
Sudah terbiasa
43
Perjodohan
44
Kabar Buruk
45
Pertemuan Dua Keluarga
46
Persiapan Pernikahan
47
Patah Hati
48
Mengundurkan diri
49
Pamit
50
Jelang Pernikahan Part 1
51
Jelang Pernikahan Part. 2
52
Pernikahan Aluna
53
Malam Pertama
54
Perjalanan Panjang
55
Kenyataan Pahit
56
Menjalani Hidup Sendiri
57
Mencari Pekerjaan
58
Kabar Gembira
59
Mama Papa Datang
60
Mendadak Romantis
61
Desakan Mertua
62
Tidak Pulang
63
Kembali Seperti Semula
64
Menyelidiki Kehidupan Kamal
65
Munas di Kantor
66
Tidak Saling Kenal
67
Orang Asing
68
Rahasia Terbongkar
69
Sulit Melupakanmu
70
Hari Terakhir Munas
71
Kembali Sepi
72
Sandiwara Lagi
73
Lebaran Pulang Kampung
74
Kumpul Keluarga
75
Sendiri Lagi
76
Semakin Sakit
77
Kemarahan Orang Tua
78
Ke Dokter
79
Masih Suci
80
Ambil Keputusan
81
Kejutan
82
Rahasia Besar
83
Bercerai
84
Kehidupan Baru
85
Mutasi
86
Kantor Baru Suasana Baru
87
Ketemu Lagi
88
Mendekat
89
Upacara Gabungan
90
Penolakan Ketiga
91
Rapat
92
Kebenarannya
93
Perjodohan Part. 1
94
Perjodohan Part. 2
95
Curhat
96
Membuka Diri
97
Proses Berkenalan
98
Terbongkar
99
Tak Menyangka
100
Bertanya Kebenarannya
101
Mundur
102
Cemburu
103
Terbukanya Sebuah Tabir
104
Diterima
105
Kembali Padaku
106
Tidak Bisa Bersama
107
Rencana Pemersatu Hati
108
Lamaran Romantis
109
Mengalah dan Berteman
110
Sepanjang Jalan Kenangan
111
Kangen Masakan Kamu
112
Rencana Dipercepat
113
Perjalanan Ke Kampung
114
Bercerita Masa Lalu
115
Meraih Restu Mama Part. 1
116
Meriah Restu Mama Part. 2
117
Ziarah Ke Makam Papa
118
Rencana Pernikahan
119
Menyambung Tali Yang Putus
120
Tak Ingin Kembali
121
Bertemu Keluarga Malik
122
Restu Ibu
123
Hasutan Maut
124
Pertemuan Dua Keluarga
125
Rahasia Hampir Terbongkar
126
Akad Nikah
127
Ucapan Selamat
128
Kemeriahan Pesta
129
Honeymoon
130
Pasutri
131
Kerjasama
132
Survei Gudang
133
Berdua Dirumah
134
Jebakan
135
Selamat
136
Syukuran
137
Permintaan Maaf
138
Hati Orangtua
139
Maaf
140
Berhasil
141
Kabar Gembira
142
Curiga
143
Lamaran Tiba - tiba
144
Jadi Orang Tua
145
Curhat
146
Menegangkan
147
Penyelamatan
148
Hidayah
149
Diterima atau Tidak?
150
Percobaan Gagal
151
Ngambek
152
Kabar Baik
153
Kumpul Bersama
154
Peringatan
155
Masa Lalu
156
Hukuman
157
Ungkapan Hati
158
Janji Laki - laki
159
Usai sudah
160
Ngidam
161
Ketemu Camer
162
Syukuran
163
Kabar Buruk
164
Bersyukur
165
Niat Suci
166
Berakhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!