MY GREAT PAINTER SYSTEM
[Selamat!]
[Anda telah berhasil menyelesaikan misi]
[Hadiah: … loading]
Sebuah layar transparan yang menunjukkan sebuah sistem muncul dan kembali menghilang di hadapan Sean. Namun, pria itu tidak sedikit pun melirik, dia lebih memilih mengabaikan jendela sistem.
Hadiah dari sistem tidak berguna, semuanya tidak jauh-jauh dari hal remeh seperti mendapatkan paket kiriman peralatan mencukur, voucher gratis makan bakso, atau bahkan dapat kesempatan mengintip teman perempuan mandi selama tiga detik.
Namun, mata Sean terbelalak saat jendela sistem kembali muncul.
[Sistem berhasil di upgrade]
[Selamat! Anda mendapatkan 1 miliar dari sistem]
[1 Miliar anda akan segera dikirim melalui rekening]
“Apakah ini nyata?”
***
Di dalam ruang kelas yang tenang, seorang dosen sedang membawakan pelajaran sejarah seni rupa di muka kelas. Tidak ada yang berani mengabaikan, dosen itu terkenal killer dan tidak segan mengurangi poin nilai dari muridnya.
Pada kursi paling belakang, salah satu mahasiswa tahun kedua-Sean Herdian tidak bisa berkonsentrasi sama sekali. Pandangannya terfokus pada apa yang ada di atas kepala, tepat pada sebuah layar hologram berbentuk jendela sistem mengapung di udara.
“Identifikasi status.” Pria berkacamata bundar itu berkata dengan begitu lirih hingga tidak ada yang mendengarkan ucapannya.
[Identifikasi status]
[Nama: Sean Herdian]
[Usia: 19 tahun]
[Status: Mahasiswa seni rupa]
[Kekuatan: 0 poin]
[Kecepatan: 0 poin]
[Kepandaian: 0 poin]
[Keberuntungan: 0 poin]
[Aura: 0 poin]
Sean kembali menghela napas dan menggosok kasar rambut hitam miliknya. “Mengapa poin milikku tidak pernah bertambah?”
Benar-benar sebuah sistem yang tidak berguna. Entah seberapa keras dirinya berusaha menyelesaikan misi yang diberikan, tetapi tidak ada perubahan dalam statusnya.
Sistem tidak hanya memberikan misi-misi yang unfaedah, tetapi hadiah penyelesaiannya pun sungguh tidak berguna. Benar-benar sistem yang tidak bisa diharapkan.
Sudah satu bulan hidup Sean terikat pada sistem. Sebuah kecelakaan membuatnya tidak sadarkan diri dan dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Namun, ketika matanya terbuka, sebuah jendela sistem adalah hal yang pertama dilihatnya.
Sean sudah menganggap dirinya gila dengan halusinasi-halusinasi yang mengelilingi kepala. Namun, saat sistem dengan rutin memberikan misi harian, pemuda itu mencoba menyelesaikan dan semua yang dianggapnya sebagai halusinasi adalah sebuah kenyataan.
[Misi harian: Menerima pukulan]
[Note: Semakin banyak anda menerima pukulan, semakin banyak hadiah yang didapatkan]
“Hah? Menerima pukulan? Benar-benar misi yang tidak masuk akal!” desah Sean putus asa sambil memijat pelan kepalanya.
Kepala pria itu akan meledak dengan hanya memikirkan misi dari sistem yang membawanya pada kesulitan. Tidak ada Keuntungan bagi Sean untuk terus menyelesaikan misi, itu membuat pemuda itu berencana mengabaikan misi kali ini dan seterusnya.
‘Tukk!’
Sebuah buntalan kertas dilemparkan ke arah Sean dan jatuh tepat di depan mejanya. Sebuah catatan kecil di tulis di dalam kertas.
Pandangan Sean beralih pada benda itu dan membukanya.
[‘Sean Herdian, beli dua kaleng cola dan kirim di kamar asrama!’]
Hanya sepatah kata singkat yang Sean baca. Meski hanya pesan tanpa pengirim, pemuda itu dapat menerka siapa yang sudah menulisnya.
“Lagi-lagi Felix, apa lagi maunya sekarang?” gumam Sean pada dirinya sendiri.
Felix Reinald, adalah teman satu kamar Sean di asrama universitas. Mereka sama-sama mahasiswa tahun kedua pendidikan seni rupa. Hanya saja hubungan mereka tidaklah mirip sebagai dua orang yang saling berteman.
Setelah membacanya sekali lagi, Sean merobek kertas itu menjadi bagian kecil dan meninggalkannya di atas meja. Perintah dari pesan Felix diabaikan sampai jam kuliahnya selesai. Dia bergegas ke kantin untuk membeli dua kaleng cola dan segera kembali ke kamar asrama.
***
'Kriek!'
Tepat di kamar 202, Sean membuka pintu kamar asramanya. Aroma dari rokok tercium kuat saat dirinya masuk ke dalam ruangan.
“Felix dan … Frans?” Mata Sean terbelalak melihat kedua orang yang sudah ada di dalam kamarnya.
Orang yang sudah disebutnya sedang duduk dan asyik merokok.
Tidak boleh merokok di area asrama!
Itu adalah aturan mutlak yang ditulis pada poster kertas dan dipasang pada sudut asrama. Tentu ada hukuman bahkan sanksi untuk dikeluarkan bila melanggarnya.
Namun, aturan-aturan tidak berlaku bagi kedua orang itu. Mereka semua memiliki latar belakang yang tidak bisa disentuh oleh siapapun di tempat ini.
“Ma-Maaf, aku datang terlambat.” Sean masuk dengan wajah tertunduk.
“Ahh, lihat ini siapa yang baru datang? Kau terlambat datang dan membuat tenggorokan kami mengering. Apa kau mengabaikan pesan kami, hah?” Felix yang duduk bersilang kaki di atas ranjang melontarkan protesnya. “Bagaimana Frans, dia sudah tidak menghormati tamuku.”
Frans Ellinden memiliki penampilan paling mencolok di antaranya. Pria berdarah Eropa yang satu-satunya memiliki warna rambut pirang dan mata biru di kampus begitu populer. Ketampanan Frans membuat para gadis mengidolakannya.
Latar belakang sebagai anak direktur sebuah galeri besar membuat Felix begitu hormat, tetapi tidak bagi Sean.
Dibandingkan kata hormat, Sean lebih memilih kata takut. Dia benar-benar tidak bisa melanggar perintah Frans.
Hubungan diantara mereka tidak menguntungkan Sean. Ayahnya bekerja sebagai tukang kebun di keluarga Frans. Karena dianggapnya rendah membuat pemuda berdarah campuran itu tidak henti-hentinya membully Sean.
“Apa kau sudah mengabaikan pesan yang diberikan Felix?” tekan Frans dengan aura mengintimidasi.
“Benar! Bocah itu pasti sengaja melakukannya. Dia harus diberikan hukuman!” hasut Felix dengan senyum licik di wajahnya.
Frans menoleh dan sedikit tertarik dengan ide dari temannya, itu membuat sudut bibir Frans ikut terangkat lebar.
“Kemarilah!” perintah tegas Frans pada Sean.
Dengan kaki bergetar dan rasa ingin mengompol, Sean melangkah maju dan berhenti tepat di hadapan Frans.Terlihat kantong plastik yang berisi dua cola masih ditenteng di tangannya.
Saat langkah Sean berhenti, tidak ada respon apapun dari pria di hadapannya. Itu membuat jantung Sean berdebar kencang, bahkan keringat dingin mengguyur deras di wajahnya.
Ada perasaan takut yang mendalam pada dirinya. Namun, pria itu tidak bisa melarikan diri dari situasi ini.
“Apa kau hanya berdiri saja?” Frans melontarkan pertanyaan yang tidak dimengerti oleh Sean. Sontak pandangan Sean terangkat dan tampak Frans sudah menyilangkan kedua tangannya.
“A-aku tidak mengerti, Frans,” jawab Sean dengan mulut bergetar.
Frans bangkit dan melemparkan sisa dari puntung rokok ke arah Sean, beruntung bara rokok itu tidak mengenai tubuhnya. Namun, di tengah itu tangan Frans menggapai kepala Sean dan mendaratkannya di atas lantai. “Bersujud!”
‘Klang!’ Kaleng-kaleng cola yang dibawa Sean keluar dari kantong dan bergelinding di lantai.
Di bawah kaki Frans, wajah Sean terasa begitu panas. Benturan keras yang langsung dari wajahnya membuat tulang hidung pemuda itu terasa retak dan darah keluar dari tempat itu.
‘Srak!’ Frans kembali menarik rambut Sean sehingga wajah penuh penderitaan miliknya terangkat.
“Felix?” panggil Frans menoleh pada pemuda yang hanya menonton. “Berikan dia pelajaran, orang yang tidak menghormati tamu akan mendapatkan hukuman!”
“Sesuai perintahmu, Kak Frans,” kekeh Felix antusias.
Frans melepaskan cengkraman tangannya pada rambut Sean dan melemparkan tubuh pemuda itu ke atas lantai. Kacamata bundarnya ikut terlempar dan pecah.
Dengan menahan sakit, Sean mengusap lelehan darah di wajahnya. Tampak tubuhnya tidak berdaya untuk melawan. Sean benar-benar terlihat seperti seorang pengecut.
Dalam keputusasaan itu, tidak ada seorang pun yang menolongnya. Bahkan, sistem yang ada pada dirinya tidak memiliki kemampuan mempertahankan diri atau sekedar meringankan rasa sakit Sean.
"Ah, sistem," ungkapnya dalam hati.
Kali ini adalah kesempatan satu-satunya untuk dapat melarikan diri, tetapi Sean bertahan untuk sekedar berpikir dalam menyelesaikan misi harian pada sistem.
Felix mendekat, dia merendahkan tubuhnya sehingga tubuh pemuda itu sejajar dengan Sean. “Bersiaplah menerima hukuman!”
Dengan mata tertutup, Sean tampak siap untuk mendapatkan pukulan.
‘Plak! Plak!’ Beberapa tamparan dari Felix mendarat di pipi Sean secara bergantian.
[Anda mendapatkan 1 pukulan]
[Anda mendapatkan 2 pukulan]
[Anda mendapatkan 6 pukulan]
Jendela sistem kembali muncul dan secara otomatis menghitung banyaknya pukulan yang didapatkan Sean dari Felix.
Hitungan dalam jendela sistem terus merubah angkanya sampai Felix menyelesaikan pukulan terakhir.
[ … ]
[Anda mendapatkan 13 pukulan]
Pemuda itu jatuh telungkup di lantai. Tak puas dengan hal itu, Felix akan melanjutkan serangannya lagi dan ….”
‘Krak!’
Dengan sengaja Felix menginjak jari-jari di tangan kanan Sean.
“Arrrrgh!” Suara teriakan kencang adalah hal terakhir yang Sean lakukan sebelum seluruh kesadarannya hilang.
[Anda telah berhasil menyelesaikan misi harian]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
alisya damia
lanjut thor
2024-09-06
0
Sak. Lim
produk ggl ga jlas system nya
2024-03-11
0
Sak. Lim
produk ggl ga jlas slma bca bru ni nmu
2024-03-11
0