Mati rasa!
Ada rasa kesemutan yang membuat tubuh Sean kaku dan tidak bisa digerakkan. Bahkan, untuk membuka matanya saja Sean mengalami kesulitan, seakan ada batu yang menahan pada kedua kelopak matanya.
“Apakah aku sudah mati?” batinnya menerka apa yang terjadi.
Setelah melompat dari atap, hanya ada satu jawaban pasti, yakni kematian. Sean tidak akan hidup kecuali ada sebuah keajaiban dan tentunya dia tidak percaya itu sampai matanya terbuka perlahan.
[Sistem telah berhasil di upgrade]
“Sistem kembali di upgrade?” Sean kembali bertanya pada dirinya sendiri bagaimana bisa sistem mengikutinya sampai di akhirat.
[Transfer data sistem … 100%]
Semua tulisan yang ada pada jendela sistem membuat Sean tidak mengerti. Dia hanya mengerjap dengan setengah sadar sambil menunggu kelanjutan sistem yang terbaca.
[Hadiah misi yang tertunda]
Sistem mengaitkan hadiah misi yang tertunda sebelumnya.
Sean dapat mengingat bahwa dia telah menyelesaikan misi dan belum mendapatkan hadiah sebelum terjadi error. Meskipun tidak berharap banyak, tetapi Sean mengingat jelas apa yang membuatnya berhasil menyelesaikan misi.
Misi mendapatkan pukulan.
Benar saja, kejadian saat dia mendapatkan kekerasan dari Felix dan Frans yang membuat jari tangannya menjadi cacat. Dia tidak akan pernah melupakan misi konyol itu.
[Selamat!]
[Anda telah berhasil menyelesaikan misi!]
[Hadiah: … loading]
Tidak sedikit pun hadiah dari sistem membuat Sean tertarik. Sistem selalu memberikan hadiah-hadiah tidak berguna. Namun, lucunya saat ini Sean tidak bisa mengabaikan layar pada jendela sistem yang kembali muncul.
Mendadak mata Sean terbelalak saat jendela sistem kembali muncul.
[Hadiah misi!]
[Selamat! Anda mendapatkan 1 miliar dari sistem]
[1 miliar anda akan segera dikirim melalui rekening]
“Satu miliar?” Tanpa sadar pemuda itu bangkit dan berteriak keras dengan apa yang telah dibacanya.
“Sean!” Seseorang memanggilnya dan membuat Sean menjadi sadar.
Sejenak, pemuda itu mengabaikan satu miliar yang didapatkannya saat berada di dalam akhirat, tetapi sedetik kemudian dia sadar bahwa langit-langit putih, furnitur putih, dinding dan tirai yang juga serba putih adalah sebuah tempat yang lebih mirip ada di rumah sakit ketimbang akhirat.
Mata hitam Sean menengadah dengan penuh ketidakpercayaan. Bagaimana bisa dia kembali terbaring di rumah sakit setelah melompat dari ketinggian? Apakah adegan bunuh diri darinya adalah mimpi atau hanya khayalannya semata?
Tubuh Sean tidak terasa sakit sedikit pun. Bahkan, tubuhnya yang terasa berat mendadak menjadi ringan dan wajahnya lebih segar. Sean juga telah mengkonfirmasi bahwa tidak ada luka maupun darah yang ada padanya.
“Sean? Kau sudah sadar, Nak?” Suara yang tidak lain dari Pak Andi membuatnya sadar bahwa tempat yang dikiranya adalah akhirat ternyata benar-benar hanyalah kamar rawat di rumah sakit.
Dengan penuh khawatir, Pak Andi langsung melompat pada Sean dan memeluknya dengan erat. “Jangan mati, Nak. Ayahmu menyayangimu. Jangan pernah mengulanginya lagi.”
Kata-kata dari ayahnya mengkonfirmasi Sean bahwa tindakan mengakhiri hidupnya yang tidak berakhir memanglah sebuah kenyataan. Akan tetapi, dia kembali mengerjap penasaran.
“Mengapa aku tidak mati?” Bahkan dia melihat alat-alat medis yang ada di kamarnya tidak terpakai.
Kalaupun manusia gagal mati setelah jatuh dari ketinggian, setidaknya dia akan mendapatkan luka fatal. Entah gegar otak ataupun patah tulang adalah hal yang wajar. Namun, kenyataannya alat medis tidak digunakan sama sekali dalam perawatan Sean, bahkan selang infus pun tidak.
Mata Sean memicing dengan tidak percaya. Diingat sekali lagi sebelum dia benar-benar tidak sadarkan diri, saat itu tubuh Sean berlumuran darah.
“Ayah, apa yang terjadi?”
Ada penuh rasa haru yang membanjiri wajah Pak Andi, tetapi matanya melebar penuh dengan ketakjuban. “Ini semua adalah keajaiban. Saat orang-orang berteriak ada seorang pemuda yang jatuh dari atap, ayah segera melihat. Tubuhmu benar-benar penuh darah dan aku pikir anak semata wayangku sudah mati. Namun, kau masih bernapas, Nak. Bahkan tidak terluka sedikit pun.”
“Lalu … saat aku jatuh dari mana asal darah itu?” Pertanyaan Sean membuat ayahnya sedikit bingung.
Pak Andi hanya mengangkat bahunya dan menggeleng tidak tahu. “Entahlah, semua dokter juga merasa aneh. Tidak ada luka di tubuhmu, tetapi …”
“Ada apa, ayah?” Sean kembali dibuat ayahnya penasaran.
“Saat ditemukan gips tanganmu pecah.” Napas Sean tertahan sejenak setelah mendengarkan penjelasan ayahnya.
Setelah kejadian yang tidak masuk akal itu Sean hampir melupakan keadaan tangannya yang divonis cacat. Dia mendapati tangannya yang hanya terbalut perban. Merasa penasaran Sean membuka perban itu.
“Ah, tetapi jangan terlalu dipikirkan. Gips bisa saja pecah saat kau terjatuh saat itu,” komentar ringan ayahnya tidak membuat Sean menjadi tidak curiga.
Meski telah mendengar itu, Sean tetap membuka lilitan perban di tangannya. Setelah semua perban terbuka, Sean melihat tangannya yang menjadi penyebab penderitaan atas dirinya selama ini. Namun, saat dia berusaha menggerakkan jari-jari …
‘Srak!’
Sean langsung terperanjat penuh terkejut.
Bagaimana tidak, jari-jari tangan kanannya yang seharusnya patah dan membuat dirinya menjadi cacat justru bisa bergerak bebas. Benar-benar hal mustahil yang tidak bisa dinalar olehnya.
Sean berdiri dan mengambil sebuah pensil di atas nakasnya, lalu mencoba menggambar sederhana di atas kertas.
Sean berhasil! Jari cacatnya bisa digunakan kembali, bahkan Sean merasa jari-jari pada tangannya dapat bergerak bebas dan ringan.
Dua hal yang benar-benar mustahil bagi Sean. Pertama, Sean dapat hidup tanpa sedikit pun luka setelah jatuh dari ketinggian. Kedua, jari tangan Sean yang telah divonis cacat dapat digunakannya kembali. Apakah ada hal mustahil untuk yang ketiga kalinya?
Pikiran Sean melayang dari jendela sistem yang menyambutnya setelah bangun dari tempat ini.
Uang 1 miliar!
Benar! Sistem memberikan hadiah 1 miliar setelah menyelesaikan misi terakhir. Benar-benar hal yang mustahil bisa diterima Sean saat ini. Namun, pikirannya kembali terjungkal pada hal-hal tidak masuk akal yang baru saja dialaminya. Bisa jadi Sean benar-benar mendapatkan 1 miliar dari sistem.
“Aku harus pergi! Aku harus melihat apakah 1 miliar itu benar-benar nyata!” ungkap Sean dengan terburu.
Pak Ardi tidak mengerti apa yang dipikirkan anaknya sempat curiga apakah Sean menjadi gila setelah kepalanya terbentur aspal.
Tanpa penjelasan Sean pergi mencari 1 miliarnya.
***
Di dalam ruang ATM, Sean tidak sabar menunggu jumlah saldo yang sedang dalam proses. Dia tahu kemana harus pergi mencari 1 miliarnya setelah teringat akan jendela sistem yang menyatakan bahwa 1 miliar itu akan ditransfer pada nomor rekening. Itulah yang membuat dirinya segera berlari mencari mesin ATM.
[Saldo sedang dalam proses ….]
[Jumlah saldo anda saat ini RP 1.000.009.500,00]
Dengan tidak percaya Sean menghitung kembali jumlah nol di dalam angka saldonya.
Sean benar-benar ingat bahwa saldo terakhir miliknya adalah RP 9.500,00. Sebuah nominal yang tragis bahkan untuk membeli bakso favoritnya saja masih kurang 500 perak. Namun, abaikan saja angka tragis itu dan fokus pada jumlah nol di belakang angka satu. Ya, benar-benar 1 miliar.
“Aku kaya! Aku kaya! Aku kaya!” teriak Sean di dalam ruang ATM.
Beruntung ruang bilik yang sempit itu meredam suara hingga teriakan gila Sean tidak membuatnya dijemput paksa ambulance dari rumah sakit jiwa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nino Ndut
ini klo sampe mc nyq g bales total kebangetan bgt sih
2023-02-13
1
Makmur Djajamihardja
kalsu mau balas dendam minta kesistim ilmu bela diri kuno timgkat Grand master atau kekuatan araja tentara tingkat dewa kotok bongkok.
2023-02-08
0
Ian Antono
udh enak namanya di atas eh pas tau namanya pak ardi langsung ni novel,
2023-01-27
0