Arumi
1 jam sebelum akad nikah.
Pesta mewah digelar di sebuah hotel ternama. Hari ini putra bungsu salah satu pengusaha sukses akan menikah dengan putri tunggal keluarga Bimantara.
Arumi Putri Bimantara tampil dengan cantik dalam balutan gaun penggantinya. Arumi menahan gugup menunggu Aziel, calon suaminya melakukan ijab kabul.
Namun, kebahagiaan Arumi hanya bertahan sebentar saat Mayang - Ibu Arumi - datang dengan wajah marah. Wanita paruh baya itu menarik paksa Arumi hingga berdiri tepat di hadapannya.
"Kamu benar-benar pembawa sial! Mau ditaruh di mana muka saya menghadapi ribuan tamu undangan, ha?" Mayang menunjuk Arumi dengan kejam tidak memedulikan raut terkejut putrinya itu.
"Mami, ada apa?" Arumi bertanya tidak mengerti.
"Semua gara-gara kamu ... seumur hidupmu hanya bisa membuatku dan Ayahmu itu malu!" Mayang berteriak keras mengundng perhatian keluarga mereka yang lain.
"Mayang, ada apa ini?" tanya Ratno, Tante Arumi dari pihak Ibu.
"Anak ini membawa sial! Dia selalu berhasil mempermalukanku dan Mas Surya!" Mayang kembali menunjuk ke arah Arumi dengan kejam, seolah menghakimi gadis itu.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu berteriak seperti itu?" tanya Surya yang baru saja masuk ke dalam ruangan tempat Arumi menunggu.
"Calon suaminya melarikan diri dengan perempuan lain dan artinya dia batal menikah! Kita harus menanggung malu di depan ribuan tamu undangan."
"Apa Mi? Aziel kabur?" Arumi terliaht sangat syok hingga nyaris pingsan.
"Semua gara-gara kamu! Mau ditaruh di mana muka kita? Semua orang pasti menertawakan kita." Mayang kembari melampiaskan amarahnya pada Arumi yang terlihat sangat terpukul.
"Bubarkan semu tamu undangan! Tidak akan ada pernikahan!" perintah Surya setelah berpikir cukup lama.
Anak buah Surya sudah bersiap pergi untuk membubarkan tamu ketika Daffa Ardhani masuk dengan penuh wibawa.
"Pernikahan akan tetap berlanjut, tapi bukan pernikahan Aziel dengan Arumi. Melainkan pernikahan Arumi dengan Kavian, putra sulung saya!"
Perkataan Daffa membuat semua yang berada di ruangan tercengang. Mereka tidak menyangak jika Daffa akan membuat keputusan ini.
"Anda yakin dengan keputusan ini?" tanya Surya yang terlihat ragu.
Daffa tidak langsung menjawab melainkan berjalan mendekati Surya yang masih menunggu jawabannya. Pria paruh baya itu berbisik ditelinga Surya, bisikan yang membuat wajah Surya memerah malu.
...----------------...
Arumi menangis sendirian saat mendengar para saksi berkata 'sah'. Arumi telah menjadi istri dari pria yang tidak dia cintai. Bahkan dia tidak tahu siapa pria yang menikahinya.
"Ya Allah, kenapa hidup Arumi seperti ini?" Arumi kembali menangisi nasibnya yang begitu menyedihkan.
Ditinggalkan dihari pernikahan dan harus terpaksa menikahi pria lain yang bahkan tidak dia ketahui namanya.
"Arumi?" panggilan itu membuat Arumi menoleh dan mendapati Sasha, sepupunya berdiri di depan pintu.
"Iya, Kak." Arumi dengan cepat menghapus air matanya dan segera berdiri.
"Kamu nangis? Cepat perbaiki riasanmu, semua sudah menunggu di luar." Sasha menutup pintu kemudian berjalan mendekat untuk membantu Arumi memperbaiki riasannya.
"Kak, apa Arum benar-benar sudah jadi istri pria lain?" tanya Arumi memecah keheningan.
"Iya, kenapa? Kamu nggak setuju?" Sasha bertanya cepat.
Arumi hanya diam, dia tidak berani menyuarakan protesnya karena sampai kapanpun tidak akan ada yang mau mendengarkannya.
"Harusnya kamu senang, suami kamu bukan pria sembarangan. Lagipula ini satu-satunya jalan biar kamu bisa keluar dari rumah."
Arumi sadar bahwa apa yang diucapkan oleh Sasha benar. Salah satu yang membuat dia ingin segera menikah adalah untuk keluar dari rumah. Batinnya sudah cukup tersiksa dan dia hanya ingin menjaga kewarasannya dengan cara keluar dari rumah.
Setelah selesai memperbaiki riasan, Arumi segera keluar ditemani oleh Sasha. Seluruh keluarga sudah berkumpul menunggu Arumi.
"Arumi, silahkan salim dengan suami kamu." Ucap Nina - Istri Daffa - sembari menarik pelan tangan Arumi.
Arumi menatap kaget pada sosok pria yang berdiri di hadapannya, pria itu suaminya. Dia adalah Kavian Ardhani, pria yang seharusnya menjadi kakak iparnya.
"Mas ... Mas Kavi?" Arumi tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Iya, dia suami kamu. Ayo cepat salim dan tanda tangan buku nikah kalian!" Nina mendesak Arumi yang mau tidak mau diikuti oleh gadis itu.
Arumi pikir semua hanya mimpi belaka. Kavi adalah sosok pria yang selama ini dihindari oleh Arumi karena pria terlihat dingin dan tak tersentuh. Bisa dibilang Arumi takut pada Kavi.
Namun, takdir berkata lain membawanya menjadi istri dari pria itu. Bolehkah Arumi menertawakan nasibnya sekarang?
...----------------...
Sebelum ijab kabul berlangsung.
Daffa sedang menyapa kerabat jauhnya yang baru saja tiba ketika seorang pengawal datang berbisik pada pria itu.
"Apa?" Daffa terlihat terkejut, pria itu segera berpamitan pergi.
Daffa dan pengawalnya memasuki sebuah ruangan yang seharusnya menjadi ruang tunggu untuk Aziel. Namun, saat masuk ruangan itu terlihat kosong dan tidak ada tanda-tanda Aziel.
"Bagaimana dia bisa kabur?" tanya Daffa pada pengawalnya.
"Maaf Tuan, tadi Tuan muda Aziel bilang ingin menenangkan diri sendirian. Ternyata saat saya masuk mengecek Tuan muda Aziel sudah tidak ada. CCTV menunjukkan Tuan muda pergi setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian pelayan."
Daffa terlihat sangat marah dan bersiap menghancurkan apa saja yang ada di depannya. Namun, mengingat hal yang lebih penting mau tidak mau Daffa harus meredam amarahnya.
"Panggil Kavian kemari, katakan saya ingin berbicara berdua dengannya!" perintah Daffa yang langsung dilaksanakan oleh pengawalnya.
Tidak lama Kavi datang, putra sulungnya itu memasang wajah datar seperti biasa.
"Aziel kabur dan itu artinya pernikahan ini bisa batal." Ucap Daffa sambil menepuk pundak Kavi.
"Apa hubungannya denganku?" tanya Kavi datar.
"Ayah, terutama Bunda tentu tidak mau kehilangan menantu seperti Arumi. Jadi, jalan satu-satunya agar Arumi tetap menjadi menantu kami adalah menikahkan kamu dengan Arumi."
Kavi melotot kaget, dia tidak menyangka akan mendengar ide gila ini dari seorang Daffa yang terkenal tegas dan bijaksana.
"Nggak, mana mungkin Kavi menikah dengan Arumi!" Kavi menolak dengan keras.
"Kavian, kamu tahu dengan pasti rapat pemegang saham akan diadakan lima bulan lagi. Kamu tahu artinya apa? Jika kamu bersedia menikah dengan Arumi, Ayah akan menyerahkan saham Aziel untuk kamu ... seluruh saham anak tidak tahu diri itu!"
Kavi terdiam sejenak, seolah menimbang-nimbang keputusan yang akan dia ambil.
"Bagaimana jika Kavi menolah?" tanya Kavi sebelum mengambil keputusan.
"Maka kamu akan bernasib sama dengan Aziel, kamu tahu pasti Ayah tidak pernah main-main dengan ucapan Ayah!"
Kavi tahu seperti apa Ayahnya itu, dia tentu tidak mau bernasib sama seperti Aziel yang bodoh itu. Namun, menikah dengan Arumi tentu saja tidak ingin dia lakukan.
"Baik, akan Kavi lakukan ... tapi Ayah harus menepati janji Ayah saat rapat pemegang saham nanti."
Kavi telah mengambil langkah besar yang akan mengubah hidupnya. Untuk saat ini tidak ada yang bisa Kavi lakukan selain menyerah demi saham dan segala kemewahan yang dia miliki.
Bersambung ~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
ZaeV92
hadir kakak
2023-01-18
1