Bab 5 - Ironi Pernikahan

Arumi tahu bahwa cinta Kavi hanya untuk kekasih pria itu. Namun, Arumi ingin menjadi istri yang baik karena Arumi tidak ingin mengecewakan Nina yang sangat berharap padanya.

Sekalipun jika nanti mereka bercerai, setidaknya Arumi meninggalkan kesan yang baik untuk Nina dan Daffa. Arumi tidak mau menambah daftar orang yang membencinya.

Hati ini Arumi berencana memasak makanan kesukaan Kavi, bukan untuk menarik perhatian suaminya itu melainkan untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.

"Lo yang masak ini?" tanya Kavi yang mulai tergiur dengan aroma masakan Arumi.

"Iya Mas, kata Bunda Mas suka masakan seafood dan makanan pedas jadi Arum masak ini." Arumi tersenyum kecil menyambut Kavi yang sudah siap menyantap makan malamnya.

Suatu keajaiban Kavi pulang sebelum jam makan malam. Kesempatan bagus untuk Arumi berusaha menjadi istri yang baik.

"Rasanya lumayan," komentar Kavi berbohong.

Mulut pria itu memang berbohong karena pada kenyataannya masakan Arumi selalu berhasil dan cocok dilidahnya. Arumi seperti seorang chef profesional yang bisa memasak apapun.

"Alhamdulillah kalau rasanya lumayan cocok untuk Mas. Besok-besok Arumi masakin lagi, Mas tinggal request makanan yang Mas mau."

Kavi hanya berdeham singkat, dia tidak mau terlihat antusias mendengar tawaran Arumi. Salah satu kelemahan Kavi adalah makanan enak dan sepertinya Arumi sudah mengetahui hal itu dari Nina.

Usai makan malam Kavi segera menuju kamarnya, ada hal penting yang harus dia kerjakan. Sedangkan Arumi membereskan sisa makan malam mereka kemudian bersiap untuk istirahat.

"Si*al!" Arumi yang ingin masuk ke dalam kamar tersentak kaget mendengar teriakan dari Kavi.

Tidak lama pria itu keluar dari kamar dan menatap marah pada Arumi.

"Ada apa, Mas?" tanya Arumi takut.

"Puas lo? Puas lo buat cewek gue pergi dan sekarang dia menghilang tanpa jejak!" Kavi berteriak marah membuat Arumi mundur selangkah karena takut.

"Mas--"

Arumi tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena Kavi dengan kejam menarik paksa gadis itu. Tanpa perasaan Kavi menghempaskan tangan Arumi membuat gadis itu terjatuh di lantai dengan menyakitkan.

"Gara-gara lo semua jadi berantakan! Kalau sampai keinginan gue nggak tercapai, lo yang akan menderita!" Kavi menunjuk Arumi dengan kejam, seolah menghakimi.

"Gara-gara pernikahan konyol ini gue harus kehilangan wanita yang gue cintai dan gueharus bertahan sama lo buat dapetin yang gue mau! Lo benar-benar pembawa masalah!"

Setelah puas melampiaskan amarahnya Kavi segera pergi meninggalkan Arumi yang kini menangis seorang diri.

Arumi menangis, memeluk dirinya sendiri. Pergelangan tangan memar dan tubuh kecilnya sakit, akan tetapi hatinya jauh lebih sakit. Kavi menghukumnya atas perbuatan yang tidak dia lakukan.

Jika Kavi masih mengharapkan wanita yang dia cintai itu maka Arumi akan sangat rela diceraikan. Namun, pria itu begitu egois menahannya dengan mencapai sesuatu yang tidak dia ketahui.

Seharusnya Arumi yang marah karena dinikahi untuk kepentingan pribadi. Seharusnya Arumi yang merasa menjadi korban karena sejak awal dia tidak mau pernikahan ini terjadi. Namun, sekali lagi harus diingatkan apapun yang terjadi tatap saja Arumi yang disalahkan.

...----------------...

Kavi merasa kacau saat mendengar informasi dari orang suruhannya bahwa Cindy menghilang entah kemana. Pertemuan terakhir mereka sebelum Kavi menuju hotel tempat berlangsungnya pernikahan Arumi dan Aziel.

Kavi menduga jika Cindy marah dan kecewa karena melihat Kavi menikah dengan wanita yang seharusnya menjadi adik iparnya itu. Mereka bertahun-tahun berjuang untuk mendapatkan restu dari orang tua Kavi, akan tetapi baik Nina maupun Daffa sama-sama menolak Cindy.

Kavi yang tengah menikmati minuman mengalihkan perhatiaan saat Eza - sahabat Kavi - duduk di depannya.

"Kenapa lo?" tanya Eza santai.

"Cindy menghilang, gue rasa dia marah gara-gara gue nikah sama Arumi." Kavi mendesah berat sembari terus menikmati minumannya.

"Sudahlah, lupakan Cindy. Seharusnya lo terima Arumi dengan baik, gadis itu cantik dan terlihat tipe istri idaman." Komentar santai Eza segera mengudang tatapan tajam dari Kavi.

"Yang gue cintai cuma Cindy dan satu-satunya wanita yang pantas menjadi istri gue cuma Cindy. Dia nggak kalah cantik dan pintar dari Arumi!"

Eza tertawa menanggapi Kavi yang terlalu memuji Cindy. Cinta itu memang buta, begitulah kira-kira Eza menggambarkan sosok Kavi saat ini.

Dilihat dari segi manapun, Arumi jelas jauh di atas Cindy. Arumi cantik, lembut dan benar-benar seperti sosok istri idaman. Sedangkan Cindy hanya cantik dan pintar menghabiskan uang.

Eza jadi bertanya-tanya sebenarnya apa yang membuat Kavi sangat mencintai Cindy?

"Terus mau sampai kapan lo begini? Lo sudah nikah, suka nggak suka lo sekarang punya istri yang harusnya lo perhatiin."

"Gue akan terus cari Cindy dan berusaha memperbaiki hubungan kami."

"Terus Arumi? Lo nggak mikirin anak orang?" tanya Eza menahan kesal karena sikap keras kepala Kavi.

"Pernikahan gue sama Arumi nggak akan bertahan lama, tujuan gue menikahi dia untuk mendapatkan saham Aziel. Setelah gue dapat yang gue mau, gue akan langsung menikahi Cindy."

"Gila lo! Lo pikir pernikahan itu mainan?" Eza berseru kesal, tidak habis pikir dengan jalan pikiran Kavi.

"Lo kenapa sih? Lo nggak tahu seberapa menderitanya gue sama pernikahan ini?" Kavi menatap kesal pada Eza yang menurutnya terlalu membela Arumi.

"Terserah lo, gue harap lo akan menyesal karena semua yang lo lakuin. Memang benar Arumi nggak pantas buat lo, gadis sebaik itu berhak mendapatkan pria yang lebih baik dari lo!"

Eza berlalu dengan kesal, jika tidak mengingat Kavi adalah sahabat baiknya mungkin dia sudah memberi beberapa pukulan diwajah tampan Kavi.

...----------------...

Arumi terbangun saat mendengar suara pintu apartemen tertutup dengan kasar. Dia yakin itu adalah Kavi yang baru pulang. Tidak lama pintu kamar Arumi digedor dengan keras kemudian disusul suara Kavi memanggil namanya.

"Arumi! Bangun Arumi!" teriak Kavi yang tidak dihiraukan oleh Arumi.

Arumi terlalu takut untuk menghadapi Kavi, dia tidak tahu akan seberapa nekad Kavi padanya.

"Arumi! Dasar istri nggak berguna, suami pulang bukannya disambut!" omel Kavi yang diyakini oleh Arumi bahwa pria itu sedang mabuk.

Arumi hanya diam, dia sudah lelah menangis dan tidak ingin menangis lagi karena kata-kata kasar Kavi. Entah sampai kapan pria itu akan memperlakukannya dengan buruk.

"Arumi nggak akan meminta Mas mencintai Arumi, tapi apa nggak bisa Mas menganggap Arumi sebagai istri Mas? Setidaknya sampai pernikahan ini berakhir nanti." Ucap Arumi pelan sembari menghapus air matanya yang entah sejak kapan membasahi pipinya.

Cukup lama tidak ada suara sampai kemudian suara barang-barang dibanting terdengar. Arumi yakin Kavi sedang melampiaskan marahnya dengan cara membanting barang yang ada di kamar pria itu.

"Ya Allah kuatkan Arumi menghadapi semua cobaan ini. Tolong lembutkan hati Mas Kavi, buatlah Mas Kavi menerima takdir kami ini Ya Allah," batin Arumi

Bersambung ~~

Rekomendasi novel menarik untuk kalian. Yuk, mampir dan dukung karyanya 👇😉

Judul : (BUKAN) ANAK DI LUAR NIKAH

Author : Dhevy Yuliana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!