INDIGO SYSTEM
Sosok pemuda terbangun dari tempat tidurnya, kelopak matanya seperti mata panda, wajahnya pucat dan lusuh.
"Perasaan aku sudah tertidur sangat lama. Bahkan lebih dari 8 jam. Tapi kenapa suasana diluar nampak gelap," gumamnya menyeka keringat di dahinya.
Tenggorokannya sangat kering, lalu mengambil teko di nakas sebelah kanan dekat tempat tidurnya.
Suara air ngerucuk ke dalam gelas, suasananya sangat sepi, dan terkesan gelap di dalam kamar pemuda lusuh tersebut.
Pemuda tersebut menempelkan ujung gelas ke bibirnya, dan mulai meneguk perlahan menikmati air yang sangat segar melewati kerongkongannya.
Satu tegukan, dua tegukan bertambah segar, kerongkongannya yang kering terbasahi. Namun pada saat tegukan yang ketiga, air itu berubah warna dengan bau yang sangat anyir.
"Hoeek ...." Pemuda tersebut memuntahkannya dan nampak cairan merah kental bercampur beberapa belatung.
Lampu kamarnya yang berwarna kuning dengan ukuran 5 watt semakin redup, dan beberapa lama kemudian seperti lampu disko. Namun beberapa kali menunjukan intensitas cahaya yang terang.
Sosok perempuan memakai gaun putih dengan muka tertutup rambut panjang tertangkap mata pemuda tersebut, dan berada di sudut kanan kamarnya.
Pemuda itu berteriak mencoba mengusir sosok bergaun putih tersebut. “Pergi kamu, pergi!”
Bukannya pergi, perempuan berdaster tersebut malah mendekatinya dengan merangkak. Mukanya yang hancur dengan bola mata kiri keluar ditampakan dengan raut menyeringai ke arah pemuda tersebut.
Kulitnya melepuh seperti habis terbakar, dan kesepuluh jarinya memiliki kuku yang panjang dengan bau gosong yang sangat menusuk hidung.
Pemuda tersebut histeris, dan melempari hantu kuntilanak rangkak tersebut dengan bantal, guling, hingga gelas yang di pegangnya.
Namun tak ada satupun yang mengenai hantu kuntilanak rangkak. Justru hantu tersebut malah semakin gencar menakutinya dengan memperlihatkan kepalanya yang menggantung lunglai dengan posisi terbalik dengan muka menyeringai.
Perlahan wanita itu mendekat. Semakin lama semakin mendekat membuat pemuda tersebut beringsut, dan menutup mukanya dengan bantal yang tersisa.
"Tolong!" Pemuda itu terus berteriak hingga suaranya serak.
Perempuan bergaun putih lusuh tersebut berhasil menggapai kaki sosok pemuda tersebut, dan seketika itu berteriak, tetapi tak mengeluarkan suara.

Betisnya dipegang oleh tangan kanan perempuan bergaun putih menyusuri hingga ke paha, dan membuatnya semakin ketakutan, hingga sesak nafas.
Sosok pemuda tersebut ingin menangis. Namun tak mengeluarkan air mata. Ingin terkencing, tetapi tak bisa mengeluarkan cairan seni, dan ingin berteriak pun tak bisa, mulutnya seakan terkunci.
Tangan perempuan tersebut sudah sampai di dada sosok pemuda dan ....
"Tidak ...! Huff ... huff ... huff ...." Sosok pemuda bernama Vectorio Alzinsky itu terbangun dari mimpi buruknya dengan nafas tak beraturan, dan keringat dingin mengucur deras. "Mi-mimpi ini sudah terulang 999 kali, tapi tetap saja menyeramkan."
"Al, bangun! Ini sudah siang! Apa kau tak mencari pekerjaan. Bukannya ada bursa kerja khusus di sekolahmu," panggil Yuzan pengasuh anak yatim piatu Insan Madani, tempat dimana Vectorio Alzinsky dibesarkan.
Ya, Namanya Vectorio Alzinsky, dan nama ini tertera dalam kalung yang ditinggalkan oleh orang yang menaruhku di panti asuhan Insan Madani.
Namanya terlalu kebarat-baratan, namun mukanya seperti pada umumnya orang Indramayu, memiliki kulit sawo matang, dia tidak tampan bahkan terkesan gemuk dengan berat 85 kg dan tinggi 175 cm.
Sejak ditemukan ibu panti bernama Yuzan, Al sudah mengalami heterochromia, yakni memiliki pupil atau manik mata yang berbeda pada umumnya manusia.
Pupil mata sebelah kanan Al berwarna merah dan pupil mata sebelah kirinya berwarna biru.
Sebab ini juga, Al sering dibuli di sekolahnya di SMKN 1 Krangkeng. Kadang bukan hanya dibully, tapi pernah suatu kali ia diikat di tiang, dan disiram air campuran telur busuk, serta air tuba atau air comberan.
Teman-teman menjuluki Al, 'Si Gendut Mata Seram' dan tidak ada satu pun yang mau berteman dengannya.
Hanya Yuzan yang terus menguatkannya, walau anak panti yang lain juga sama dalam memperlakukan Al, yakni mengejek dan membully juga mengucilkannya.
"Ya bu, aku sudah bangun." Al menyahuti sambil bergegas ke kamar mandi.
Al segera membersihkan diri. Setelah itu mengambil pakaian kemeja putih, dan celana katun hitam pemberian Yuzan di hari ulang tahunnya kemarin.
Setelah selesai berdandan, Al segera menuju ruang makan panti. Hanya ada Vivian yang belum berangkat kerja.
Vivian juga baru saja lulus sekolah, tetapi karena otaknya cemerlang langsung ditawari bekerja sebagai sekretaris di salah satu perusahaan otomotif terkenal.
Sejatinya bukan hanya memiliki segudang prestasi, tetapi Vivian juga anak panti yang sangat cantik.
Jika dinilai kecantikannya adalah 95. Dengan tubuh seksi semampai, rambut hitam lurus, bibir merah merekah, dan mata belo bermanik mata hitam legam dengan bulu-bulu mata sangat lentik.
Cukup kedipannya sudah membuat hati setiap laki-laki terpana dan itu juga bekerja pada Vectorio Alzinsky.
Vivian tidak mau keluar dari panti. Karena merasa kasihan dengan ibu Yuzan yang seorang diri mengurus panti, dan Vectorio Alzinsky tidak bisa diandalkan.
"Hai, gendut pelangi, cari kerja yang betul. Sudah 10 perusahaan menolakmu, apakah IQ-mu itu benar-benar jongkok?" hardik Vivian dengan raut muka ketus.
"Aku sudah berusaha tapi hasilnya selalu gagal. Jadi jangan salahkan aku, salahkan takdir yang selalu tak adil padaku, hmph!"
Al mendengus kesal menaruh gelas yang sudah diisi dengan air itu dengan keras di atas permukaan meja.
Selalu saja Al setiap pagi berdebat, dan bertengkar dengan wanita cantik dengan otak cemerlang tersebut.
"Apa? Mau marah lagi? Ngambek lagi? Kamu itu sudah 19 tahun, tapi selalu saja seperti anak kecil dan pecundang. Kamu tuh harus dewasa dikit ---"
"Apa pedulimu? Kedua orang tuaku juga tak peduli! Sudahlah mood ku jadi rusak gara-gara putri yang sangat cantik."
Al menenggak air di gelasnya dalam satu kali tenggakan. Namun setelah ingat akan mimpinya semalam ia memuntahkannya dengan raut muka pucat pasi.
"Kenapa Al?" tanya serentak Yuzan dan Vivian khawatir.
"Tidak apa-apa bu, hanya ingat sesuatu saja," jawab Al hanya pada Ibu Yuzan dan mengacuhkan Vivian.
Sikapnya itu membuat Vivian kesal, dan menamparnya.
Suara tangan Vivian yang menempel pipi kanan Al terdengar saat keras, dan menggema di ruangan.
"Kamu itu selalu saja kesal monster mata!" VIvian bergegas pergi dengan membawa tasnya penuh emosi yang memuncak.
Sampai-sampai Al sendiri tak paham. Kenapa Vivian tiba tiba sangat marah padanya?
"Sudah maafkan saja Vivian, mungkin lagi banyak pekerjaan di kantornya. Cepat pergi! Nanti terlambat mengikuti tes."
"Iya bu."
Al mencium punggung tangan Yuzan dan Yuzan mengelus lembut kepala Al seraya mendoakannya dalam hati, "Tuhan, berikanlah anak ini rizki yang berlimpah, semenjak kecil ia selalu sengsara. Mudahkanlah segala urusannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kacan
banyak bergadang kah? tenanggggg ada masker ajaib😌😁
2023-03-02
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻𝘼𝙎𝙍𝙄k⃟K⃠
aku dah mampir
2023-03-02
0
B⃟cMarwa
geli banget kalo sampai bayangin gitu.
2023-03-02
0