Setelah diberi uang saku oleh Yuzan, Al segera ke pinggir jalan raya dan menyebrang, ia harus menunggu angkot yang menuju ke arah SMKN 1 Krangkeng.
Tas miliknya sudah diisi penuh dengan 10 map coklat berisi surat lamaran pekerjaan.
Tak berapa lama angkot berwarna kuning mendekat dan Al melambaikan tangan untuk menghentikannya.
Di dalam angkot hanya ia seorang diri yang naik, anehnya ketika supir menoleh ke arah Al, mukanya sangat pucat, kelopak matanya menghitam dan bibirnya sangat pucat.
Supir angkot tersebut kembali menatap lurus ke depan dengan menyeringai dan melajukan lagi angkotnya menuju arah lampu merah Karangampel.
Selang 15 menit, angkot yang hanya ditumpangi oleh Al itu sampai di depan pintu gerbang SMKN 1 Krangkeng.
Al keheranan, pasalnya setiap ada penumpang yang melambaikan tangan untuk naik angkot tersebut, sang supir angkot tidak berhenti, malah terus melajukan angkot tersebut ke arah tujuan Al.
Seolah-olah sang supir adalah supir pribadi Al yang hanya mengantarkan tujuan tuannya saja.
Al turun dari angkot dan disapa ramah oleh mang Zidan, penjaga kemanan atau sekuriti SMKN 1 Krangkeng, "Wuis, keren amat kamu Al. Sudah kaya bos besar aja."
"Ah, si mamang. Tetap aja mang kalau gak punya uang dan pekerjaan bukan bos besar tapi pejabat alias pengangguran Jawa Barat, he-he ...."
Sambil terkekeh, Al menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan melemparkan tinju yang disambut tinju juga oleh mang Zidan.
Di sekolah Al memang tidak punya teman sekelas, karena memang tidak ada yang mau. Makanya jika ia bersedih karena dibuli, paling-paling nongkrong di depan pos satpam dan berbincang ria dengan mang Zidan.
"Jangan lupa kalau lulus traktir-traktir kita." Mang Zidan tersenyum lebar dan bergaya pose tangan pistol.
Sambil memunggungi dan menoleh ke arah mang Zidan, Al mengacungkan jempol, "Beres!"
Begitu melewati gerbang, semua tatapan mata langsung sinis menyambut Al, baik adik kelasnya maupun teman-temannya yang seangkatan.
Mereka juga sama-sama mencari lowongan pekerjaan seperti Al. Bursa kerja khusus atau job fair kali mendatangkan banyak perusahaan multinasional yang bergerak di bidang manufaktur.
Para pelamar pekerjaan dari berbagai sekolah dan dimensi strata sosial di seluruh Indramayu mulai memenuhi boot-boot yang dipasang oleh para rekrutmen yang di utus perusahaan masing-masing.
Tapi di tengah keramaian tersebut Al merasakan keganjilan, ia seperti melihat hantu kuntilanak rangkak yang semalam muncul dalam mimpinya.
"Sial, kenapa aku jadi merinding begini sih? berasa ada yang mengawasiku," gumam Al mengelus-elus lembutnya dan memang benar, bulu kuduknya meremang.
Al hanya bisa merasakan tapi ia tidak melihat, hingga sesosok wanita menepuk pundaknya, "Dor!"
"Eh copot, anunya copot, eh copot-copot anunya copot." Al menoleh dengan melebarkan mata dengan mengelus-elus dadanya, "Lyodra, kamu?!"
"Ya, kenapa? Kangen?" Lyodra menoyor dahi Al dan itu kebiasaannya jika bertemu dengan pria gemuk tersebut.
Al dan Lyodra memang beda sekolah dan tak sengaja waktu itu Al yang pura-pura berani menolong Lyodra dari gangguan preman pasar Karangampel sewaktu di dalam angkot.
Bukannya Al menang malah dibuat babak belur oleh para preman-preman tersebut. Justru malah Lyodra yang berhasil mengusirnya dengan seni bela diri pencak silatnya.
"Ah, meski rambutnya pendek, tapi Lyodra selalu tampak menawan," batin Al melongo.
"Woy!" Lyodra memainkan telapak tangan kanannya di depan muka Al dan membuatnya sadar dari lamunan punguk merindukan bulannya.
"Eh, maaf. Ayo!" Al tanpa sadar menarik tangan Lyodra menuju boot PT.Yabohai Automotive Manufacturing.
Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif perakitan motor listrik dan itu salah satu impian Al untuk bisa bekerja disana.
Tapi, banyak juga para pelamar yang mendaftarkan diri di boot Yabohai tersebut.
"Kamu masih ingin melamar disini? Boot ini banyak yang melamar, berarti saingan kita akan banyak dan kesempatan kita kecil. Tahulah, nilaiku pas-pasan," sergah Lyodra agak minder dan menunduk wajah.
Bahkan penyakit minder Lyodra kambuh, mukanya ia tutupi dengan poni rambutnya, walau itu hanya menutup bagian matanya saja.
"Hei, gagal atau sukses itu tidak masalah. Asal kita coba dahulu, ok." Al memijat-mijat pundak Lyodra untuk menyemangatinya.
Al tahu jika Lyodra sudah menutup bagian matanya, tandanya syndrom avoidant personality disordernya sedang kambuh.
"Makasih Al, kamu memang selalu menolongku di saat seperti ini."
"Ya, kita kan teman baik." Al menyolek hidung Lyodra dan membuatnya tersipu malu.
"Padahal aku berharap lebih dari teman, Al," batin Lyodra berharap.
Entah kenapa hati Lyodra terpaut pada Vectorio Alzinsky yang berbeda 180 derajat dari opa-opa Korea yang tampan, putih, dan dadanya bidang serta perut sudah seperti roti sobek.
Padahal, Al gendut, terkena heterochromia, tampan juga gak, rambut juga semrawut gak karu-karuan.
Pemandangan Al dan Lyodra yang sungguh romantis malah membuat iri para pemuda di sekelilingnya.
Lyodra nilainya sebagai seorang gadis bernilai 94, hanya terpaut 1 poin dari Vivian.
"Minggir gendut, Lyodra itu pacarku!" Rivan tiba-tiba menyela dan mendorong Al.
Anehnya, Al merasakab aura gelap di badan Rivan, badan terkesan menyeramkan.
"Kenapa serem amat pacar Lyodra ini?" batinnya dengan raut muka seputih kertas.
"Diam kamu!" bentak Lyodra berapi-api pada Rivan dan melanjutkan dengan memelintir telapak tangannya, "Aku sudah katakan, aku bukan pacarmu!"
Al yang seorang pecundang segera kabur dari tempat kejadian perkara untuk menaruh 10 map coklat kesepuluh boot salah satunya tentu saja PT.Yabohai Automotive Manufacturing.
"Eh, tunggu! Sialan si gendut unyu itu malah meninggalkanku!" Lyodra berteriak sambil mengejar Al.
"Awas saja kau bocah gendut, aku habisi kau. Kali ini kau selamat, tapi lain kali tidak," gumam Rivan menggertakan gigi.
"Bos, lebih baik jangan ganggu pria gendut tersebut. Ada sesuatu yang tak bisa aku sentuh," bisik Genderuwo yang menjaga Rivan.
"Aku tak peduli, aku harus menghancurkannya. Aku akan meminta ayah untuk melakukannya," batin Rivan geram.
Al malah langsung kabur setelah menaruh semua surat lamarannya dan Lyodra sama sekali tidak menemukan batang hidungnya.
Al bergegas ke pinggir jalan raya untuk pulang ke panti, seperti biasa ia menunggu mobil angkot berwarna kuning.
"Yes, aku selamat. Angkotnya sudah datang." Al melambaikan tangan dan angkot itu berhenti.
Lagi-lagi angkot yang biasa Al naiki dan ia segera naik ke belakang namun dihentikan oleh supir angkot.
"Den, naik di depan saja. Di belakang bahaya," pintanya.
Al seperti dihipnotis dan menuruti perkataan sang supir dan membuka pintu depan mobil lalu duduk disamping supir.
Tatapan mata Al langsung kosong dan itu sengaja dibuat sang sopir angkot, sebab yang naik dibelakang adalah arwah korban kecelakaan pagi ini di sepanjang jalur Indramayu-Cirebon rute Karangampel sampai Gunung Jati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ
hadeh knpe kagak tendang anunya tu preman 🏃🏃🏃
2023-02-28
0
al-del
bukan gendut tapi gemoy 🤭
2023-02-27
0
al-del
Eeh si Al ternyata latah ya...
2023-02-27
0