Papa Untuk Oleander

Papa Untuk Oleander

1. Apa Yang Dia Lakukan di Sini?

Ola.

"What the hell are you doing here?"

Apa yang dia lakukan di sini?

Aku tidak habis pikir. Setelah semua yang terjadi, lebih-lebih apa yang sudah terjadi belakangan, dia masih bisa menampakkan batang hidungnya di depanku. Dia pikir dia bisa begitu saja muncul di kamarku setelah SEMUA yang dia lakukan padaku? Dan, ya, maksudku itu adalah SEMUANYA.

SEMUANYA.

Tiba-tiba aku merasakan ada yang perih di sudut hati ini.

****.

Please. Jangan aneh-aneh, deh, hati.

"Baby girl, kamu kenapa? Ada yang sakit? Apa yang kamu rasain sekarang?"

Suara Papa menerobos kabut rasa kesal dan marah yang menutupi otakku, akan tetapi tetap saja butuh beberapa saat untuk pertanyaan itu benar-benar masuk dan dimengerti. Aku mengalihkan pandangan dari pria bertubuh besar, tidak diundang, dan tidak aku sukai yang sekarang berdiri di dekat tempat tidurku ke arah Papa dan Mama.

Dan, tidak mengherankan bila yang kutemukan adalah kebingungan yang mewarnai wajah mereka. Karena tentu saja mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu apa yang menjadi alasan muka masamku. Dan aku tidak ingin mereka tahu tentang apa yang terjadi antara aku dan pria yang selama ini telah mereka anggap sebagai anak mereka sendiri selain Bang Oli itu.

Jangan tanya. Aku sendiri masih tidak tahu kenapa aku masih berusaha merahasiakan hal tersebut dari mereka. Entah aku ingin mempertahankan mukaku di depan Papa dan Mama, atau ....

Jangan. Jangan pergi ke sana.

Ya. Ya, ya, ya. Anggap saja aku benar-benar hanya ingin mempertahankan mukaku di depan Papa dan Mama serta Bang Oli. Apalagi setelah kejadian ini. Aku tidak ingin memberikan kejutan yang lebih lagi untuk mereka.

Tidak. Tidak.

Jangan memikirkan alasan lain. KARENA TIDAK ADA ALASAN YANG LAIN.

TITIK.

Jangan. Jangan pergi ke sana.

Seharusnya aku tidak berpikir seperti itu. Aku seharusnya tidak memikirkannya lagi.

Ini semua adalah kesalahannya.

****. Stop it!

Aku seharusnya tidak berbuat apa-apa, memikirkan apa pun di depan Papa dan Mama. "Oh, ya, Pa. Semuanya baik-baik aja kok. Aku cuma ... kaget, eh, no." Aku menggeleng.

Get yourself together, girl. Aku membatin.

"Aku ... aku cuma excited lihat ehm, hm ... cupcake! Ya, cupcake sebanyak itu. Look, cupcakes!" Aku menjulurkan tangan ke arah kotak di atas pangkuan dengan senyum palsu di bibirku.

"Kamu yakin, Sweetie?" Mama bertanya. Wanita cantik dan berhati besar itu tidak pernah melewatkan suatu apa pun dengan kekuatan super yang dimilikinya sebagai seorang ibu. "Soalnya kamu kelihatan agak ... aneh."

"Ya, ya, Ma. Aku gak apa-apa, beneran." Aku mencoba meyakinkan keduanya dengan kebohongan yang lain. Lalu dengan cepat mengalihkan pandanganku kembali ke si beruang kutub itu.

Dalam upaya untuk membuat Papa dan Mama lebih percaya, aku bahkan melemparkan senyum terbesar yang bisa kulakukan meski dalam hati entah bagaimana rasanya.

Tidak ada yang bisa membodohi seorang ibu terlebih lagi yang seperti mamaku, akan tetapi tetap saja kucoba. Walaupun bisa dibilang sebagai sebuah kebodohan, setidaknya aku telah mencoba. Demi ... semua orang.

Oke. Anggap saja seperti itu dulu.

Meski keningnya masih berkerut, Papa akhirnya memilih untuk percaya pada putri satu-satunya. "Syukurlah kalau begitu. Papa cuma gak mau ambil resiko aja. Kamu ngerti, kan?"

Aku mengangguk.

"Ya, sudah. Kalau memang tidak ada apa-apa, boleh, ya, Papa dan Mama tinggal kamu di sini sebentar sama Angga? Biar kami bisa pulang ke rumah dan berganti pakaian."

Hm, what? Papa bilang apa barusan?

"Papa udah coba telepon abangmu, tapi katanya dia lagi istirahat." Papa kemudian menambahkan.

Aku ... aku tidak mengharapkan ini. "Eh, uhm ...." Aku tidak tahu harus berkata apa. Jelas aku tidak mau ditinggal berdua bersama pria itu. Namun, aku juga tidak bisa mengatakan alasannya. Dengan hati-hati aku berkilah, "Tapi, kayaknya Angga, eh, Bang Angga gak bisa, deh, Pa. Dia pasti sibuk ngurusin bisnisnya. Aku tinggal sendirian aja gak apa-apa kok."

Pilihan apa lagi yang ada ketika kalian tidak bisa mengatakan "aku tidak baik-baik saja soal sesuatu" dan harus menjelaskan kebohongan selain membuat pengalihan sehingga percakapan sekarang terfokus pada orang lain?

Namun, rencanaku praktis saja menjadi bumerang ketika Angga menjawab, "Enggak kok, gak juga. Nanti aku tinggal check-in sama karyawan aja. Kalau Om dan Tante mau pulang dulu, silakan. Biar gantian aku yang temenin Ola di sini. Om dan Tante santai aja lah, no prob." Dia dengan berani-beraninya menoleh, menatapku, dan berkata, "It's okay, La. Let them refresh themselves."

Oh, betapa aku berharap senyum selebar Jagakarsa yang membentang sekarang akan benar-benar membelah wajahnya yang menyebalkan itu!

Oh, my God! How I hate him!

"Good, good. Fix kalau gitu. Terima kasih banyak, ya, Ngga. Kami akan kembali secepatnya." Papa menyahut sembari menepuk punggung pria sialan sok pahlawan itu. "Ayo, Sayang," katanya pada Mama yang terlihat cukup terhibur dengan pergantian rencana ini.

Kenapa Mama jadi mesem-mesem begitu, sih?

Mama yang tidak tahu menahu soal pikiranku meraih dompetnya dan mencium rambutku. "Mama pergi bentar, ya. Kalau kamu mau apa-apa nanti kasih tahu aja. Oke?" Lalu dia berjalan ke arah Angga dan mencium pipinya juga. "Terima kasih banyak, ya, Ngga. Tante titip Ola," katanya.

"Gak masalah, Tante," jawabnya seraya mengangkat bahu. "Tante sama Om hati-hati di jalan. Gak usah buru-buru, we'll be fine."

****

"Apa-apaan, sih, lo, Angga?" Aku memuntahkan kata-kata itu segera setelah pintu ditutup dan aku seratus persen yakin bahwa Papa dan Mama sudah tidak dapat mendengarkan kami lagi. "Apa yang lo lakuin di sini? Ngapain lo ke sini? Ha?"

Pria ini, pria aneh, menyebalkan, sialan ini memiliki keberanian untuk memasang wajah bersalah. "Gue ... gue cuma pengen ketemu lo. Gue cuma pengen tahu kondisi lo aja."

Aku tidak dapat menahan tawa pahit yang ke luar dari tempat palinh dalam di hatiku. "Oh, ya? Really? Well, sekarang lo udah lihat gue, kan? Tapi, sorry. Gue gak pengen ketemu sama lo. So, keluar. See yourself out. Go."

"No," balasnya cepat. "Gue udah janji sama Om dan Tante. Gue akan tetap ada di sini gak peduli suka atau enggaknya lo sama kehadiran gue."

Tawa pahit lainnya seketika saja muncul ke permukaan setelah mendengar perkataannya. "Ain't that the truth, huh? Lo memang gak pernah peduli sama gue."

Benar-benar menyakitkan. Namun, itulah kebenarannya.

Sesuatu berhasil menggores hatiku lagi.

Angga sekonyong-konyongnya menundukkan kepala dan menghela napas berat. "Bukan itu maksud gue. Lo tahu bukan itu maksud gue, but I deserve that one just now."

Namun, sejujurnya, aku berpikir kalau kamu tidak pantas mendapatkan ata pun dariku. Bagaimana pendapat kita bisa berbeda begini, ya? Insert sarcasm.

Dengan kedua tangan di pinggangnya, Angga kemudian berkata, "Olavia, listen. Aku tahu aku sudah melakukan banyak kesalahan dan aku—"

"Oh, shut it!" Aku lantas memotong ucapannya. "Jangan mulai dengan panggilan aku-kamu lagi. Gue gak mau dengar kata-kata itu ke luar dari mulut lo. Hm, let me think." Aku mengetuk-ngetukkan jari ke dagu beberapa kali, berpura-pura berpikir. "Oh! Lo tahu apa? Gue sebenarnya gak mau dengar apa pun yang ke luar dari mulut lo itu."

"Olavia, gue mohon. Please. Kasih gue kesempatan." Angga mulai berjalan mendekat ke tempat tidur.

"Enggak. Udah gue bilang gue gak mau dengar apa pun dari mulut lo itu. Yang ada, sekarang gue akan kasih lo pilihan. Tutup mulut lo itu atau pergi dari sini."

Aku bisa mendengar bisikan-bisikan berupa rutukan keluar dari bibir lelaki itu saat aku berbalik dan memunggunginya. Aku memilih untuk tidak menghiraukan apa yang dia kerjakan. Terserah dia lah.

Lalu aku memejamkan mata. Jika dia memilih untuk diam dan tinggal, aku tidak ingin melihatnya. Jika dia memilih untuk pergi, aku ....

Persetan. Kehadirannya membuatku menjadi sangat kacau.

Aku tidak butuh omong kosong ini. Bayiku tidak membutuhkan kekacauan ini.

Mengingat sebuah kehidupan kecil berharga yang kini ada di dalam perutku, aku meletakkan telapak tangan di atasnya dan mulai melakukan gerakan melingkar dengan lembut yang kuharap berefek menenangkan. "Maafkan Mama atas stresnya, ya, Sayang. Kamu tetap aman di dalam perut Mama, ya?" Aku berucap lirih, berharap Angga tidak bisa mendengarkan.

Ruangan itu dipenuhi dengan keheningan yang intens sebelum suara seseorang membuka pintu menggantikannya. Dan untuk beberapa alasan yang tidak ingin kupikirkan, hatiku terasa tersentak.

Apakah dia akhirnya memilih untuk pergi?

Bersambung...

Terpopuler

Comments

ℤℍ𝔼𝔼💜N⃟ʲᵃᵃ࿐ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

ℤℍ𝔼𝔼💜N⃟ʲᵃᵃ࿐ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

klo lg hamil mah dibawa happy aja,,, hindari strs biar baby di perut pun ikut happy

2023-01-13

1

💜Ϝιαℓσνα💜

💜Ϝιαℓσνα💜

bumil,,, jgn stres kasian dedek dlm perut.. kudu happy trs..biar dedek nya ikut seneng

2023-01-13

1

Cintah517

Cintah517

Jadi, si angga ini sbenarnya siapa?
apakah bapaknya si janin
atau... hanya orang yg menyakiti olavia saja?
atau bisa jadi keduanya

2023-01-13

0

lihat semua
Episodes
1 1. Apa Yang Dia Lakukan di Sini?
2 2. Ners Indah yang Terlalu Ramah
3 3. Perawat Centil Sialan!
4 4. Bisakah Dia Menepati Janji?
5 5. Gue Tidak Menyangka
6 6. Ultimatum dari Sahabat
7 7. Jangan Ngadi-Ngadi
8 8. Insiden
9 9. True Happiness
10 10. Si Paling Kayak Setan
11 11. Terlalu Banyak Maaf Untuk Hari Ini
12 12. In the Matter of Time
13 13. Terungkap Sudah
14 14. Bukti
15 15. Overthinking
16 16. Just In Case
17 17. Pitching
18 18. Apartemen Sweet Apartemen
19 19. Despite the Circumstances
20 20. Pregnancy Hormones
21 21. Menu Makan Siang
22 22. Awkward
23 23. Pigura Pengantar Penjelasan
24 24. Awalnya
25 25. Di Pertengahan
26 26. Akhirnya
27 27. Nikmati Saja Dulu
28 28. Kenangan Rasa Pahit-Manis
29 29. Aroma Baju Favorit
30 30. Puncak
31 31. Harapan (yang Mudah-Mudahan Saja Tidak Palsu)
32 32. Jalan ke Hati Olavia
33 33. Kedamaian yang Seperti Ini
34 34. The Bucket List
35 35. Mama dan Kekuatan Supernya
36 36. Instant Chemistry
37 37. Renyah Tawa Olavia
38 38. Tegang
39 39. Akhirnya Datang Juga
40 40. We Love You
41 41. Oleander Prince
42 42. Did He Know?
43 43. Interogasi
44 44. Bukti
45 45. Bayang-Bayang Mantan
46 46. Lots of Love from Europe
47 47. Sepasang Kata Pertama
48 48. Misi Mendapatkan Olavia Seutuhnya: Step 1
49 49. Missing You
50 50. Misi Mendapatkan Olavia Seutuhnya : Step 2
51 51. Boy's Night Out
52 52. Mundur Satu Langkah Biar Gak Mirip Zombie Pas Ketemu Camer
53 53. Blissful Morning
54 54. Misi Mendapatkan Olavia Seutuhnya : Step 3
55 55. Misi Mendapatkan Olavia Seutuhnya : Final Step
56 56. Pertanyaan-Pertanyaan yang Muncul
57 57. Jawaban yang Tidak Akan Pernah Berubah
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Apa Yang Dia Lakukan di Sini?
2
2. Ners Indah yang Terlalu Ramah
3
3. Perawat Centil Sialan!
4
4. Bisakah Dia Menepati Janji?
5
5. Gue Tidak Menyangka
6
6. Ultimatum dari Sahabat
7
7. Jangan Ngadi-Ngadi
8
8. Insiden
9
9. True Happiness
10
10. Si Paling Kayak Setan
11
11. Terlalu Banyak Maaf Untuk Hari Ini
12
12. In the Matter of Time
13
13. Terungkap Sudah
14
14. Bukti
15
15. Overthinking
16
16. Just In Case
17
17. Pitching
18
18. Apartemen Sweet Apartemen
19
19. Despite the Circumstances
20
20. Pregnancy Hormones
21
21. Menu Makan Siang
22
22. Awkward
23
23. Pigura Pengantar Penjelasan
24
24. Awalnya
25
25. Di Pertengahan
26
26. Akhirnya
27
27. Nikmati Saja Dulu
28
28. Kenangan Rasa Pahit-Manis
29
29. Aroma Baju Favorit
30
30. Puncak
31
31. Harapan (yang Mudah-Mudahan Saja Tidak Palsu)
32
32. Jalan ke Hati Olavia
33
33. Kedamaian yang Seperti Ini
34
34. The Bucket List
35
35. Mama dan Kekuatan Supernya
36
36. Instant Chemistry
37
37. Renyah Tawa Olavia
38
38. Tegang
39
39. Akhirnya Datang Juga
40
40. We Love You
41
41. Oleander Prince
42
42. Did He Know?
43
43. Interogasi
44
44. Bukti
45
45. Bayang-Bayang Mantan
46
46. Lots of Love from Europe
47
47. Sepasang Kata Pertama
48
48. Misi Mendapatkan Olavia Seutuhnya: Step 1
49
49. Missing You
50
50. Misi Mendapatkan Olavia Seutuhnya : Step 2
51
51. Boy's Night Out
52
52. Mundur Satu Langkah Biar Gak Mirip Zombie Pas Ketemu Camer
53
53. Blissful Morning
54
54. Misi Mendapatkan Olavia Seutuhnya : Step 3
55
55. Misi Mendapatkan Olavia Seutuhnya : Final Step
56
56. Pertanyaan-Pertanyaan yang Muncul
57
57. Jawaban yang Tidak Akan Pernah Berubah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!