Ditinggal Menjelang Nikah
"Apa? Jadi kamu hanya anak pungut?" ucap Zico dengan nada tinggi.
Pria itu bangkit, menghembuskan nafasnya dengan kasar. Anna memperhatikan sikap tunangannya yang berubah seratus delapan puluh derjat, sesaat setelah menjelaskan status sebenarnya dalam keluarga Cakradinata.
Anna hanya seorang anak angkat. Papinya Sugiono Cakradinata adalah seorang pengusaha properti yang sangat kaya raya. Beliau mengangkat Anna menjadi anak semenjak dia berusia satu bulan. Hal ini dikarenakan Ranata Adiguna, belum juga memberi buah hati setelah delapan tahun usia pernikahan.
Setelah bermacam pertimbangan, Sugiono dan Ranata memutuskan untuk mengangkat seorang anak. Hal ini digadang karena bujukan orang tua Ranata. Mereka berharap, bisa memiliki anak kandung setelah merawat anak angkat dengan sepenuh hati.
Sugiono dan Ranata mendatangi sebuah panti asuhan. Mereka langsung jatuh cinta melihat bayi cantik yang berusia satu bulan sedang terlelap di atas dipan kusus bayi. Dengan mantap, Sugiono dan Ranata mengadopsi bayi yang diberi nama Annasya Putri Cakradinata.
Mereka merawat Anna dengan penuh kasih sayang selayaknya anak kandung mereka sendiri. Saat Anna sakit, Ranata ikut merasa sedih dan susah. Saat Anna menginjak usia sepuluh tahun, Ranata hamil, dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Bagas Putra Cakradinata.
Anna sangat menyayangi adiknya ini. Karena Anna sudah sangat lama meminta adik kepada kedua orang tuanya ini. Pada suatu hari, di saat Anna lalai menemani Bagas kecil bermain. Bagas terjatuh dan mulutnya terbentur hingga mengeluarkan darah. Hal ini membuat Sugiono murka dan memukul kaki Anna dengan rotan.
"Ampuuun, Pi. Ampuuun! Sakit, Pi!"
"Dasar anak tak tahu diri! Seharusnya Kamu bersyukur telah kami angkat sebagai anak. Paling tidak, Kamu bisa menjaga adikmu ini dengan baik."
Anna bagai tersambar petir sesaat mendengar pernyataan Papinya itu. Seketika tangis kesakitan karena pecutan rotan hilang. Anna yang baru berusia dua belas tahun ini tengah mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Sugiono.
"Ma-maksud Papi?" Tubuhnya bergetar, seakan ada sesuatu yang membangunkannya dari mimpi indah selama ini. Memiliki orang tua sempurna, dan adik yang sangat lucu.
"Hah!" Sugiono menggendong Bagas yang baru berumur satu tahun tersebut. Meninggalkan Anna yang menangis dalam tanda tanya. Akhirnya Anna berlari ke dalam kamarnya menangis tersedu dengan simpulan-simpulan yang ada di dalam kepalanya.
Di sebuah taman, Anna dan Zico tengah memperbincangkan rencana masa depan mereka. Zico meminta Anna untuk membujuk Papi Sugiono agar ikut memberinya jabatan. Anna yang menyadari statusnya yang sekedar anak angkat, tidak mungkin berani meminta hal lebih kepada orang tua angkatnya ini. Orang yang telah merawat dia dengan penuh kasih sayang hingga saat ini, Anna telah berusia dua puluh dua tahun.
"Ya, aku hanya anak angkat. Aku merasa sungkan meminta hal-hal aneh kepada beliau."
Zico terlihat sangat gusar. Memperhatikan gadis yang ada di hadapannya ini. Meski gadis itu terlihat anggun dan tangguh. Namun baginya Anna hanya gadis bodoh yang bisa dimanfaatkan.
Zico mengenalnya sebagai atlet wushu nasional. Awalnya Zico memang merasa heran, mengapa Anna seorang putri pengusaha sukses, hanya bekerja sebagai atlet. Sekarang, dia sudah mendapat jawabannya.
Anna hanyalah anak pungut, sebagai pancingan bagi orang tua angkatnya. Meski Anna memiliki paras yang sangat cantik, namun bagi Zico itu tidak cukup. Dia menginginkan hal yang lebih. Dia juga ingin memiliki kekuasaan.
"Apa yang Kamu pikirkan, Zico? Bukan kah Kamu juga memiliki pekerjaan yang mapan? Bukan kah menjadi editor di sebuah penerbit juga bisa memenuhi kebutuhan kita nanti. Apa yang Kamu khawatirkan?"
Zico melihat Anna dengan panjang. "Sepertinya aku masih ada urusan. Lebih baik kita pulang saja!"
Zico mengantarkan Anna kembali ke rumah orang tua angkatnya. Anna merasa heran kenapa tingkah Zico tiba-tiba berubah seperti itu. Anna dan Zico telah bertunangan semenjak satu tahun yang lalu. Mereka hanya melalui perkenalan singkat, setelah itu langsung memutuskan untuk bertunangan. Karena Zico menganggap Anna adalah orang yang akan merubah nasibnya menjadi lebih baik ke depannya.
Anna yang selalu diberi perhatian oleh Zico, dengan mudah jatuh cinta pada Zico. Bahkan telah merelakan keperawanannya pada laki-laki yang baru sekedar tunangan dengannya.
Zico terus merayu, sebagai bukti cinta Anna kepadanya. Padahal Zico memiliki niat lain, agar Anna tidak mudah memutuskan hubungan, karena Anna adalah tambang emas baginya.
Mereka melakukan hubungan suami istri dengan rutin selayaknya pasangan resmi lainnya di sebuah hotel. Biasanya Anna menggunakan pil KB dengan rutin agar dia tidak hamil. Namun, karena waktu pernikahannya sudah dekat, Anna sengaja tidak meminum pil KB lagi. Berharap segera bisa memiliki anak lewat hubungan mereka yang terakhir.
Sesampai di rumah Anna, Zico kembali pulang dengan tergesa-gesa. Anna berjalan menuju kamar. Melihat kalender yang biasa ditandai, mengecek keteraturan tamu bulanannya. Mata Anna membulat bahagia, berdasarkan waktu terakhir, Anna telah telat selama satu bulan.
Anna mengeluarkan testpack yang sengaja disediakan untuk mempersiapkan kehamilan ini. Anna segera masuk kamar mandi melakukan test kehamilan. Ternyata hasilnya menyatakan bahwa dia benar-benar telah positif hamil.
Anna merasa sangat bahagia. Sebentar lagi dia menikah, dan tak lama lagi dia akan resmi menjadi seorang ibu. Anna berencana akan memberi kejutan pada Zico setelah mereka resmi menikah.
Undangan telah disebarkan. Tamu Papinya terdiri dari lima ribu undangan. Seminggu lagi Anna dan Zico akan meresmikan pernikahan mereka. Namun, semenjak tiga minggu lalu, Zico sudah tidak bisa dihubungi lagi.
Anna mulai merasa kalut dan cemas. Dia teringat akan ekspresi yang tidak biasa dari tunangannya, Zico. Semenjak itu, setiap menghubungi Zico, tunangannya mengatakan sedang sibuk dan tidak bisa dihubungi. Terus beberapa waktu terakhir, Anna benar-benar kehilangan kontak dengan Zico.
"Mi, bagaimana ini? Zico tidak bisa dihubungi. Padahal seminggu lagi pernikahan kami," adunya kepada Mami Ranata.
Ranata yang tadinya asik mengecek kelengkapan pesta, menghentikan kegiatannya. Duduk di sebelah putri angkatnya yang cantik. Memegang pundak Anna, mencoba menenangkan putri angkatnya ini.
"Mungkin lagi ada pekerjaan penting. Sehingga dia lupa mengaktifkan ponselnya kembali."
'Semoga saja begitu,' batin Anna.
Ponsel Anna bergetar, sebuah pesan chat masuk dalam bentuk video dari sahabat dekatnya Anja. Anna segera membuka video tersebut. Matanya terbelalak melihat seseorang yang mengikrarkan ijab kabul dengan suasana putih di dalam video tersebut.
Air matanya terjatuh begitu saja tanpa aba-aba. Ponsel yang tadi digenggam dengan erat, terlepas dan terdengar suara benturan benda itu dengan lantai. Anna menutup mulutnya, dan tubuh bergetar. Air matanya terjatuh semakin deras.
"Ada apa Anna?" tanya Mami Ranata.
Anna tidak bisa menjawab pertanyaan Ranata. Sehingga Ranata memungut ponsel tersebut dan memutar kembali video itu. Secara refleks, Ranata ikut menutup mulutnya. Melihat siapa orang yang tengah mengucapkan ijab kabul di dalam video yang dikirim Anja, sahabat Anna.
Dia adalah, Zico--calon suami putrinya, Annasya Putri Cakradinata--yang akan menikah seminggu lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Nurr Amirr🥰💞
Slam hangat... Aqu numpang hadir thorrrr🤭🥰
2023-09-20
1
heni afriyanti
Uh bikin 🥺
2023-02-12
2
muthia
mungkin itu l perlu seorang wanita menjaga harga diri jgn terlalu mudah percayakan pd omongan laki2, dan mungkin jg itu alasan knp pacaran di hatamkan karena lebih mendekatkan ke zina 🙏🤭
2023-02-04
1