Siang malam Anna menangis. Bagai kehilangan akal sehat, dia tak henti memukul-mukul perut yang telah terisi embrio milik Zico. Sudah dua hari Anna seperti ini, setelah melabrak Zico di resepsi pernikahannya.
Setelah mendapat video yang dikirim oleh Anja, Ranata segera melakukan panggilan video pada pengirim pesan tersebut. Ternyata, Anja sedang berada pada prosesi pernikahan tersebut.
"Awalnya aku mengira ini hanya kebetulan, Tante. Nama calon suami kakak sepupuku sangat mirip dengan nama tunangan Anna. Namun, aku tak menyangka ternyata Zico yang dimaksud adalah orang yang sama," terang Anja dalam video tersebut.
"Di mana lokasinya? Kami akan segera ke sana!"
Anja melirik ke kiri dan ke kanan. "Ta-tapi Tante, mereka sudah sah," ucapnya dengan gugup.
"Katakan saja di mana lokasinya!"
Dengan nada terpaksa, Anja memberitahukan lokasi resepsi pernikahan tersebut. Ranata menarik tangan putrinya. Anna masih terlihat shock, akibat penghianatan ini.
"Ada apa?" Sugiono sedang memantau kesiapan pesta, mengerutkan keningn melihat wajah marah Ranata, dan tangisan Anna.
"Pi, Zico calon menantumu itu, tiba-tiba menikah dengan orang lain," ucap Ranata dengan gusar.
"APAAA?" Suara Sugiono terdengar menggelegar hingga ke penjuru villa yang mereka tempati.
"Kita harus membuat perhitungan dengan dia!" Sugiono mengambil kunci Robic*on kesayangannya. Mereka semua masuk dan dari belakang, Bagas yang sudah berusia sebelas tahun ikut berlari memasuki kendaraan ini.
"Bagas ikuuut!"
Tanpa jawaban, pintu kendaraan itu ditutup setelah sang pangeran cilik masuk. Kendaraan dilajukan menuju gedung resepsi pernikahan yang sedang digelar oleh Zico dan pengantinnya. Sugiono turun, disambut oleh keluarga Zico dengan wajah cemas.
"Apa maksud Anda, Pak Gito? Kenapa kalian tega seperti ini kepada keluarga kami?" Suara bariton Sugiono memecah suasana meriah pesta yang tengah digelar.
Gito berusaha menenangkan Sugiono. Sementara istri Gito, ibu dari Zico mengajak putra yang tengah bersanding dengan pengantinnya, untuk segera menyelesaikan masalah ini.
"Mas???" Silvi memagut lengan Zico dengan wajah sedih menggelengkan kepalanya.
"Tenang lah! Aku harus menyelesaikan masalah ini."
Sugiono melihat rekan kerjanya Wage, berbusana seragam dengan Gito, ayah dari Zico. Wage mendekat pada Sugiono, karena merasa heran pada kehebohan ini.
"Ada apa ini Pak Sugi?"
"Itu Zico, dia akan menikah dengan putri saya minggu depan. Namun, kami terkecoh olehnya. Diam-diam menikah dengan orang lain!" jelasnya dengan gusar penuh amarah.
Kening Wage berkerut mendengar apa yang telah diutarakan oleh Sugiono barusan. "Zico adalah suami dari putri saya!" ucapnya dengan tegas.
Mata Sugiono menajam, apalagi melihat kehadiran Zico dalam busana pengantin. Refleks tangan Sugiono menarik pakaian Zico yang telah menghianati putrinya.
"Apa yang Kau lakukan jahanam?"
Zico mencoba melepaskan tarikan yang dilakukan oleh Sugiono. "Maaf, Om. Hubunganku dengan Anna telah berakhir."
"Apa? Sejak kapan semuanya berakhir bajingan?" Secara refleks Anna bergerak mencekik Zico. Zico berusaha melepaskan diri.
"Anna, Anna!" Ranata menarik tangan Anna agar segera menghentikan tindakannya.
"Dasar keparat! Kapan hubungan kalian berakhir?" Sugiono melepaskan bogem mentah pada ulu hati Zico.
Wage melerai kericuhan ini. Dia mencoba menenangkan keadaan dengan menarik Zico untuk berdiri di belakangnya. "Tolong jelaskan pelan-pelan! Ada apa ini?"
Sugiono menjelaskan semua kronologis yang telah terjadi. Wage, rekan bisnis Sugiono mengangguk dan menyesali atas apa yang dilakukan oleh Zico. Dia memang mengenal Zico saat seorang rekan kerjanya menawarkan Zico agar dijodohkan dengan putrinya, Silvi.
Wage memperhatikan Anna dari atas hingga ke bawah. Berbeda sekali dengan Silvi putrinya yang memiliki tubuh yang gemuk. Wage sendiri merasa heran, di antara sekian banyak pria yang dikenalkan dengan putrinya, Silvi. Hanya Zico lah yang ingin melanjutkan hubungan pernikahan dengan putrinya ini. Hal ini tentu membuat Silvi merasa bahagia. Akhirnya di ujung angka 20-an Silvi mendapat suami dengan usia empat tahun lebih muda.
"Bagaimana pun, saat ini Zico telah menikah dengan putri kami. Saya yakin, suatu saat nanti anak Pak Sugiono pasti akan mendapat suami yang lebih baik dari pada Zico."
Sugiono mendengus kesal, menatap Wage dan berganti menatap Zico dengan tajam. Setelah itu melihat putrinya dengan wajah kasihan. Sugiono merangkul Anna dan mengajaknya meninggalkan pesta. Meski Anna hanya anak angkat, kasih sayangnya tak berbeda dengan menyayangi Bagas.
Akan tetapi, Anna melepas rangkulan itu dan mengejar dan menghajar Zico dengan salah satu jurus Wushu yang dia kuasai. Anna melayangkan tinju utara pada dagu penghianat itu.
Hal ini membuat para tamu menjerit. Sugiono menarik Anna dan membawanya pergi dari pesta ini. Sementara, ujung bibir Zico mengalirkan sedikit darah segar. Silvi istrinya segera membersihkan dan menariknya kembali ke pelaminan.
"Apa yang Kamu lakukan Anna?" Sugiono melirik Anna dari spion depan yang terus memeluk perutnya.
Anna belum menceritakan kondisinya saat ini. Dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung anak pria tadi. Ini murni kesalahannya sendiri. Dia segera mengunci diri di dalam kamar menangis tersedu mengingat kemalangan yang bertubi menimpa dirinya.
.
.
.
Pakaian pengantin yang sudah dipesan semenjak tiga bulan lalu telah datang. Baju pengantin itu membuat Anna jadi semakin gila. Pakaian yang luar biasa cantik, tetapi tidak jadi digunakan pada hari H. Anna semakin memukul janin yang ada di dalam rahim. Dia merasa tidak rela anak Zico hidup menumpang pada tubuhnya.
"Kita harus segera mencari lelaki yang mau menikah dengan Anna secepatnya. Jika dibatalkan begitu saja, mau ditaruh di mana muka saya?" ucap Sugiono dengan gusar.
Mendengar pernyataan Sugiono, membuat Anna semakin stress. Dia mengunci diri, tidak ingin menemui siapa pun. Dia terus menangis memukul-mukul perutnya, berharap janin yang ada di dalam rahimnya mati.
Setelah itu, dia merasa kesakitan sendiri atas aksi memukul perutnya. Dia merasa belum puas membalas atas apa yang dilakukan oleh Zico. Anna pergi diam-diam mengikuti kemana kakinya melangkah. Sampai lah dia di sebuah tepian dermaga.
Dengan pelan, dia terus melangkah menginjakan kaki ke atas dermaga. Angin laut mengibarkan rambut panjangnya, menatap horizon di batas pandang yang tampak di ujung laut.
"Mami, Papi, Bagas ... maafkan aku yang tidak tahu diri ini. Dari pada hanya bisa membuat kalian malu, lebih baik aku pergi meninggalkan dunia yang terlalu kejam terhadapku."
"Orang tua kandungku sendiri tidak menginginkan kehadiranku, sehingga aku dibuang ke panti asuhan. Kali ini, giliran lelaki yang aku cinta tega meninggalkanku yang sedang mengandung anaknya."
"Dari pada hanya menjadi beban bagi kalian, biarkan aku mati tanpa meninggalkan jejak."
Anna melihat sebuah jangkar tergeletak di tepi dermaga. Dia mengikatkan rantai yang melekat pada jangkar tersebut pada kakinya. Dua orang berbeda usia melihat gelagat anehnya dari jauh.
"Bukan kah itu gadis gila di pesta Zico kemarin?" ucap pria yang cukup muda.
Tampak wanita tua yang tadi di sebelahnya bergerak cepat mengejar gadis yang mengikatkan jangkar kapal pada kakinya. Pria itu begitu terkesan, atas aksinya yang berani memukul wajah mempelai pria pada pesta beberapa waktu lalu. Zico menjadi editor di perusahaan penerbit mayor yang dipimpin olehnya.
Namanya Amar Fajra Kusumaningrat, CEO di sebuah penerbit yang juga menerbitkan platform online, untuk menggaet penulis pada masa modern ini. Amar pun segera mengejar nenek yang telah mengasuh dia selama ini. Orang tua yang selalu sibuk bekerja. Sehingga dia diasuh dan dibesarkan oleh Nenek Andari, ibu dari Papanya.
"Nek, Nek? Mau ke mana?" Amar menarik tangan Nenek Andari, tetapi sang nenek menepis genggaman itu dan terus mengejar gadis yang menunjukan gelagat aneh tersebut.
Nenek Andari tepat berada di belakang Anna. "Apa yang kau lakukan?" Suara Nenek Andari menggelegar membuat Anna terkejut. Dia terjatuh tanpa mempersiapkan diri dengan kaki masih tersangkut dengan rantai jangkar. Jangkar itu masih berada tepat di tepian dermaga. Tubuh Anna dalam posisi terbalik, dengan kepala berada di dalam laut, sementara kakinya berada di atas.
"Tolooong! Toooloooong!" Teriak Nenek Andari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Ari Arie
ada Hotman Paris ini😁
2023-03-26
1
🌴 ńõñã bëhëĺ
nyimak
2023-03-03
2
Windhy Attaya
Hei ayolah jgn punya pikiran untuk mengakhiri hidupmu, masa iya kmu mau pergi? trus biarkan zaki hidup damai setelah apa yang dilakukannya ke kamu, aku faham pasti kmu down saat ini tapi jgn putus asa dong ttp smngat krna didepan sana mngkin ada yg mau sama kamu kek yg datang itu contohnya bang Amar🙈🤣
2023-02-23
1