Amar mengejar dan menarik tangan Anna. Hingga sampai lah Anna dalam pelukannya. Sebuah kendaraan dengan kecepatan tinggi lewat selang beberapa detik Anna berhasil masuk ke dalam dekapan Amar. Kedua netra mereka berdua saling bertautan. Anna meronta melepaskan diri.
Anna kembali melanjutkan perjalanannya tanpa mengatakan satu apa pun. Amar menoleh ke arah belakang, tampak sang nenek terus memberi kode agar dia terus mengejar Anna. Akhirnya Amar melangkah mengejar Anna meski dia terus bersungut.
"Nona Anna!" Suara Amar terdengar dingin mengikuti langkah wanita ini.
Anna tak menghiraukan panggilan Amar. Dia terus berjalan berusaha mempercepat langkahnya. Dengan perasaan tak sabar, Amar menarik tangan Anna dengan kasar.
"Akh, sakit!" Anna meringis menatap pria yang ada di belakangnya. "Kenapa Kau terus mengikutiku? Kita tak ada hubungan apa pun. Aku telah berhutang dua nyawa padamu, dan aku berjanji tak akan mengganggu kehidupan dan percintaanmu!"
Amar menatapnya dengan dingin. "Jika Kau tak ingin nenekku meninggal, menikahlah denganku! Aku akan berusaha!"
Anna menatap panjang jauh ke dalam netra Amar. "Apa Kau yakin? Aku ini tak suci lagi. Aku sedang mengandung anak orang lain. Apa Kau yakin akan menerimaku yang hina ini?"
Amar mengangguk. "Apa Kau tidak ingin membalas dendam pada Zico?"
Mata Anna membulat. Dia tidak menyangka Amar sampai tahu siapa orang yang berbuat keji seperti ini kepadanya. Padahal dia tidak mengatakan nama itu sedari tadi. "Dari mana Kau tahu yang berbuat seperti ini adalah dia?"
Amar menarik tangan Anna. "Kita kembali dulu ke tempat Nenek. Aku akan menceritakannya sambil jalan nanti."
Anna menepis Amar yang menggenggam tangannya. "Aku bisa jalan sendiri."
Amar menceritakan bahwa dirinya adalah seorang presiden direktur di perusahaan penerbitan mayor. Anna menyimak dengan seksama. Dia tidak menyangka bahwa yang akan menjadi suami penggantinya adalah seorang presiden direktur. Hal yang lebih mengejutkan lagi bahwa Zico adalah editor di perusahaan miliknya.
Akhirnya, Anna dan Amar sampai di posisi Nenek Andari berada. Nenek menyambut kedatangan mereka dengan wajah sumringah. Tanpa berkata apa pun, Nenek sudah tahu bahwa mereka telah sepakat untuk menikah.
Setelah itu, Amar menghubungi kedua orang tuanya menyatakan akan menikah dalam waktu dekat. Hal ini sontak membuat kedua orang tuanya marah dan kesal. Amar tiba-tiba menikah dengan seorang yang baru dikenal. Meninggalkan Luna yang sudah berpacaran lima tahun dengannya.
Amar kesulitan dalam mendapat restu dari kedua orang tuanya. Mereka menganggap Amar hanya sekedar bercanda. Sehingga Nenek Andari, ibu dari ayahnya, Nugroho, langsung menitahkan putranya itu untuk datang ke rumah Anna.
"Anna itu putri dari Sugiono Cakradinata, apa Kamu tahu siapa dia?"
Nugroho tercenung, dia sangat mengenal nama itu. Itu adalah nama pengusaha properti yang sangat dikenal oleh kalangan pebisnis. Akhirnya sang ayah memberi izin kepada Amar untuk menikah dengan putri dari Sugiono itu. Hal ini memaksa ibunya, Wila untuk ikut menerima keputusan itu juga. Padahal Wila, ibu Amar, sangat menyayangi Luna. Terlebih Luna selalu memberikan benda hasil desain unik darinya.
"Mama harus berkata apa kepada Luna, jika Kamu tiba-tiba menikah begini?"
"Biar kan aku yang mengatakan semuanya. Aku akan mengatakan pernikahan ini hanya sementara. Setelah hubungan kami berakhir, aku akan menikah dengan Luna."
"Tidak mungkin! Kamu jangan main-main begitu dengan perasaan wanita!" bentak Wila--mamanya.
"Peduli apa Mama sama perasaan seseorang?"
Lalu Wila tertunduk. "Iya, ini salah Mama yang tidak mendidikmu dengan tangan Mama sendiri."
Nenek Andari telah memaksanya menikah dengan wanita yang tengah mengandung anak orang lain. Secara diam-diam Anna dan Amar telah menandatangi kontrak nikah mereka. Tidak ada yang mengetahui perjanjian di antara mereka. Hanya mereka berdua yang mengetahui ini semua.
Perjanjian pernikahan yang mereka buat adalah:
Tidak melakukan hubungan suami istri pada umumnya.
Bercerai saat usia anak yang dilahirkan Anna telah mencapai umur enam bulan.
Tidak ikut campur pada urusan masing-masing.
Melancarkan balas dendam kepada Zico.
Semuanya akan batal jika mereka sama-sama tidak ingin berpisah dan saling memcintai
Membaca bagian itu, Amar hanya tersenyum sinis. "Aku hanya mencintai Luna. Kau jangan pernah jatuh cinta padaku! Aku tak akan mencintaimu. Aku akan menikah dengan Luna setelah kita bercerai."
Anna mengangguk. "Baik lah. Terserah kamu."
.
.
.
Janji suci telah diikrarkan oleh Amar untuk Anna. Dan anehnya, Amar sama sekali tidak salah dalam menyebut nama Anna sebagai istrinya. Saat ini mereka berdua tengah bersanding di pelaminan dengan wajah yang sama-sama kaku. Menikah dengan orang yang sama-sama baru mereka kenal.
Tak ada yang tahu bahwa Anna telah berbadan dua, hanya mereka bertiga yang mengetahui ini semua. Anna, Amar, dan Nenek Andari. Ini semua akan menjadi rahasia dalam rumah tangga baru ini.
Amar mengajak Anna tinggal di sebuah apartemen, untuk memisahkan diri dengan kedua orang tuanya. Agar mereka leluasa berbuat tanpa harus diperhatikan oleh orang tua. Alasan lainnya, agar tak ada yang curiga dengan pernikahan pura-pura di antara mereka.
Amar dan Anna tidur di kamar terpisah. Seolah mereka berdua adalah penghuni rumah kos yang tak saling berhubungan satu sama lain. Tugas Anna hanya menyiapkan sarapan pagi untuk Amar. Saat makan siang dan malam, Amar memilih melakukannya di kantor tempat dia bekerja.
Selain itu, Anna mengantarkan pakaian Amar ke laundry. Dia merasa tidak nyaman mencuci benda pribadi milik Amar. Meski statusnya adalah suami, tetapi hatinya tak merasa begitu. Apalagi saat melihat dalaman Amar, dia merasa mual duluan.
Amar sengaja pulang dari kantornya saat Anna sudah lelap. Ini dilakukan agar dia tidak merasa canggung dalam melaksanakan aktifitas. Anna pun merasa nyaman tanpa harus melayani Amar sebagai suaminya. Meski dia sering melihat benda yang sama milik Zico. Namun, melihat milik Amar sangat membuatnya merasa malu.
Amar duduk tersandar di kursi kerja kamarnya. Dia memandangi foto Luna. Telah satu bulan semenjak pertengkaran dengan Luna, dibarengi pernikahan mendadaknya, sama sekali belum pernah menemui Luna.
Semakin waktu, dia merasakan sakit karena rindu yang luar biasa. Dia merasa sangat kesepian. Biasanya dia bisa menghubungi Luna di waktu senggangnya. Namun, kali ini dia hanya bisa menahan semua. Menikahi Anna pun hanya bagai menikahi boneka.
Setelah menikah, mereka seperti lupa akan tujuan utama mereka untuk menikah. Perasaan canggung berada di satu atap yang sama membuat mereka memilih diam. Melupakan pembicaraan tentang rencana balas dendam yang ingin ditujukan pada Zico.
Amar memandangi layar pada ponselnya. Ada wajah Luna yang sangat dirindukannya. Amar bangkit menuju mini bar yang ada di dalam apartemen tersebut. Amar membuka botol wiski lalu menuangkannya ke dalam gelas khusus yang tersedia di sana.
Amar meneguknya langsung hingga habis. Meski sedikit tercekat pada keras dan pahitnya minuman itu, dia kembali menuangkan ke dalam gelas dan langsung menghabiskannya. Gelas demi gelas telah diteguknya. Minuman dalam botol itu telah hampir habis. Amar telah kehilangan jati diri. Alkohol itu telah membuatnya mabuk berat. Amar mencoba bangkit dari posisinya. Namun, tubuhnya oyong hingga menyenggol botol wiski tadi.
praaang
Botol tersebut terjatuh. Sehingga membangunkan Anna dari tidurnya. Anna perlahan bangkit dari tempat tidur. Dia lupa hanya mengenakan pakaian tidur tipis tanpa bra. Karena hamil, membuat dua kembar miliknya kencang dan menantang. Apalagi pakaian tidur yang dikenakan hanya ditopang tali tipis sebagai penyangga.
Anna keluar dari kamar mencoba melihat keadaan. Suasana sangat gelap tanpa pencahayaan. Anna melihat sosok hitam bergerak tak jelas ke kiri dan ke kanan dengan oyong.
"Bang Amar? Apakah itu Kamu?"
"Hoh?" lenguhnya terdengar berat.
Anna mendekat pada Amar, dia mencium bau Alkohol membuat dia mual. "Hooooeeekkk ...."
"Luna ... Luuna ... Sayaaangku..." Terdengar lenguhan Amar menyebut nama kekasihnya.
Anna hanya bisa diam memahami keadaan Amar. Tiba-tiba Amar memeluknya, mencium pundaknya yang tidak tertutup.
"Luna, tubuhmu wangi sekali Sayang. Aaahh, kenapa aku baru mengetahuinya. Aku sungguh merindukanmu, Sayang!"
Tangan Amar mulai masuk ke dalam pakaian tipis itu, dia memeluk tubuh Anna dengan lekat. Mengusap punggungnya dengan penuh gairah. Anna pun mulai merasa getaran hasrat, mencoba mendorong Amar namun tak kuasa.
Amar terus membelai Anna dan memberikan ciuman panas tak memedulikan reaksi lawannya yang dalam angannya adalah seorang Luna. Amar merasakan gesekan hangat dari dada Anna.
"Aaaahh ... Ini Apa?" tangan Amar menyusup membelai dua benda yang semakin mengecang saat disentuhnya. Amar terus mendorong Anna yang sudah tidak kuasa menangis mendapat belaian itu. Dia berusaha mendorong Amar namun Amar semakin menggila.
"Luna ... Luna ... aaahh ...."
Anna terus mendapat serangan hasrat atas nama orang lain. Saat kecupan demi kecupan dilakukan Amar di dalam pakaiannya, Anna hanya bisa menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Luluk Luk
ini nikahnya kok gk jelas ya tor,kok gk ada ijab Qobul nya?
2023-03-03
3
Cinta Suci
knp ana km gk ke kmar
2023-03-03
0
Enung Samsiah
knp anna nggk kabur kmuuu
2023-02-19
0