"Tolooong! Toooloooong!" Teriak Nenek Andari melihat gadis itu terus menarik jangkar agar terjatuh ke dalam laut.
Dengan berlari sambil menanggalkan jas yang melekat di tubuh, beralih melepas kedua sepatu. Amar langsung menceburkan diri ke laut sisi dermaga. Dia berenang menuju arah Anna yang masih berusaha menarik rantai jangkar. Makin lama, tubuhnya semakin sempurna berada di dalam air. Jangkar seberat lima puluh kilogram itu, sedikit lagi akan jatuh masuk ke dalam laut.
Amar segera mengangkat tubuh wanita yang tidak dikenalnya ini. Namun, wanita itu terus meronta melepaskan diri. Beberapa waktu mereka habiskan untuk bergelut di dalam air. Amar terus mencoba menarik Anna, tetapi Anna menepis tangan milik Amar.
Anna sudah tidak bisa meronta lagi, akhirnya pasrah mengikuti apa yang dilakukan oleh pria itu. Amar mulai mengangkat tubuh Anna. Mereka muncul ke permukaan. Meraup udara sepuasnya hingga memenuhi paru-paru mereka. Namun, jangkar yang sedari tadi ditarik Anna yang sudah menggantung di tepi dermaga, akhirnya jatuh masuk ke dalam laut.
Tubuh Anna kembali tertarik masuk ke dalam air. Amar kembali mengejar Anna yang melesat terus menuju dasar dengan kecepatan tinggi. Amar mempercepat renangnya meraih tangan wanita itu yang mencoba untuk menggapainya.. Beruntung, Anna bisa ditangkap.
Jangkar itu terus menuju ke dasar, tubuh Anna masih tertarik oleh benda itu. Amar berusaha untuk melepaskan rantai yang mengikat kaki wanita itu. Walaupun sedikit susah payah dan persediaan oksigen yang semakin menipis, akhirnya Amar berhasil melepaskan rantai tersebut. Jangkar kembali melaju dengan pesat menuju dasar dermaga.
Amar menarik Anna berenang menuju permukaan. Sampai di permukaan, telah ramai para nelayang berdiri di atas dermaga karena teriakan permintaan tolong dari Nenek Andari. Amar menyerahkan Anna kepada nelayan yang berdiri di tangga pinggir dermaga. Mengangkat tubuh Anna terus naik ke atas.
Setelah itu giliran Amar naik ke atas dermaga. Amar menperhatikan mata para nelayan terlihat nyalang menyaksikan kemolekan tubuh Anna. Hal ini membuat Amar mendorong mereka. Amar memeriksa denyut nadi dan detakan jantung Anna. Saat ini, Anna dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Amar memberi tindakan pertama pada korban tenggelam. Menekan dada Anna dengan cepat, diiringi pemberian napas buatan. Nenek Andari menutup mulut melihat tindakan cucunya ini. Di matanya, sang cucu terlihat mencium gadis muda itu bertubi-tubi.
Nenek Andari, adalah orang yang membesarkan Amar semenjak kecil. Dia begitu memahami karakter cucunya, Amar. Dia adalah lelaki dingin yang tidak mempedulikan siapa pun. Hal ini ditiru dari sikap orang tuanya yang seperti tidak pernah memperdulikannya karena sibuk pada pekerjaan.
Beberapa saat kemudian, wajah Anna yang tadinya putih, berubah menjadi merah. Anna terbatuk dan mengeluarkan tumpahan air asin yang tidak sengaja ia minum. Amar membantu wanita yang tidak dikenalnya ini duduk, lalu memukul pelan punggung Anna hingga tak ada lagi air yang keluar.
Anna menghirup udara sepuas hatinya. Lalu melirik semua orang asing yang mengelilingi dia. Setelah itu dia kembali memperhatikan pria yang tepat berada di hadapannya. Lelaki yang telah menggagalkan aksi bunuh dirinya.
"Ternyata, Kau masih ingin menikmati udara ini?" ucap pria itu dengan datar. Pria yang tidak dikenalnya ini bangkit lalu pergi meninggalkannya.
"Amar, tunggu!" ucap nenek Andari.
Amar menghentikan langkahnya. Melihat nenek yang disayangi memeluk wanita muda itu.. Amar menaikan sebelah alisnya tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Terlihat, Nenek Andari berterima kasih kepada para nelayan yang telah hadir membantu mereka menyelamatkan gadis manis yang dipeluknya ini.
Selang beberapa waktu kemudian, tampak jas milik Amar terpasang pada tubuh Anna yang menggigil kedinginan. Ammar sendiri telah mengganti pakaian. Dia selalu menyediakan pakaian ganti di mobil mewah kesayangannya. Nenek Andari tengah merangkul gadis, yang telah diketahui bernama Anna. Amar hanya memperhatikan perbincangan dua wanita itu tanpa berkata apa-apa.
Dia sendiri tengah bermasalah dengan wanita yang dicintai. Kekasihnya-- Luna, belum ingin diajak menikah karena sibuk dengan karier sebagai seorang desainer ternama. Saat ini, usia Amar telah menginjak umur 35 tahun. Dia sudah mapan dan siap membangun rumah tangga.
"Apa yang Kamu lakukan Anna? Kenapa Kamu ingin mengakhiri hidupmu?" Pertanyaan Nenek Andari memecahkan keheningan yang telah terjadi semenjak setengah jam yang lalu.
Anna tertunduk lesu memegang perutnya. "Aku hanya anak yang tidak berguna, Nek. Aku ingin berhenti menyusahkan kedua orang tuaku."
Nenek memperhatikan gerak-gerik Anna yang terus memperhatikan dan memeluk perutnya. Nenek seakan mengerti apa yang terjadi dengan wanita yang ada di sampingnya ini, memandang cucu yang berada tak jauh dari mereka.
"Amar, kemari lah!"
Amar melihat ke arah Nenek Andari. Lalu bangkit dan bergerak mendekat ke arah mereka. Amar duduk tepat di samping sang nenek. Menunggu apa yang akan diucapkan oleh wanita tua yang sangat dihormati dan disayangi ini.
"Kamu beneran mau menikah kan?" tanya nenek kepada Amar.
Amar mengangguk mantap. Namun, wajahnya ditekuk ke bawah. Dia masih teringat akan pertengkaran yang kembali meledak usai mengajak Luna menikah, tadi malam.
"Menikah lah dengan Anna!"
Wajah Anna dan Amar yang sama-sama ditekuk, langsung tegak. Mereka berdua sama-sama menatap Nenek Andari dengan wajah penuh tanda tanya. Kedua tangan Nenek Andari menarik tangan Amar dan Anna, lalu menyatukan tangan mereka berdua. Amar dan Anna sama-sama menarik kedua tangan tersebut secara refleks.
"Tidak mungkin, Nek? Aku mencintai Luna!" ucapnya, tegas.
Sementara Anna kembali memeluk perutnya yang berisi janin lelaki lain yang masih dicintainya hingga detik ini. Lelaki bernama Zico, yang meninggalkannya menikah dengan wanita lain, tepat seminggu sebelum mereka melaksanakan pernikahan. Saat ini, waktu pernikahan hanya menunggu hitungan hari. Orang tuanya tengah berusaha mencarikan suami pengganti untuk Anna. Agar pernikahan itu tetap terjadi.
"Jangan, Nek! Aku tengah mengandung anak pria lain," lirihnya tertunduk malu kembali memeluk perut yang berisi janin milik Zico.
"Tidak apa Anna, Amar itu sudah siap menikah lahir batin. Dia pasti mau menggantikan posisi ayah bayi itu." Nenek Andari melirik cucunya yang sedari tadi tepekur melihat ke bawah.
Ucapan Nenek Andari membuat Amar bangkit dengan wajah gusar. Melihat Nenek Andari dengan wajah penuh tanda tanya. "Nek, aku tu mau nikahnya sama Luna. Bukan Anna!"
"Tapi Luna belum mau menikah denganmu!"
"Tapi aku akan menunggu waktu hingga dia siap menikah denganku, Nek."
"Sampai kapan? Sampai nenekmu ini meninggal dulu?"
Amar mendekat dan berlutut di hadapan Nenek Andari. "Nenek jangan berkata begitu! Jika Nenek meninggal, aku juga akan mati. Aku tidak akan bisa hidup dengan baik tanpa Nenek.."
Nenek menyentil kening Amar. "Jadi apa Kamu mau menikah dengan Anna?"
Amar kembali melirik Anna yang sedari tadi terlihat murung dan sendu. Amar masih merasa mantap untuk menggelengkan kepala. "Tidak!"
Nenek bangkit, mata Amar penasaran akan apa yang hendak dilakukan oleh neneknya. Apakah akan memukulnya atau menjewer telinganya seperti biasa. Namun, apa yang dipikirkan, ternyata jauh berbeda. Nenek Andari bergerak menuju dermaga.
"Kamu akan melihat nenekmu ini mati, saat ini juga."
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Alanna Th
waduh, nenek mo bnh diri ngancem cucuny agar mo dnikahkn dg gds hamil 😱👍😘💗😂🤣
2023-03-31
0
Enung Samsiah
aih sinene mni maksa k incuteh😂😂
2023-02-19
1
اختی وحی
tulisan nya rapat bnget🧐
2023-02-02
0