Nenek bangkit, mata Amar penasaran akan apa yang hendak dilakukan oleh neneknya. Apakah akan memukulnya atau menjewer telinganya seperti biasa. Namun, apa yang dipikirkan, ternyata jauh berbeda. Nenek Andari bergerak menuju dermaga.
"Kamu akan melihat nenekmu ini mati, saat ini juga."
Amar mengejar orang yang paling dikasihinya ini. Dia mencegat dan berdiri di hadapan wanita dengan segala kerutan di wajahnya. "Nek, Nenek ... jangan gitu, Nek! Sepertinya gadis itu membawa pengaruh buruk buat Nenek."
Nenek Andari mengernyitkan dahinya yang sudah dipenuhi oleh kerutan. Memukul lengan Amar beberapa kali. "Ayo katakan! Kamu bersedia menikahi dia!" Nenek Andari terus memaksa Amar untuk mengikuti keinginannya.
Amar meringis mengelus bagian yang dipukul oleh sang nenek. Lalu beralih melirik wanita yang tadi ditolongnya. Amar menggandeng Nenek Andari berjalan mendekat kembali pada Anna yang masih duduk tertunduk memikirkan banyak hal di dalam benaknya.
"Nenek duduk dulu. Aku sepertinya ingin menanyakan banyak hal kepada wanita ini."
Kemudian Amar menanyakan hubungan antara Anna dengan kekasihnya dulu. Anna mulai menceritakan bagaimana kisah mereka berdua. Anna menyampaikan semuanya tanpa ada yang dilebihkan, maupun dikurangi. Hingga menceritakan permintaan Zico untuk diberi kedudukan dalam perusahaan Papi angkatnya.
"A-aku tidak mungkin meminta banyak hal kepada Papi. Aku saja sudah merasa bersyukur dibesarkan dengan penuh kasih sayang hingga aku besar begini. Hanya saja, aku yang terlalu bodoh mudah mempercayai ucapan laki-laki itu. Ternyata, aku ini hanya bagai jembatan penyeberangan baginya. Jembatan yang memperpendek jalan menuju kekuasaan yang dia inginkan."
Anna melanjutkan menceritakan dirinya yang tidak bisa lepas dari Zico. Meski hubungan di antara mereka hanya lah hubungan toxic, tetapi Anna merasa sangat mencintai dia. Dia merasa Zico adalah semesta yang dihadirkan pencipta untuk dirinya. Terpukau atas segala kebaikan yamg diberikan kepadanya.
Membuat Anna benar-benar jatuh dalam cinta toxic yang diberikan Zico. Semuanya telah diberikan pada pria itu. Begitu juga dengan kesuciannya yang telah rela dilepaskan demi Zico. Bahkan saat ini, dia sedang mengandung anak Zico.
Anna menceritakan bahwa Zico mulai menjauh semenjak mengetahui bahwa Anna hanya lah seorang anak angkat. Bahkan tidak bisa dihubungi sama sekali sesaat waktu pernikahan yang semakin dekat.
"Dia menikah dengan diam-diam, tepat seminggu sebelum tanggal pernikahan kami. Rasanya aku tak sanggup untuk hidup lagi. Apalagi harus membawa aib ini seumur hidupku." Anna kembali memandangi dan memeluk perutnya.
Anna sungguh menyesali atas semua kebodohan membiarkan dirinya hamil. Setelah mengetahui dia hamil, di saat itu pula Zico meninggalkannya. Dia kembali menyesali semua yang telah terjadi, dia begitu mudah termakan rayuan lelaki toxic seperti Zico.
Amar mulai memahami keadaan Anna. Zico adalah salah satu editor pada perusahaan penerbit dan novel online miliknya. Menurut Amar, gaji yang diberikan oleh perusahaannya cukup tinggi dibanding perusahaan lain. Akan tetapi, jika manusia sudah memiliki jiwa yang serakah, tentu tak akan bisa mensyukuri apa yang didapat dan dimiliki.
"Saat ini aku sendiri memiliki seorang kekasih. Kamu sudah mendengarnya bukan? Hingga saat ini, Luna -- kekasihku -- belum ingin diajak menikah?"
Amar memandangi wanita itu yang tak berhenti memeluk dan memandangi perutnya ini. "Heh, Kamu dengar apa yang aku katakan, nggak sih?" bentaknya.
Anna tersentak oleh bentakan Amar. "Hah? Apa?"
Lalu Anna kembali sibuk dengan pikirannya sendiri. Akhirnya pria itu merasa prihatin melihat kondisi Anna. Nenek Andari menepuk-nepuk pundak Anna dengan pelan sebagai tanda untuk menguatkan Anna dari masalah yang telah menimpanya.
"Baik lah, aku akan menikah denganmu!"
Nenek Andari dan Anna menegakan kepalanya secara serempak. Mereka seakan menanyakan maksud ucapan Amar barusan. Amar menganggukan kepalanya. "Aku akan menikah denganmu, Anna. Aku akan bantu menyelamatkan kamu dari rasa malu terhadap keluarga yang telah mengangkatmu itu. Namun, yang aku inginkan adalah pernikahan yang dilakukan secara kontrak."
"Apa maksudmu dengan pernikahan kontrak?" tanya Nenek Andari dengan wajah heran.
"Pernikahan dalam perjanjian, Nek. Setelah apa yang diinginkan tercapai, pernikahan tersebut harus diakhiri."
Nenek Andari menjewer telinga Amar. "Apa maksudmu menikah kontrak seperti itu, hah? Kamu pikir pernikahan itu buat main-main?"
"Kan tujuan aku hanya untuk menyelamatkan dia dari aib saja, Nek. Biar orang lain menyangka bahwa anak yang dikandungnya itu adalah anakku. Nanti saat dia telah melahirkan, aku akan menceraikan dia. Beres kan?"
Nenek Andari bangkit dan memukul Amar. "Dasar, anak ini? Kamu pikir pernikahan itu merupakan sebuah permainan saja?"
Nenek Andari memukul Amar kembali hingga Amar bersembunyi di balik Anna. Nenek mulai mengejar cucunya itu, hingga wanita tua itu merasa sesak karena kelelahan. Nenek Andari memegang dadanya mulai mengatur napas.
Anna yang melihat nenek tersebut merasa kelelahan langsung merangkul beliau. Mencarikan minuman yang tadi dibeli Amar untuk mereka. Amar merasa tertarik untuk memperhatikan Anna. Dia juga memperlakukan nenek yang disayanginya ini dengan baik.
"Nenek sudah baikan?"
Nenek Andari mengangguk, menyerahkan botol minuman yang telah usai diminumnya beberapa teguk. Setelah meletakan kembali botol tersebut, Anna memeluk Nenek Andari.
"Terima kasih ya, Nek. Nenek sudah perhatian kepadaku wanita yang buruk dan hina ini. Nenek tidak perlu memaksakan dia untuk bertanggung jawab atas kebodohaku sendiri. Setelah ini mungkin sebaiknya aku menceritakan kondisi yang sebenarnya kepada mereka."
Sesaat Anna tampak merenung. Ada hal yang ingin dilakukan setelah kejadian ini. Lalu, Anna bangkit, melepaskan jas yang dipakainya yang merupakan milik Amar. Anna menyerahkan jas yang telah basah tersebut kepada sang pemilik.
"Maaf, pakaian milikmu ini menjadi basah dan kotor. Nanti akan aku ganti upah laundrynya. Kamu tinggal kirim kan nomor rekening kamu kepadaku."
Anna kembali memeluk Nenek Andari. "Sekali lagi, terima kasih banyak atas segalanya ya, Nek. Aku merasa, Nenek sangat baik. Melebihi kebaikan dari Nenekku sendiri."
Setelah itu dia pamit beranjak dari sisi mereka dengan langkah cepat. Amar dan Nenek terus memperhatikan langkah Anna yang sayu. Amar bangkit mengejar dan memanggil wanita yang tengah bersedih itu, namun tidak terdengar olehnya.
Nenek menepuk lengan Amar. Memberi kode untuk segera menyusul Anna. Amar mengangguk, dan akhirnya dia berlari mengejar wanita itu. Anna tampak berjalan dan terus berjalan meski terus dipanggil oleh Amar. Panggilan Amar sama sekali tak terdengar olehnya. Dia asik dalam pikiran harus berkata apa kepada orang tuanya di rumah.
Hingga sampai lah Anna di jalan raya dan langsung menyebrang tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan ... Ada sebuah kendaraan dengan kecepatan tinggi berada tak jauh darinya.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Reni Fitrianty
tulisan jgn rapat kli yg baca jd bosan
2023-02-03
4
Lela Lela
untung ada amar
2023-01-25
1