Elzara (Gadis Pemburu Mafia)
Satu minggu setelah menghilangnya Elara Sandriana, Zara terus menangis setelah polisi menyatakan bahwa Lara hilang dan tidak bisa ditemukan.
Mario dan Fitri memang sudah melaporkan hilangnya Elara pada pihak kepolisian di sana dan para polisi itu juga sudah berusaha mencari Lara namun gadis berusia delapan belas tahun itu tidak juga ditemukan.
Setelah satu minggu melakukan pencarian, akhirnya pihak kepolisian menyatakan bahwa Lara hilang dan mereka menutup kasus hilangnya Lara
Elara hilang tanpa jejak, menurut polisi yang bertugas mencarinya kemungkinan besar Lara dimakan hewan buas karena itulah jasadnya tidak bisa ditemukan.
Zara terus mengurung diri didalam rumah, dia juga menjadi jarang berbicara.
"Zara, sudahlah jangan menangis terus. Kakak tahu ini berat untuk kamu tapi kamu juga harus tahu ini juga berat buat kakak dan juga semua orang yang sayang padanya," ucap Wili.
"Kak, pernyataan polisi itu sangatlah tidak masuk akal. Mana mungkin ada hewan buas ditengah perkotaan yang ramai."
"Zara, polisi sudah melakukan yang terbaik dalam mencari Lara. Tidak mungkin mereka lalai dalam tugas mereka."
"Tapi aku merasa kalau Lara masih hidup, dia masih ada di dunia ini."
"Zara, kita doakan saja semoga Lara baik-baik saja dimana pun dia berada. Jika dia masih hidup kita doakan semoga dia selalu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja jika dia memang sudah tiada kita harus ikhlas, doakan dia agar dia ditempatkan di tempat yang terbaik disisinya," ucap Fitri.
"Bibi, aku merasa ini seperti mimpi. Aku tidak mungkin kehilangan Lara secepat ini."
"Zara, kamu jangan sedih. Kamu masih muda perjalanan hidup kamu masih panjang, lupakan yang telah terjadi dan mulai jalani hidup kamu yang baru dengan tanpa Lara bersama kamu. Kakak akan selalu ada untuk kamu, percayalah suatu saat jika Lara masih hidup kita pasti akan bertemu lagi dengannya," jelas Wili.
*******
Di tempat lain.
"Bos, sudah satu minggu gadis ini di sini tapi sampai sekarang dia belum bisa dipasarkan karena terus memberontak," ucap Exel pada Sandress.
"Berikan dia pada Tuan Takahiro. Dia sangat menyukai gadis yang penuh tantangan," ucap Sandress.
"Baik, Willona akan mengurus semuanya."
"Lakukan tugas kalian dengan tanpa kesalahan sedikit pun, saya tidak mau polisi mengendus usaha kita."
"Beres Bos."
Setelah berbicara pada Bosnya, Exel langsung pergi ke tempatnya dan Sandress pun langsung pergi meninggalkan tempat itu!
Tiba di suatu ruangan, Exel melihat Willona yang sedang menyiapkan para gadis yang akan dipekerjakan nya malam nanti.
"Aku mau bicara," ucap Exel pada Wilona.
Wilona yang sedang sibuk mendandani mereka, menoleh ke arah Exel lalu mengangguk pelan.
"Tunggu sebentar," ucapnya.
Exel kembali berjalan menuju ruangan yang lain! Ruangan dimana tidak ada satu orangpun terkecuali dirinya.
Tak lama, Wilona datang. Dia berjalan menghampiri Exel yang sedang duduk di kursi!
"Ada apa?" tanya Wilona.
"Hubungi Tuan Takahiro dan katakan padanya ada barang baru dan yang pastinya akan membuat dirinya puas," jelas Exel.
"Barang baru? Gadis itu? Aku rasa gadis itu belum siap."
"Apa kamu lupa kalau Tuan Takahiro lebih suka dengan yang baru dan yang suka memberontak."
Wilona tersenyum tipis ke arah Exel. "Aku akan melakukan tugasku tapi jangan salahkan aku jika gadis itu tidak bisa memuaskan Tuan Takahiro."
"Apa maksudmu?"
"Gadis itu bisa bela diri meski hanya sedikit tapi tenaganya lumayan kuat. Jika dia melawan Tuan Takahiro resikonya besar, kita terancam tidak akan mendapatkan keuntungan."
"Aku akan mencobanya." Exel berjalan kembali menuju ruangan tempat Lara disekap!
"Coba saja," gumam Wilona.
Lara memang menyukai ilmu bela diri, dia pernah berlatih sebanyak beberapa kali tapi dia tidak terlalu serius dalam berlatih ilmu bela diri karena cita-citanya yang sebenarnya adalah menjadi seorang pengusaha seperti keluarganya.
Satu minggu disekap dalam ruangan tertutup, Lara pernah beberapa kali mencoba kabur dan selalu melawan dan memberontak saat ada siapa pun yang mendekatinya.
Meski beberapa kali mencoba melarikan diri, Lara tidak pernah berhasil karena tempat itu dijaga ketat oleh orang-orangnya Sandress.
"Hai Nona manis. Apa kabar?" ucap Exel saat tiba di ruang penyekapan Lara.
Lara mengalihkan pandangannya ke tempat lain, dia tak ingin melihat wajah Exel.
Exel berjalan menghampiri Lara lalu duduk di sampingnya! Dia meraih dagu Lara dan mengarahkan wajah gadis itu agar menatap wajahnya.
"Lepaskan aku! Brengsek!" seru Lara.
"Gadis manis, ayo kita bersenang-senang." Exel berjalan mendekati pintu lalu mengunci pintu itu tak lupa dia menyimpan kunci pintunya di tempat yang tidak mungkin bisa digapai oleh Lara.
"Kita mulai," ucap Exel sembari melepas bajunya.
"Mau apa kamu? Pergi kamu dari sini."
Exel tersenyum penuh misteri, dia membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Lara!
"Sebelum kamu bekerja memuaskan laki-laki lain, kamu harus latihan dulu dan aku adalah pelatih pertamamu."
Plak!
Plak!
Lara menampar pipi Exel sebanyak beberapa kali.
"Kurangajar kau. Pergi dari sini! Pergi kau!"
Exel mengusap pipinya yang terkena tamparan Lara.
"Kau ... beraninya menampar diriku."
Exel mulai marah karena pipinya terasa panas akibat tamparan dari Lara.
"Ternyata Wilona benar. Kau adalah gadis pembangkang yang sukanya memberontak."
Exel mulai menindih Lara dan ingin mendapatkan sesuatu milik Lara yang sangat berharga.
"Aaa, jangan! Jangan lakukan ini padaku. Aku mau pulang."
Exel tak menghiraukan teriakan Lara, dia terus melakukan apa yang dia inginkan meski saat itu Lara sudah menangis dan memohon untuk dilepaskan.
Lara mengigit leher Exel dengan sangat keras hingga laki-laki itu merasa kesakitan.
"Aaaa, kau ...."
Bugh!
Lara menendang kejantanan Exel sebelum laki-laki itu menyerangnya lagi.
Tanpa berkata apa pun Exel pergi dari kamar itu! Dia berjalan dengan perlahan sembari memegangi kesaktiannya yang terasa sakit akibat ulah Lara.
*******
"Besok kita akan pulang untuk menenangkan diri kamu. Paman harap kamu bisa tegar menerima semua kenyataan ini," ucap Mario sembari mengusap-usap bahu Zara.
"Tapi Paman, aku masih ingin mencari Lara."
"Lara tidak akan bisa ditemukan. Di Manapun dia berada semoga dia selalu bahagia."
Fitri memeluk Zara yang dari tadi terus menangis.
"Zara, kakak yakin kamu pasti bisa melewati semua ini. Kamu harus tahu meski sekarang Lara tidak ada bersama kita tapi dia akan selalu ada di hati kita," ucap Wili.
"Sekarang istirahatlah, Nak. Besok kita harus pulang, Paman sudah menyiapkan segalanya."
Fitri dan Mario meninggalkan Zara di kamarnya, Wili juga pergi karena dirinya harus mengurus urusan pribadinya!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Ci_Osyih Aenta
Aku suka tokoh utama ceweknya bs bela diri... semangat
2023-01-18
0