Hari ini Zara sudah ada di tanah air, mereka baru saja tiba sore itu.
Wili juga ikut pulang karena dirinya harus menghibur Zara agar gadis itu bisa sedikit melupakan beban pikirannya.
"Sayang, kita sudah sampai. Bibi harap mulai hari ini kamu dapat menjalani hidupmu dengan normal, seperti biasanya," ucap Fitri.
Zara tersenyum tipis lalu berlalu begitu saja.
Wili meraih tangan Zara agar dia menghentikan langkahnya. "Masih ada kakakmu ini kan," ucap Wili.
Zara menatap Wili lalu dia tersenyum. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kalian tidak ada bersamaku."
"Zara, kita adalah keluarga jadi jangan takut sendirian karena kami semua akan selalu ada untuk kamu."
"Kak, aku mau istirahat. Apa boleh?"
"Tentu saja. Istirahatlah dan jangan menangis karena kalau kamu menangis kakak akan tahu."
Zara pun melanjutkan langkahnya lagi menuju kamarnya!
*******
Di dalam suatu ruangan, Wilona sedang merias wajah Lara. Dia menyiapkan gadis itu untuk menyambut kedatangan Tuan Takahiro.
"Jika kau terus menangis, bagaimana bedak ini akan menempel di wajahmu?" ucap Wilona.
"Aku ingin pulang, tolonglah aku ingin pulang," ucap Lara dengan nada serak khas orang yang sedang menangis.
"Jangan harap kamu bisa pulang dari sini dan jangan pernah mencoba untuk melarikan diri dari tempat ini atau kalau tidak kamu akan tiada seperti gadis lainnya yang mencoba kabur dari sini."
"Kalian tidak punya hati. Dimana hati nurani kalian sebagai manusia? Kalian memperdagangkan manusia dan juga organ tubuh mereka. Kalian memang kejam." Lara terus menangis meski Wilona berkali-kali menyuruhnya untuk berhenti menangis.
"Diam kau! Tutup mulutmu jika kau ingin tetap hidup." Wilona menjambak rambut Lara hingga gadis itu mendongak menatap langit-langit kamar itu.
"Kalau kau mau, bunuh saja aku daripada aku harus ternoda oleh laki-laki bejat itu. Aku tahu kalian akan menjualku pada laki-laki itu kan."
"Kalau sudah tahu kenapa kau bertanya. Bersiaplah karena mulai hari ini kau akan menjadi ladang uang untuk kami."
Lara tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menangis karena tangan dan kakinya diikat dengan tali.
*******
"Pastikan pengiriman tepat waktu dan ya dimana wanita yang itu?" ucap Endru pada anak buahnya.
"Pengiriman sudah meluncur dan wanita itu juga sudah kami kirim pada dokter Okta," sahut laki-laki itu.
"Bagus, pastikan dokter Okta melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Saya tidak ingin ada kesalahan sedikitpun."
"Selama ini beliau tidak pernah melakukan kesalahan dan beliau juga selalu melakukan pekerjaannya dengan baik dan benar, Anda tidak usah khawatir."
Endru tersenyum lalu segera pergi dari tempat itu!
*******
"Selamat datang Tuan Takahiro," ucap Exel.
Takahiro tersenyum lalu terlihat celaingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu.
"Apa yang Anda cari?" tanya Exel.
"Dimana barang yang kau maksud itu?" Takahiro bertanya balik.
"Dia sudah kami siapkan didalam kamar, Tuan. Oh ya, perlu Anda ketahui gadis ini masih bersih dan dia belum pernah melakukannya dengan siapapun. Kami baru mendapatkannya satu minggu yang lalu jadi dia belum terbiasa pastinya dia akan sedikit memberontak," jelas Exel.
"Tidak masalah, justru saya suka yang seperti itu. Dimana dia sekarang?"
"Mari saya antar Anda ke tempatnya!"
Exel berjalan melewati para gadis yang sudah biasa bekerja di club itu! Beberapa gadis terlihat menggoda Takahiro dan mengajaknya berkencan.
Mereka memang diajarkan untuk lebih agresif pada tamu mereka untuk memberikan kepuasan pada pelanggannya.
"Jangan ganggu Tuan Hiro karena sudah ada yang menemaninya malam ini," ucap Exel pada beberapa gadis yang menggelendoti Hiro.
Meski sudah tidak muda lagi, Hiro masih terlihat tampan dan menarik para wanita yang bekerja di sana.
Cklek!
Exel membuka pintu kamar yang didalamnya terdapat Lara.
"Silahkan masuk Tuan," ucap Exel.
Lara menatap dua laki-laki yang masuk ke dalam ruangan itu dan ketakutan pun mulai menghampiri dirinya.
"Jangan, pergi kalian dari sini! Pergi!" teriak Lara.
Exel tersenyum lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Lara! "Layani tamu mu dengan baik kalau tidak kau akan tahu akibatnya," ucap Exel.
"Selamat bersenang-senang, Tuan." Exel tersenyum lalu pergi meninggalkan mereka berdua didalam kamar itu!
"Jadi kamu barang yang dimaksud oleh mereka. Cantik, kamu begitu menggairahkan," ucap Hiro.
Lara mengalihkan pandangannya, dia tak ingin melihat wajah laki-laki tua yang tak berakhlak itu.
"Kenapa mereka mengikat tangan dan kakimu?" Hiro membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Lara sebelum melakukan apa yang dia ingin lakukan.
"Tuan, tolong saya tolong lepaskan saya dan biarkan saya pergi dari tempat ini," ucap Lara penuh permohonan.
Hiro tersenyum penuh arti, dia membuka jas yang dikenakannya lalu meletakkannya di atas tempat tidur.
"Mari kita lakukan dulu setelah itu saya akan membantumu keluar dari tempat ini atau bila perlu saya akan membayar tubuhmu untuk beberapa bulan lamanya."
"Kurangajar, ternyata dirimu sama saja seperti mereka. Kalian tidak punya hati." Lara mulai berjalan mundur menghindari laki-laki itu!
Hiro tersenyum misterius sambil terus melangkah mendekati Lara!
"Mau pergi kemana kau hah! Tubuhmu ini sudah saya bayar dengan harga mahal!"
"Nggak! Jangan lakukan ini padaku. Pergi kau dari sini!" Lara mulai menyerang Hiro dengan segenap tenaga yang dimilikinya.
"Kau begitu membuat diriku penasaran, gadis manis." Laki-laki yang sudah tidak muda lagi itu terus memaksa Lara meski gadis itu sudah menangis dan memohon untuk dilepaskan.
*******
"Hei kakak sudah bilang kau jangan menangis. Kenapa masih menangis juga?" ucap Wili yang baru membuka pintu kamar Zara dan langsung mendapati gadis itu sedang menangis.
Zara menoleh ke arah pintu kamarnya lalu mengusap air mata yang mengalir di pipinya. "Kakak," ucapnya dengan suara serak.
"Mau pergi bersamaku?"
"Aku malas. Kakak pergi sendiri saja."
Wili berjalan memasuki kamar Zara lalu duduk di samping gadis itu!
"Kakak sudah lama tidak pulang, kakak sedikit lupa dengan tempat-tempat di sini. Kamu yakin gak mau nemenin kakak? Nanti kalau kakak tersasar gimana?"
"Kakak, ini jam berapa? Masa kakak mau pergi keluar?"
"Hanya untuk cari udara segar saja. Entah kenapa rumah ini terasa sumpek."
Zara tersenyum tipis lalu dia beranjak dari duduknya. "Kita pergi tapi perginya ke taman depan rumah saja."
"Kemanapun, asal kamu yang temani kakak." Wili tersenyum lebar melihat Zara tersenyum.
"Tapi ke taman depan rumah masa kakak lupa dan kakak mau nyasar ke mana? Ke pos satpam gitu."
"Tadi kan kakak ngajak nya ke tempat lain bukan ke taman depan rumah."
Mereka berdua pun langsung berjalan menuju taman kecil yang terdapat di halaman rumah mereka!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments