bab 3

Beberapa bulan kemudian.

Zara sudah bisa menjalani hidup normal setelah beberapa lama dia tidak bisa menjalani hidupnya tanpa Lara tapi dia merasa dia harus bangkit dari kesedihannya itu.

Kini Zara melanjutkan kuliahnya di Negara tetangga, Negara yang pernah menghilangkan Lara untuk selamanya.

"Hai Zara, bagaimana kuliah mu hari ini?" tanya Willi.

Zara tersenyum lalu menghampiri Wili yang sedang duduk sambil menonton televisi!

"Setiap hari bertanya seperti itu. Apa tidak ada pertanyaan lain?" ucap Zara.

"Kakak harus tanya apa?"

"Apa saja. Misalnya tentang temanku atau tentang mata kuliahku."

"Kakak tahu kamu pasti sudah punya banyak teman setelah hampir lima bulan berkuliah di Universitas itu dan soal mata kuliah kamu, kakak tahu kamu gadis yang cerdas kamu tidak akan mengalami kesulitan dalam mempelajarinya."

"Kakak, secerdas apa pun pasti mengalami kesulitan."

"Hey Zara, apa kau memiliki kekasih?"

Zara menatap Wili dengan mata yang tak berkedip. "Pertanyaan apa ini?"

"Ya pertanyaan untuk dirimu. Tadi katanya kau ingin kakakmu ini bertanya yang lain."

"Iya, tapi bukan pertanyaan seperti itu. Mana mungkin aku memiliki kekasih sedangkan aku belum mengenal laki-laki di sini."

"Zara, kenapa sekarang kau suka dengan bela diri? Bukannya biasanya kamu sukanya nari."

"Aku mau meneruskan kesukaan Lara, selama ini dia suka banget dengan ilmu bela diri bahkan saking sukanya dia sering berlatih diam-diam tanpa sepengetahuan Paman dan juga Bibi."

"Memangnya Mama dan Papa melarang Lara untuk berlatih bela diri?"

"Sebenarnya tidak, hanya saja Lara takut mereka tidak mengizinkannya berlatih karena mereka inginnya Lara menjadi pengusaha seperti mereka dan juga kedua orang tua kami."

"Lalu apa kau akan meninggalkan semua hobi mu dan menggantikannya dengan apa yang Lara sukai?"

"Tidak kak, aku akan tetap menjadi diriku sendiri hanya saja sekarang aku akan membagi waktuku untuk mewujudkan cita-cita Lara. Dia ingin menjadi seseorang yang kuat maka aku akan berlatih bela diri sampai aku bisa seperti yang Lara inginkan, Lara pernah bilang katanya wanita yang pandai bela diri tidak harus bergantung pada orang lain karena dia bisa menjaga dirinya sendiri." Zara mulai meneteskan air matanya karena mengingat tentang Lara.

"Jangan menangis Zara, kakak yakin Lara akan bahagia jika kau bahagia."

"Aku tidak akan menangis lagi, aku janji."

*******

Lara menangis di atas tempat tidurnya, dia merasa sudah tidak kuat lagi tinggal di tempat yang dia rasa bagaikan neraka itu.

"Aku ingin pergi dari sini. Aku ingin keluar dari kubangan dosa ini," lirih Lara.

"Manis, kau jangan menangis kau tahu? Diriku juga ingin sekali pergi dari tempat ini tapi kau tahu, kita tidak bisa keluar dari tempat ini dengan mudah," ucap Medina.

Medina adalah seorang gadis yang telah ditipu oleh Wilona. Dia ditawari pekerjaan dengan iming-iming gaji yang besar namun ternyata dirinya dijadikan sebagai pe****r yang kerjanya memuaskan para laki-laki hidung belang pelanggan club malam milik Sandress.

Selama Medina dipekerjakan di sana, dia tidak pernah diizinkan keluar dari tempat itu dan tak pernah menerima gaji sepeserpun semua kebutuhannya sudah disediakan oleh Wilona sehingga dia tidak pernah kekurangan sesuatu apapun hanya saja dia tidak pernah memegang uang dan juga ponsel.

Mereka yang ada di tempat itu tidak pernah menghubungi keluarganya karena memang Wilona tidak pernah memberi mereka ponsel dan tak mengizinkan mereka keluar dari tempat tahanannya.

"Jangan panggil aku dengan sebutan nama itu, namaku Elara panggil saja aku Lara."

"Mereka akan menghukum diriku jika memanggilmu dengan nama aslimu."

Semua gadis yang sudah masuk dalam kelompok itu akan diganti namanya dan dihilangkan Identitas aslinya oleh mereka untuk menghindari kecurigaan polisi.

"Kita harus bertahan, Manis. Diriku yakin suatu saat akan ada orang yang menyelamatkan kita dan membebaskan kita dari tempat ini."

"Diriku tidak yakin bisa bertahan di sini sampai berapa lama lagi. Aku mulai lemah dan sering merasa sakit di perutku saat sedang bersama laki-laki itu."

"Katakan hal itu pada Exel atau Wilona, mereka akan memeriksakan dirimu pada dokter," ucap Medina.

"Tidak, jangan Manis. Mereka akan menjual organ tubuhmu pada orang lain dengan harga mahal," ucap Vera.

"Apa maksudmu?"

Medina dan Lara menatap Vera dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Tanpa sengaja aku mendengar percakapan antara Exel dan Endru, mereka menjual organ tubuh kita yang sudah tak menghasilkan uang lagi untuk mereka. Karena itulah teman-teman kita yang dibawa ke dokter tidak pernah kembali ke sini lagi," jelas Vera.

"Apa? Aku sangat takut berada di sini. Tolong keluarkan aku dari sini," ucap Lara.

"Vera, kamu jangan asal bicara saja sebelum membuktikan itu semua. Bukankah selama ini kita sudah menjadi kadang uang bagi mereka, mana mungkin mereka melakukannya itu pada kita," ucap Medina.

"Itu benar, semua yang aku katakan ini adalah benar. Mereka itu bukan manusia, mereka adalah iblis yang berwujud manusia. Setelah kita tidak bisa menghasilkan uang dan hanya akan menjadi beban untuk mereka. Mereka memilih untuk menjual organ tubuh kita dan setelah itu kita akan dibiarkan begitu saja sampai kita mati. Coba kau ingat-ingat ada berapa orang yang dibawa ke dokter tapi satupun diantara mereka tidak ada yang kembali lagi ke tempat ini," jelas Vera.

Medina terdiam, yang dikatakan oleh Lara itu memang benar.

"Kau ingat pada teman kita yang ditemukan dalam keadaan mati di dalam got saluran air? Mereka membuangnya dipinggir jalan dan membiarkannya mati," ucap Vera lagi.

Medina dan Vera memang sudah cukup lama di tempat itu, karena tidak mungkin bisa lepas dari komplotan iblis itu mereka memilih menuruti semua kemauan mereka meski didalam hatinya merasa sakit karena melakukan hal itu dengan terpaksa.

"Manis, kau harus bertahan disini agar kau selamat. Jangan katakan pada mereka tentang keluhan mu, diriku tidak ingin salah satu diantara kita celaka," ucap Vera pada Lara.

"Kau tahu dimana tempat dokter itu?" tanya Lara.

"Untuk apa?"

"Aku menulis semua yang aku ketahui didalam buku ini. Jika nanti aku keluar dari sini, aku akan melapor pada polisi."

"Tempatnya ada di kota xxx. Jangan berharap terlalu banyak, karena diriku tidak ingin kau kecewa nanti."

"Aku akan mencatat nama mereka di sini dan nama kalian juga. Aku berharap suatu saat nanti akan ada orang yang menghancurkan tempat ini dan menghabisi Sandress."

Vera dan Media tersenyum tipis lalu mereka memeluk Lara!

*******

"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan selama itu bisa membuat kamu bahagia, jika perlu kakak akan mengenalkan dirimu pada teman kakak," ucap Wili.

"Teman kakak? Untuk apa?"

"Namanya Abra, dia pandai sekali bela diri. Kau bisa mempelajari semua ilmu bela diri darinya."

"Benarkah?"

"Ya, bila perlu kau masuk dalam sekolah bela diri miliknya."

"Dia memiliki sekolah bela diri?"

"Ya. Jika kau bersedia kakak akan mengenalkannya padamu."

"Aku mau kak."

Semenjak Lara hilang, entah kenapa Zara menjadi ingin menguasai ilmu bela diri. Dirinya merasa seperti ada yang mendorongnya untuk mempelajari ilmu bela diri itu dan dirinya merasa kalau suatu saat nanti dirinya akan membutuhkannya.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!