bab 4

Suatu hari, Lara sedang bersama dengan laki-laki yang biasa bersamanya.

Mereka memulai permainan panasnya tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu. Saat itu Lara memang sudah merasa sakit yang amat sangat pada bagian perutnya tapi dia tidak berani mengatakannya pada Exel ataupun Wilona karena dirinya takut apa yang dikatakan oleh Vera itu terjadi padanya.

Setelah melakukan setengah permainan, Lara tak bisa lagi memuaskan laki-laki itu karena dirinya sudah tak bisa menahan rasa sakitnya.

"Kenapa kau tidak merespon diriku?" ucap Hiro sembari menjambak rambut Lara dengan keras.

Hiro lah laki-laki yang menjadi pelanggan Lara selama ini, laki-laki tua itu menyukai Lara dan caranya bermain di atas ranjang. Baginya Lara adalah gadis yang berbeda dari gadis lain yang pernah bersamanya.

"Aaa," lirih Lara.

"Cepat layani diriku dan buat diriku puas denganmu."

"Tuan, perutku sakit," lirih Lara.

"Alasan." Hiro membanting tubuh Lara ke tempat tidur hingga tubuh gadis itu terhempas.

"Aaah, ampun Tuan."

"Akan aku laporkan ini pada Wilona. Kau telah membuatku kecewa." Hiro keluar dari kamar itu dan meninggalkan Lara yang sedang kesakitan!

Perlahan Lara memunguti pakaiannya lalu memakainya lagi. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, dia berjalan menuju suatu ruangan tempat dirinya beristirahat dengan teman-temannya!

"Exel! Wilona!" teriak Hiro.

Exel yang sedang menyambut tamu lain langsung meninggalkan tamunya dan menghampiri Hiro!

"Ada apa Tuan?" tanya Exel.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Wilona.

"Aku kecewa dengan Manis Ku. Dia tidak dapat melayani ku karena sedang sakit. Kenapa kalian tidak memeriksa kesehatan dia sebelum aku datang?"

"Maaf Tuan tapi sebelumnya kami sudah memastikan dia tidak kenapa-kenapa."

"Lalu ini apa? Manis tidak bisa melayani diriku."

"Sebentar ya Tuan, akan saya periksa keadaannya terlebih dahulu," ucap Wilona.

"Aku tidak mau membayarnya malam ini." Hiro berjalan menuju pintu keluar club itu!

"Tuan Tunggu sebentar," ucap Exel.

Exel menatap Wilona mengisyaratkan agar wanita itu segera memeriksa Lara.

Wilona langsung bergegas untuk menemui Lara sedangkan Exel berjalan dengan langkah cepat menghampiri Hiro yang kini sudah keluar dari tempat itu!

"Tuan, kami minta maaf. Kejadian ini tidak akan kami ulangi lagi," ucap Exel pada Hiro.

"Aku tidak akan datang ke sini lagi sebelum kalian memberikan aku gadis yang baru."

"Tuan! Tuan!"

Hiro tak menghiraukan Exel, dia terus berjalan menuju mobilnya dan segera meninggalkan tempat itu.

Di kamar khusus para wanita penghibur beristirahat. Lara meringkuk di atas sofa sambil memegangi perutnya, wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya lemah tak berdaya.

"Kau! Kenapa kau menghilangkan uang yang begitu banyak?" ucap Wilona saat tiba di tempat itu.

"Nona, dia sedang sakit. Tolong kasihanilah dia," ucap Medina kepada Wilona.

"Tutup mulutmu aku tidak sedang berbicara denganmu," tegas Wilona pada Medina.

"Manis! Aku tidak akan mengampuni dirimu. Bisa-bisanya kau merugikan kami."

"Dimana gadis itu?" tanya Exel yang baru tiba di tempat itu.

"Lihatlah, dia sedang bersenang-senang dan bersantai."

"Tuan, Nona tolonglah. Manis sedang sakit lihat saja wajahnya terlihat pucat sekali meskipun dia mengenakan make_up yang tebal," jelas Medina.

Lara hanya diam, dia tidak memiliki tenaga yang cukup untuk berbicara kepada mereka. Dia masih bisa mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan tapi dirinya tidak bisa menyahut karena sakit yang dia rasakan.

Exel mendekati Lara lalu berjongkok didepan gadis malang itu. Laki-laki tak punya hati itu meneliti tubuh Lara dan melihat wajahnya dengan seksama.

"Dia memang sedang sakit. Hubungi Bos atau dokter Okta," ucap Exel pada Wilona.

Mendengar kata Bos dan dokter Okta, membuat Lara teringat dengan semua kata-kata temannya. Rasa takut mulai mendera hatinya namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena ketidak adaannya tenaga.

"Jika aku harus mati di sini aku berjanji akan membalaskan dendam ku pada kalian dikehidupan yang lainnya," ucap Lara menghibur hatinya yang sedang merasa ketakutan.

"Hey kau! Bawa temanmu ini ke dalam mobil," ucap Exel pada Medina.

"Zara aku kesakitan, Zara tolong aku. Zara!" ucap Lara didalam hatinya lagi.

Lara hanya bisa pasrah dengan apa yang akan mereka lakukan padanya saat itu.

*******

"Aaaaa!" Zara berteriak dan terbangun dari tidurnya.

Saat itu, Zara sudah tidur pulas karena menang hari sudah larut malam. Dia mengalami mimpi yang buruk dan juga aneh.

"Awh, kenapa perut aku tiba-tiba terasa sakit," lirih Zara.

Tiba-tiba Zara menangis karena dalam mimpinya, Lara sedang kesakitan dan sedang tersiksa.

"Zara, ada apa?" tanya Wili yang hanya menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

Mendengar teriakan Zara, Wili yang masih terjaga itu langsung berjalan cepat menuju kamar Zara! Karena khawatir terjadi sesuatu padanya.

"Kakak," lirih Zara sambil menatap Wili.

Wili segera masuk ke dalam kamar Zara lalu memeluknya saat melihat ternyata adiknya itu sedang menangis.

"Kau kenapa, kenapa menangis?"

"Aku bermimpi tapi rasanya mimpi itu sangatlah nyata. Itu seperti benar-benar terjadi didalam kehidupan nyata."

"Memangnya kau mimpi apa?"

"Lara ... dia sedang kesakitan dan dia berteriak meminta tolong padaku. Ada yang menyiksa dia, aku melihat ada banyak luka di tubuhnya." Zara terus menangis meski Wili berusaha meredakan tangisnya.

"Itu hanya mimpi buruk, lain kali kalau mau tidur baca doa dulu. Jangan terus memikirkan Lara karena dia sudah bahagia bersama Tuhan di atas sana."

Zara hanya diam sambil terus meneteskan air matanya.

"Entah kenapa sampai saat ini aku merasa bahwa Lara masih hidup, dia masih ada di dunia ini," ucap Zara didalam hatinya.

Wili terus mengelus rambut panjang milik Lara berharap gadis itu akan tenang setelah mendapat perhatian lebih darinya.

"Zara, kau mau makan?" tanya Wili sambil terus menggerakkan tangannya.

Zara menggelengkan kepalanya pelan dan membaringkan tubuhnya lagi di atas tempat tidurnya.

"Aku mau tidur saja," ucapnya.

"Kamu yakin? Tidak akan menangis lagi?"

"Tidak, aku janji. Besok aku harus kuliah kan."

Wili tersenyum lalu mengusap pucuk kepala Zara. "Tidurlah dengan nyenyak. Jangan lupa baca doa dulu agar kau tidak mimpi buruk lagi."

Zara tersenyum tipis lalu mulai memejamkan matanya.

Wili langsung keluar dari kamar Zara karena tidak mungkin dirinya tetap berada di sana!

Zara kembali membuka matanya dan duduk lagi di atas tempat tidurnya setelah memastikan bahwa Wili sudah keluar dari kamarnya.

"Lara, kenapa aku masih merasa yakin sekali bahwa dirimu masih hidup. Aku harus mencari dirimu kemana?" gumam Zara.

Zara tak lagi bisa tidur karena dia terus teringat pada Lara, dia yakin sekali bahwa saudara kembarnya itu masih hidup.

"Aku akan menemukan dirimu dimana pun kau berada. Aku janji aku akan mencari dirimu Lara," ucap Zara didalam hatinya.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!