bab 5

Saat itu sekitar pukul dua puluh dua malam, di tempat penyekapan para gadis yang mereka pekerjakan di club itu.

"Bawa dia ke dalam mobil!" titah Exel pada dua orang bodyguard yang selalu bersamanya.

Dua orang itu pun langsung menghampiri Lara yang sedang meringkuk di atas tempat tidurnya!

"Kalian akan membawanya kemana?" tanya Medina.

"Kami akan membawanya ke dokter dan mengobati sakitnya," ucap Wilona.

"Tidak! Jangan bawa dia, kami tahu kalian akan membuangnya kan? Setelah kalian menjual organ tubuhnya," ucap Vera.

Exel tersenyum lalu mendekati Vera. "Jika kau tak ingin bernasib sama dengan mereka maka kau harus menuruti semua permintaan kami, jadilah wanita penghibur yang baik dan menghasilkan banyak uang untuk kami dan jaga kesehatanmu agar kau tidak terserang penyakit jika kau sakiti kau sudah tahu apa yang akan kami lakukan padamu," ucap Exel.

"Jangan bawa dia, aku mohon," ucap Medina dengan penuh permohonan.

"Untuk apa dia disini, dia hanya akan menjadi beban untuk kalian dan juga kami," ucap Wilona.

"Cepat bawa gadis itu!" titah Exel.

Dua bodyguard itu pun langsung membawa Lara ke dalam mobil untuk selanjutnya dibawa ke tempat dokter Okta!

Lara yang sudah lemah tak berdaya itu, masih bisa mendengar perkataan mereka pada teman-temannya. Saat mereka lengah dia langsung memasukkan buku catatannya kedalam ****** ******** agar mereka tidak melihat dan menemukan buku kecil yang berisi informasi tentang Sandress dan kawanannya itu.

Informasi tentang mereka yang dia ketahui dari teman-temannya dan juga hasil penyelidikannya. Selama dia di sana diam-diam Lara mencari tahu tentang mereka, siapa mereka, apa saja pekerjaan mereka dan bagaimana cara mereka bekerja. Beberapa bulan tinggal di sana Lara sudah lumayan banyak mengetahui tentang mereka hanya saja dia tidak tahu bagaimana rupa wajah dari bos mereka yang mereka selalu menyebutnya dengan nama Bos Sandress itu.

"Tolong jangan bawa dia, kami mohon." Vera dan Medina memohon pada mereka sambil terus memegangi tangan Lara yang terasa dingin itu.

"Aku akan baik-baik saja, kalian berdua jangan khawatir," lirih Lara.

Dua bodyguard itu menggotong Lara dan membawanya masuk ke dalam mobil!

"Lara, Lara," lirih Medina.

Medina dan Vera menatap kepergian mereka dari tempat itu dengan tatapan yang berurai air mata.

Dua gadis itu saling berpelukan, mereka tidak siap untuk kehilangan Lara tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima semua yang mereka lakukan.

*******

Tanpa sepengetahuan Wili, Zara sering keluar malam untuk mencari Lara, tidak hanya malam saja siang hari setelah dirinya selesai dengan semua urusannya dia juga mencari saudara kembarnya itu.

Saat ini Zara sedang berada di sebuah jalanan yang tak pernah dia lewati sebelumnya. Dengan motornya dia terus melaju melewati sepinya jalan itu!

"Dimana kamu Lara? Aku yakin kamu masih hidup dan aku yakin kita akan bertemu lagi," ucap Zara sembari terus memperhatikan sisi kanan dan kirinya.

Zara menepikan motornya didepan sebuah warung kecil untuk membeli minuman, setelah mengemudi cukup lama tenggorokannya terasa kering dan akhirnya dia berhenti untuk membeli minum.

Setelah membeli minuman itu, Zara langsung menenggak minumannya dan berhenti sejenak karena dirinya juga merasa kelelahan.

"Aku sudah mulai lelah, Lara. Dimana kamu berada?" gumam Zara.

Zara langsung melanjutkan perjalanannya lagi karena dirinya tak ingin membuang waktu lama-lama!

*******

Di dalam mobil itu, Lara dibiarkan sendirian di bangku belakang sementara Endru duduk di bangku depan bersama sopirnya.

Endru lah yang bertugas untuk mengantarkan semua gadis ke tempat dokter Okta, Exel dan Wilona hanya bertugas sebagai pemberi informasi dan pengawas para gadis di tempat penuh kegelapan itu.

Lara sudah mengumpulkan tenaganya untuk melarikan diri dari mereka, dia juga sudah memikirkan cara bagaimana mereka membuka pintu mobilnya agar dirinya bisa kabur.

"Tuan," lirih Lara.

Endru menatap Lara yang tak berdaya.

"Ada apa kau memanggilku?" tanyanya.

"Aku ingin buang air kecil."

"Tidak ada toilet di sini."

Lara terdiam sambil memikirkan cara agar mereka menghentikan mobilnya.

"Di balik semak-semak itu saja. Jangan sampai kau mengotori mobilku ini," ucap Endru datar.

Lara segera turun dari mobil itu tapi dia tidak menuju semak-semak yang ditunjuk oleh Endru, Lara berjalan kebelakang mobil dan mulai berlari menjauh dari mobil itu!

"Tuan, dia melarikan diri," ucap sopir itu.

"Sial." Endru segera keluar dari mobilnya lalu mengejar Lara.

"Hey berhenti!" teriak Endru.

Lara tak menghiraukan Endru, dia terus berlari dengan sisa tenaganya yang masih ada!

Karena Lara sudah lemah akhirnya Endru dapat mengejarnya dan menghentikan langkahnya.

"Lepaskan aku, aku tidak mau ikut dengan kalian," ucap Lara.

"Jangan harap kau bisa lari dari kami."

Lara menarik tangannya dengan sekuat tenaganya agar bisa terlepas dari genggaman laki-laki itu!

Lara berhasil melepaskan diri dari cengkraman Endru namun karena terlalu keras menarik tangannya, dirinya terjatuh dan berguling-guling di atas aspal!

Endru ingin mengejar Lara tapi ada sebuah motor yang akan lewat ke sana, akhirnya Endru berlari ke dalam mobilnya dan meninggalkan Lara begitu saja!

Dari kejauhan, sebuah motor melaju kencang ke arah jalanan itu.

"Ya Tuhan, semoga dialah malaikat penolongku," ucap Lara didalam hatinya.

Motor itu menepi dan orang yang mengendarai motor itu turun dari motornya lalu menghampiri Lara.

"Nona, apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi denganmu?" ucap Zara sembari membalikkan tubuh Lara yang menyamping membelakanginya!

"Lara!" Zara begitu terkejut saat tahu ternyata orang itu adalah Lara~saudara kembarnya.

"Zara, sedang apa kau di sini? Pergilah Zara, pergi dari kota ini. Di sini tidak aman untukmu," lirih Lara.

"Lara apa yang terjadi padamu? Aku mencari dirimu sejak dulu, kau dari mana dan kenapa kau seperti ini?" Zara menggenggam tangan Lara dengan sangat erat dan menjadikan pahanya sebagai penopang kepala Lara.

"Zara, aku diculik oleh komplotan mafia dan dijadikan wanita penghibur mereka juga akan menjual organ tubuhku karena aku sudah tidak bisa menghasilkan uang lagi untuk mereka. Pergilah dari sini jangan pernah kau datang kota ini lagi. Aku tidak ingin kau bernasib sama denganku."

Zara mengambil buku hariannya lalu memberikannya pada Zara.

"Ambillah ini dan laporkan pada polisi setelah itu pulanglah ke negara kita," ucap Lara.

Zara mengambil buku kecil itu lalu memadukannya ke dalam saku jaketnya.

"Diamlah, aku akan membawamu ke rumah sakit. Kau akan selamat, kita akan bersama-sama membalas dendam pada ."

"Aku tidak kuat lagi Zara, tinggalkan saja aku di sini."

"Tidak, itu tidak mungkin."

"Aku menyayangimu Zara, katakan pada kak Wili dan Paman juga Bibi kalau aku sangat menyayangi mereka dan sampaikan maaf ku juga." Lara menutup matanya dan bersamaan dengan itu genggaman tangannya terlepas begitu saja dari tangan Zara.

Elara Sandriana menghembuskan nafas terakhirnya dalam pangkuan saudara kembarnya.

"Lara, Lara." Zara menggoyangkan kepala Lara namun gadis itu sudah tak merespon karena nyawanya sudah terlepas dari raganya.

"Lara!" Zara berteriak sambil memeluk Lara dengan erat, air matanya keluar dengan begitu derasnya.

Dirinya tak menyangka setelah berhasil menemukan Lara ternyata saudara kembarnya itu langsung pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Flashback On.

Di sebuah rumah tercipta kebahagiaan yang tak terkira. Meski Elzara dan Elara sudah tak memiliki orang tua tapi mereka tak pernah kekurangan kasih sayang.

Semua kasih sayang orang tua mereka dapatkan dari Fitri dan Mario ~ Paman dan Bibi mereka yang merawat mereka setelah orang tua mereka meninggal karena penyakit yang dideritanya.

"Selamat pagi Paman, selamat pagi Bibi," ucap Zara dan Lara.

Mereka mencium Fitri lalu memeluk Mario. Setiap hari setelah bangun tidur dan sebelum berangkat ke sekolah, Zara dan Lara selalu melakukan itu pada Paman dan Bibinya.

"Pagi Sayang," ucap Fitri.

Mario menarik kursi makan untuk Zara dan Lara duduk! "Duduklah, Nak," ucap Mario dengan senyuman terbaiknya.

"Terimakasih Paman." Lara dan Zara segera duduk dan langsung melahap makanan yang sudah disiapkan oleh, Fitri.

"Bagaimana sekolah kalian?" tanya Mario.

"Baik-baik saja, Paman. Seperti biasa Zara selalu mendapatkan nilai terbaik dan aku diperingkat kedua setelahnya," ucap Lara.

"Sebentar lagi acara kelulusan kalian. Kalian mau lanjut kuliah dimana?" tanya Fitri.

"Terserah, Paman dan Bibi saja. Dimana yang menurut kalian bagus," ucap Lara.

"Paman, jangan yang mahal-mahal. Kami gak mau selalu merepotkan kalian," ucap Zara.

"Tidak, Nak. Harta peninggalan orang tua kalian masih banyak jadi kalian tidak usah khawatir."

"Paman, Bibi maafkan aku ya kalau aku sering membuat kalian kerepotan," ucap Lara.

Entah kenapa Lara ingin meminta maaf pada Paman dan Bibinya padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Eh kenapa kamu jadi sedih gini, sayang? Udah ah jangan ngobrol terus, cepat sarapannya dan pergilah ke sekolah," ucap Fitri.

"Bi, aku kangen sama kak Willi," Tiba-tiba Lara teringat dengan anaknya Mario dan Fitri yang sedang menempuh pendidikan S2 di luar negeri.

Fitri dan Mario memang memiliki seorang anak laki-laki bernama William Marfi yang kini sedang berkuliah di luar negeri.

Karena Zara dan Lara tinggal bersama mereka sejak dari usia dua gadis itu tujuh tahun, mereka menjadi sangat dekat. Zara dan Lara sangat menyayangi Willi dan begitu juga dengan Willi yang sangat menyayangi mereka seperti adik kandungnya sendiri.

"Kami juga kangen. Kalau gitu setelah kelulusan kalian, kita semua ke sana untuk menemui Willi," ucap Mario.

Zara dan Lara tersenyum bahagia. Sudah lama mereka tidak bertemu dengan laki-laki yang biasa mereka panggil kakak itu.

"Terimakasih, Paman, Bibi aku gak sabar ingin bertemu dengan kakak."

Setelah selesai sarapan. Zara dan Lara pun berangkat ke sekolah dan Mario pergi bekerja.

Kini di rumah itu hanya ada Fitri dengan hanya ditemani oleh beberapa asisten rumah tangganya.

*******

Di sekolah.

Dua gadis kembar itu selalu bersama dan selalu bahagia. Mereka tidak punya musuh, tidak ada yang mereka benci dan tidak ada yang membenci mereka. Semua berjalan baik-baik saja.

"Pagi kalian berdua," ucap salah satu teman mereka.

Zara dan Lara tersenyum manis tapi tak menghentikan langkahnya. Mereka terus berjalan menuju kelasnya!

"Za, ada yang mandangin tuh," ucap Lara sambil mencolek lengan Zara.

"Apa sih. Siapa yang mandangin aku?"

"Itu, fans berat kamu."

"Ah kamu biasa aja juga."

"Hai Za, hai Ra selamat pagi," ucap teman perempuan mereka.

"Pagi Lin." Zara membalas sapaan dari Linda ~ temannya.

"Mau langsung masuk kelas atau ke kantin dulu?" tanya Linda.

"Kita mau langsung ke kelas aja, ada sesuatu yang harus dikerjakan," sahut Lara.

"Oke, kalau gitu kalian duluan saja. Aku mau sarapan dulu di kantin."

Gadis itu pun langsung pergi meninggalkan Lara dan Zara yang sedang berdiri di depannya!

"Ra, gak lama lagi kita lulus. Kamu mau kuliah dimana?" tanya Zara.

"Dimana aja gak akan jadi masalah buat aku. Yang jadi maslah buat aku tuh kalau aku gak sama kamu."

"Aku serius, Lara."

"Aku juga serius, Zara. Di Dunia ini aku cuma punya kamu jadi aku gak mau jauh dari kamu."

Dua gadis kembar itu pun langsung memasuki ruang kelasnya lalu duduk di bangku mereka masing-masing.

Tak lama teman-teman mereka memasuki ruang kelas itu dan seorang guru pun masuk kedalamnya dan pelajaran hari ini pun segera dimulai.

*******

Di tempat yang jauh dari kota tempat Zara dan Lara tinggal.

Sekelompok orang sedang melakukan pekerjaan mereka.

"Pastikan pengiriman tidak terlambat dan pastikan semuanya aman," ucap seseorang pada orang-orangnya.

"Siap Bos Muda. Semua sudah diperiksa keamanannya dan juga sudah siap untuk dikirim lewat jalur laut," sahut seorang laki-laki bernama Exel itu.

Sandress tersenyum namun tak menampakkan deretan giginya yang rapi.

"Bagus, saya tidak ingin ada kesalahan sedikitpun."

Richard Sandress laki-laki berusia dua puluh lima tahun yang biasa dikenal dengan nama Sandress di dunia gelapnya adalah seorangpun bos mafia di kota tersebut. Semenjak Ayahnya meninggal dialah yang meneruskan semua perusahaan ilegal milik Ayahnya, Sandress sudah tidak memiliki Ibu sejak dia masih remaja, Ibunya meninggal saat terjadinya baku tembak antara dua kelompok mafia yang memperebutkan kekuasaan di wilayahnya.

Sandress memiliki tiga orang kaki tangannya yang selalu membantunya melancarkan rencananya dalam menjalankan bisnis ilegalnya.

Endru, Exel dan Willona adalah tiga orang kepercayaannya yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan juga tugas yang berbeda.

Endru adalah orang yang selalu mengatur pengiriman obat-obatan terlarang yang mereka produksi dan mereka jual kepada orang lain.

Exel bertugas sebagai pengurus klub malam yang menyediakan para gadis untuk disewa oleh para penikmatnya. Exel juga bertanggungjawab atas semua gadis yang mereka pekerjakan dengan paksa ditempat itu. Exel terbilang cukup sadis pada para wanita di sana dia tidak segan memukul mereka bahkan dia berani membunuh siapapun yang tidak menuruti perintahnya.

Willona. Dia seorang perempuan, tugasnya adalah mencari mangsa untuk mereka culik untuk selanjutnya dipekerjakan sebagai wanita penghibur di klub nya.

Selain itu juga, Willona mencari mangsa dengan mengajak mereka bekerja tak jarang Willona mengiming-imingi gaji besar pada para gadis agar mereka mau bekerja dengannya namun setelah mereka mau bekerja dengannya bukan gaji yang besar yang mereka terima namun penyiksaan dan pemaksaan untuk melayani laki-laki yang bersedia membayar tubuh mereka yang mereka terima.

Saat ini, Endru sedang berada di pesisir pantai yang tak pernah disinggahi manusia terkecuali dirinya dan komplotannya.

Untuk menghindari pihak yang berwajib, mereka melakukan pengiriman obat-obatan terlarang lewat jalur laut dan dengan kapal khusus yang mereka miliki untuk melakukan pengiriman barang itu.

"Bos, kami berangkat dulu dan kami akan tiba di tempat tujuan lima jam mendatang," jelas Endru.

"Lakukan tugas kalian dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan." Sandress langsung pergi meninggalkan tempat itu sebelum keberadaannya mencurigakan polisi.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!