NovelToon NovelToon

Elzara (Gadis Pemburu Mafia)

bab 1

Satu minggu setelah menghilangnya Elara Sandriana, Zara terus menangis setelah polisi menyatakan bahwa Lara hilang dan tidak bisa ditemukan.

Mario dan Fitri memang sudah melaporkan hilangnya Elara pada pihak kepolisian di sana dan para polisi itu juga sudah berusaha mencari Lara namun gadis berusia delapan belas tahun itu tidak juga ditemukan.

Setelah satu minggu melakukan pencarian, akhirnya pihak kepolisian menyatakan bahwa Lara hilang dan mereka menutup kasus hilangnya Lara

Elara hilang tanpa jejak, menurut polisi yang bertugas mencarinya kemungkinan besar Lara dimakan hewan buas karena itulah jasadnya tidak bisa ditemukan.

Zara terus mengurung diri didalam rumah, dia juga menjadi jarang berbicara.

"Zara, sudahlah jangan menangis terus. Kakak tahu ini berat untuk kamu tapi kamu juga harus tahu ini juga berat buat kakak dan juga semua orang yang sayang padanya," ucap Wili.

"Kak, pernyataan polisi itu sangatlah tidak masuk akal. Mana mungkin ada hewan buas ditengah perkotaan yang ramai."

"Zara, polisi sudah melakukan yang terbaik dalam mencari Lara. Tidak mungkin mereka lalai dalam tugas mereka."

"Tapi aku merasa kalau Lara masih hidup, dia masih ada di dunia ini."

"Zara, kita doakan saja semoga Lara baik-baik saja dimana pun dia berada. Jika dia masih hidup kita doakan semoga dia selalu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja jika dia memang sudah tiada kita harus ikhlas, doakan dia agar dia ditempatkan di tempat yang terbaik disisinya," ucap Fitri.

"Bibi, aku merasa ini seperti mimpi. Aku tidak mungkin kehilangan Lara secepat ini."

"Zara, kamu jangan sedih. Kamu masih muda perjalanan hidup kamu masih panjang, lupakan yang telah terjadi dan mulai jalani hidup kamu yang baru dengan tanpa Lara bersama kamu. Kakak akan selalu ada untuk kamu, percayalah suatu saat jika Lara masih hidup kita pasti akan bertemu lagi dengannya," jelas Wili.

*******

Di tempat lain.

"Bos, sudah satu minggu gadis ini di sini tapi sampai sekarang dia belum bisa dipasarkan karena terus memberontak," ucap Exel pada Sandress.

"Berikan dia pada Tuan Takahiro. Dia sangat menyukai gadis yang penuh tantangan," ucap Sandress.

"Baik, Willona akan mengurus semuanya."

"Lakukan tugas kalian dengan tanpa kesalahan sedikit pun, saya tidak mau polisi mengendus usaha kita."

"Beres Bos."

Setelah berbicara pada Bosnya, Exel langsung pergi ke tempatnya dan Sandress pun langsung pergi meninggalkan tempat itu!

Tiba di suatu ruangan, Exel melihat Willona yang sedang menyiapkan para gadis yang akan dipekerjakan nya malam nanti.

"Aku mau bicara," ucap Exel pada Wilona.

Wilona yang sedang sibuk mendandani mereka, menoleh ke arah Exel lalu mengangguk pelan.

"Tunggu sebentar," ucapnya.

Exel kembali berjalan menuju ruangan yang lain! Ruangan dimana tidak ada satu orangpun terkecuali dirinya.

Tak lama, Wilona datang. Dia berjalan menghampiri Exel yang sedang duduk di kursi!

"Ada apa?" tanya Wilona.

"Hubungi Tuan Takahiro dan katakan padanya ada barang baru dan yang pastinya akan membuat dirinya puas," jelas Exel.

"Barang baru? Gadis itu? Aku rasa gadis itu belum siap."

"Apa kamu lupa kalau Tuan Takahiro lebih suka dengan yang baru dan yang suka memberontak."

Wilona tersenyum tipis ke arah Exel. "Aku akan melakukan tugasku tapi jangan salahkan aku jika gadis itu tidak bisa memuaskan Tuan Takahiro."

"Apa maksudmu?"

"Gadis itu bisa bela diri meski hanya sedikit tapi tenaganya lumayan kuat. Jika dia melawan Tuan Takahiro resikonya besar, kita terancam tidak akan mendapatkan keuntungan."

"Aku akan mencobanya." Exel berjalan kembali menuju ruangan tempat Lara disekap!

"Coba saja," gumam Wilona.

Lara memang menyukai ilmu bela diri, dia pernah berlatih sebanyak beberapa kali tapi dia tidak terlalu serius dalam berlatih ilmu bela diri karena cita-citanya yang sebenarnya adalah menjadi seorang pengusaha seperti keluarganya.

Satu minggu disekap dalam ruangan tertutup, Lara pernah beberapa kali mencoba kabur dan selalu melawan dan memberontak saat ada siapa pun yang mendekatinya.

Meski beberapa kali mencoba melarikan diri, Lara tidak pernah berhasil karena tempat itu dijaga ketat oleh orang-orangnya Sandress.

"Hai Nona manis. Apa kabar?" ucap Exel saat tiba di ruang penyekapan Lara.

Lara mengalihkan pandangannya ke tempat lain, dia tak ingin melihat wajah Exel.

Exel berjalan menghampiri Lara lalu duduk di sampingnya! Dia meraih dagu Lara dan mengarahkan wajah gadis itu agar menatap wajahnya.

"Lepaskan aku! Brengsek!" seru Lara.

"Gadis manis, ayo kita bersenang-senang." Exel berjalan mendekati pintu lalu mengunci pintu itu tak lupa dia menyimpan kunci pintunya di tempat yang tidak mungkin bisa digapai oleh Lara.

"Kita mulai," ucap Exel sembari melepas bajunya.

"Mau apa kamu? Pergi kamu dari sini."

Exel tersenyum penuh misteri, dia membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Lara!

"Sebelum kamu bekerja memuaskan laki-laki lain, kamu harus latihan dulu dan aku adalah pelatih pertamamu."

Plak!

Plak!

Lara menampar pipi Exel sebanyak beberapa kali.

"Kurangajar kau. Pergi dari sini! Pergi kau!"

Exel mengusap pipinya yang terkena tamparan Lara.

"Kau ... beraninya menampar diriku."

Exel mulai marah karena pipinya terasa panas akibat tamparan dari Lara.

"Ternyata Wilona benar. Kau adalah gadis pembangkang yang sukanya memberontak."

Exel mulai menindih Lara dan ingin mendapatkan sesuatu milik Lara yang sangat berharga.

"Aaa, jangan! Jangan lakukan ini padaku. Aku mau pulang."

Exel tak menghiraukan teriakan Lara, dia terus melakukan apa yang dia inginkan meski saat itu Lara sudah menangis dan memohon untuk dilepaskan.

Lara mengigit leher Exel dengan sangat keras hingga laki-laki itu merasa kesakitan.

"Aaaa, kau ...."

Bugh!

Lara menendang kejantanan Exel sebelum laki-laki itu menyerangnya lagi.

Tanpa berkata apa pun Exel pergi dari kamar itu! Dia berjalan dengan perlahan sembari memegangi kesaktiannya yang terasa sakit akibat ulah Lara.

*******

"Besok kita akan pulang untuk menenangkan diri kamu. Paman harap kamu bisa tegar menerima semua kenyataan ini," ucap Mario sembari mengusap-usap bahu Zara.

"Tapi Paman, aku masih ingin mencari Lara."

"Lara tidak akan bisa ditemukan. Di Manapun dia berada semoga dia selalu bahagia."

Fitri memeluk Zara yang dari tadi terus menangis.

"Zara, kakak yakin kamu pasti bisa melewati semua ini. Kamu harus tahu meski sekarang Lara tidak ada bersama kita tapi dia akan selalu ada di hati kita," ucap Wili.

"Sekarang istirahatlah, Nak. Besok kita harus pulang, Paman sudah menyiapkan segalanya."

Fitri dan Mario meninggalkan Zara di kamarnya, Wili juga pergi karena dirinya harus mengurus urusan pribadinya!

Bersambung

bab 2

Hari ini Zara sudah ada di tanah air, mereka baru saja tiba sore itu.

Wili juga ikut pulang karena dirinya harus menghibur Zara agar gadis itu bisa sedikit melupakan beban pikirannya.

"Sayang, kita sudah sampai. Bibi harap mulai hari ini kamu dapat menjalani hidupmu dengan normal, seperti biasanya," ucap Fitri.

Zara tersenyum tipis lalu berlalu begitu saja.

Wili meraih tangan Zara agar dia menghentikan langkahnya. "Masih ada kakakmu ini kan," ucap Wili.

Zara menatap Wili lalu dia tersenyum. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kalian tidak ada bersamaku."

"Zara, kita adalah keluarga jadi jangan takut sendirian karena kami semua akan selalu ada untuk kamu."

"Kak, aku mau istirahat. Apa boleh?"

"Tentu saja. Istirahatlah dan jangan menangis karena kalau kamu menangis kakak akan tahu."

Zara pun melanjutkan langkahnya lagi menuju kamarnya!

*******

Di dalam suatu ruangan, Wilona sedang merias wajah Lara. Dia menyiapkan gadis itu untuk menyambut kedatangan Tuan Takahiro.

"Jika kau terus menangis, bagaimana bedak ini akan menempel di wajahmu?" ucap Wilona.

"Aku ingin pulang, tolonglah aku ingin pulang," ucap Lara dengan nada serak khas orang yang sedang menangis.

"Jangan harap kamu bisa pulang dari sini dan jangan pernah mencoba untuk melarikan diri dari tempat ini atau kalau tidak kamu akan tiada seperti gadis lainnya yang mencoba kabur dari sini."

"Kalian tidak punya hati. Dimana hati nurani kalian sebagai manusia? Kalian memperdagangkan manusia dan juga organ tubuh mereka. Kalian memang kejam." Lara terus menangis meski Wilona berkali-kali menyuruhnya untuk berhenti menangis.

"Diam kau! Tutup mulutmu jika kau ingin tetap hidup." Wilona menjambak rambut Lara hingga gadis itu mendongak menatap langit-langit kamar itu.

"Kalau kau mau, bunuh saja aku daripada aku harus ternoda oleh laki-laki bejat itu. Aku tahu kalian akan menjualku pada laki-laki itu kan."

"Kalau sudah tahu kenapa kau bertanya. Bersiaplah karena mulai hari ini kau akan menjadi ladang uang untuk kami."

Lara tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menangis karena tangan dan kakinya diikat dengan tali.

*******

"Pastikan pengiriman tepat waktu dan ya dimana wanita yang itu?" ucap Endru pada anak buahnya.

"Pengiriman sudah meluncur dan wanita itu juga sudah kami kirim pada dokter Okta," sahut laki-laki itu.

"Bagus, pastikan dokter Okta melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Saya tidak ingin ada kesalahan sedikitpun."

"Selama ini beliau tidak pernah melakukan kesalahan dan beliau juga selalu melakukan pekerjaannya dengan baik dan benar, Anda tidak usah khawatir."

Endru tersenyum lalu segera pergi dari tempat itu!

*******

"Selamat datang Tuan Takahiro," ucap Exel.

Takahiro tersenyum lalu terlihat celaingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu.

"Apa yang Anda cari?" tanya Exel.

"Dimana barang yang kau maksud itu?" Takahiro bertanya balik.

"Dia sudah kami siapkan didalam kamar, Tuan. Oh ya, perlu Anda ketahui gadis ini masih bersih dan dia belum pernah melakukannya dengan siapapun. Kami baru mendapatkannya satu minggu yang lalu jadi dia belum terbiasa pastinya dia akan sedikit memberontak," jelas Exel.

"Tidak masalah, justru saya suka yang seperti itu. Dimana dia sekarang?"

"Mari saya antar Anda ke tempatnya!"

Exel berjalan melewati para gadis yang sudah biasa bekerja di club itu! Beberapa gadis terlihat menggoda Takahiro dan mengajaknya berkencan.

Mereka memang diajarkan untuk lebih agresif pada tamu mereka untuk memberikan kepuasan pada pelanggannya.

"Jangan ganggu Tuan Hiro karena sudah ada yang menemaninya malam ini," ucap Exel pada beberapa gadis yang menggelendoti Hiro.

Meski sudah tidak muda lagi, Hiro masih terlihat tampan dan menarik para wanita yang bekerja di sana.

Cklek!

Exel membuka pintu kamar yang didalamnya terdapat Lara.

"Silahkan masuk Tuan," ucap Exel.

Lara menatap dua laki-laki yang masuk ke dalam ruangan itu dan ketakutan pun mulai menghampiri dirinya.

"Jangan, pergi kalian dari sini! Pergi!" teriak Lara.

Exel tersenyum lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Lara! "Layani tamu mu dengan baik kalau tidak kau akan tahu akibatnya," ucap Exel.

"Selamat bersenang-senang, Tuan." Exel tersenyum lalu pergi meninggalkan mereka berdua didalam kamar itu!

"Jadi kamu barang yang dimaksud oleh mereka. Cantik, kamu begitu menggairahkan," ucap Hiro.

Lara mengalihkan pandangannya, dia tak ingin melihat wajah laki-laki tua yang tak berakhlak itu.

"Kenapa mereka mengikat tangan dan kakimu?" Hiro membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Lara sebelum melakukan apa yang dia ingin lakukan.

"Tuan, tolong saya tolong lepaskan saya dan biarkan saya pergi dari tempat ini," ucap Lara penuh permohonan.

Hiro tersenyum penuh arti, dia membuka jas yang dikenakannya lalu meletakkannya di atas tempat tidur.

"Mari kita lakukan dulu setelah itu saya akan membantumu keluar dari tempat ini atau bila perlu saya akan membayar tubuhmu untuk beberapa bulan lamanya."

"Kurangajar, ternyata dirimu sama saja seperti mereka. Kalian tidak punya hati." Lara mulai berjalan mundur menghindari laki-laki itu!

Hiro tersenyum misterius sambil terus melangkah mendekati Lara!

"Mau pergi kemana kau hah! Tubuhmu ini sudah saya bayar dengan harga mahal!"

"Nggak! Jangan lakukan ini padaku. Pergi kau dari sini!" Lara mulai menyerang Hiro dengan segenap tenaga yang dimilikinya.

"Kau begitu membuat diriku penasaran, gadis manis." Laki-laki yang sudah tidak muda lagi itu terus memaksa Lara meski gadis itu sudah menangis dan memohon untuk dilepaskan.

*******

"Hei kakak sudah bilang kau jangan menangis. Kenapa masih menangis juga?" ucap Wili yang baru membuka pintu kamar Zara dan langsung mendapati gadis itu sedang menangis.

Zara menoleh ke arah pintu kamarnya lalu mengusap air mata yang mengalir di pipinya. "Kakak," ucapnya dengan suara serak.

"Mau pergi bersamaku?"

"Aku malas. Kakak pergi sendiri saja."

Wili berjalan memasuki kamar Zara lalu duduk di samping gadis itu!

"Kakak sudah lama tidak pulang, kakak sedikit lupa dengan tempat-tempat di sini. Kamu yakin gak mau nemenin kakak? Nanti kalau kakak tersasar gimana?"

"Kakak, ini jam berapa? Masa kakak mau pergi keluar?"

"Hanya untuk cari udara segar saja. Entah kenapa rumah ini terasa sumpek."

Zara tersenyum tipis lalu dia beranjak dari duduknya. "Kita pergi tapi perginya ke taman depan rumah saja."

"Kemanapun, asal kamu yang temani kakak." Wili tersenyum lebar melihat Zara tersenyum.

"Tapi ke taman depan rumah masa kakak lupa dan kakak mau nyasar ke mana? Ke pos satpam gitu."

"Tadi kan kakak ngajak nya ke tempat lain bukan ke taman depan rumah."

Mereka berdua pun langsung berjalan menuju taman kecil yang terdapat di halaman rumah mereka!

Bersambung

bab 3

Beberapa bulan kemudian.

Zara sudah bisa menjalani hidup normal setelah beberapa lama dia tidak bisa menjalani hidupnya tanpa Lara tapi dia merasa dia harus bangkit dari kesedihannya itu.

Kini Zara melanjutkan kuliahnya di Negara tetangga, Negara yang pernah menghilangkan Lara untuk selamanya.

"Hai Zara, bagaimana kuliah mu hari ini?" tanya Willi.

Zara tersenyum lalu menghampiri Wili yang sedang duduk sambil menonton televisi!

"Setiap hari bertanya seperti itu. Apa tidak ada pertanyaan lain?" ucap Zara.

"Kakak harus tanya apa?"

"Apa saja. Misalnya tentang temanku atau tentang mata kuliahku."

"Kakak tahu kamu pasti sudah punya banyak teman setelah hampir lima bulan berkuliah di Universitas itu dan soal mata kuliah kamu, kakak tahu kamu gadis yang cerdas kamu tidak akan mengalami kesulitan dalam mempelajarinya."

"Kakak, secerdas apa pun pasti mengalami kesulitan."

"Hey Zara, apa kau memiliki kekasih?"

Zara menatap Wili dengan mata yang tak berkedip. "Pertanyaan apa ini?"

"Ya pertanyaan untuk dirimu. Tadi katanya kau ingin kakakmu ini bertanya yang lain."

"Iya, tapi bukan pertanyaan seperti itu. Mana mungkin aku memiliki kekasih sedangkan aku belum mengenal laki-laki di sini."

"Zara, kenapa sekarang kau suka dengan bela diri? Bukannya biasanya kamu sukanya nari."

"Aku mau meneruskan kesukaan Lara, selama ini dia suka banget dengan ilmu bela diri bahkan saking sukanya dia sering berlatih diam-diam tanpa sepengetahuan Paman dan juga Bibi."

"Memangnya Mama dan Papa melarang Lara untuk berlatih bela diri?"

"Sebenarnya tidak, hanya saja Lara takut mereka tidak mengizinkannya berlatih karena mereka inginnya Lara menjadi pengusaha seperti mereka dan juga kedua orang tua kami."

"Lalu apa kau akan meninggalkan semua hobi mu dan menggantikannya dengan apa yang Lara sukai?"

"Tidak kak, aku akan tetap menjadi diriku sendiri hanya saja sekarang aku akan membagi waktuku untuk mewujudkan cita-cita Lara. Dia ingin menjadi seseorang yang kuat maka aku akan berlatih bela diri sampai aku bisa seperti yang Lara inginkan, Lara pernah bilang katanya wanita yang pandai bela diri tidak harus bergantung pada orang lain karena dia bisa menjaga dirinya sendiri." Zara mulai meneteskan air matanya karena mengingat tentang Lara.

"Jangan menangis Zara, kakak yakin Lara akan bahagia jika kau bahagia."

"Aku tidak akan menangis lagi, aku janji."

*******

Lara menangis di atas tempat tidurnya, dia merasa sudah tidak kuat lagi tinggal di tempat yang dia rasa bagaikan neraka itu.

"Aku ingin pergi dari sini. Aku ingin keluar dari kubangan dosa ini," lirih Lara.

"Manis, kau jangan menangis kau tahu? Diriku juga ingin sekali pergi dari tempat ini tapi kau tahu, kita tidak bisa keluar dari tempat ini dengan mudah," ucap Medina.

Medina adalah seorang gadis yang telah ditipu oleh Wilona. Dia ditawari pekerjaan dengan iming-iming gaji yang besar namun ternyata dirinya dijadikan sebagai pe****r yang kerjanya memuaskan para laki-laki hidung belang pelanggan club malam milik Sandress.

Selama Medina dipekerjakan di sana, dia tidak pernah diizinkan keluar dari tempat itu dan tak pernah menerima gaji sepeserpun semua kebutuhannya sudah disediakan oleh Wilona sehingga dia tidak pernah kekurangan sesuatu apapun hanya saja dia tidak pernah memegang uang dan juga ponsel.

Mereka yang ada di tempat itu tidak pernah menghubungi keluarganya karena memang Wilona tidak pernah memberi mereka ponsel dan tak mengizinkan mereka keluar dari tempat tahanannya.

"Jangan panggil aku dengan sebutan nama itu, namaku Elara panggil saja aku Lara."

"Mereka akan menghukum diriku jika memanggilmu dengan nama aslimu."

Semua gadis yang sudah masuk dalam kelompok itu akan diganti namanya dan dihilangkan Identitas aslinya oleh mereka untuk menghindari kecurigaan polisi.

"Kita harus bertahan, Manis. Diriku yakin suatu saat akan ada orang yang menyelamatkan kita dan membebaskan kita dari tempat ini."

"Diriku tidak yakin bisa bertahan di sini sampai berapa lama lagi. Aku mulai lemah dan sering merasa sakit di perutku saat sedang bersama laki-laki itu."

"Katakan hal itu pada Exel atau Wilona, mereka akan memeriksakan dirimu pada dokter," ucap Medina.

"Tidak, jangan Manis. Mereka akan menjual organ tubuhmu pada orang lain dengan harga mahal," ucap Vera.

"Apa maksudmu?"

Medina dan Lara menatap Vera dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Tanpa sengaja aku mendengar percakapan antara Exel dan Endru, mereka menjual organ tubuh kita yang sudah tak menghasilkan uang lagi untuk mereka. Karena itulah teman-teman kita yang dibawa ke dokter tidak pernah kembali ke sini lagi," jelas Vera.

"Apa? Aku sangat takut berada di sini. Tolong keluarkan aku dari sini," ucap Lara.

"Vera, kamu jangan asal bicara saja sebelum membuktikan itu semua. Bukankah selama ini kita sudah menjadi kadang uang bagi mereka, mana mungkin mereka melakukannya itu pada kita," ucap Medina.

"Itu benar, semua yang aku katakan ini adalah benar. Mereka itu bukan manusia, mereka adalah iblis yang berwujud manusia. Setelah kita tidak bisa menghasilkan uang dan hanya akan menjadi beban untuk mereka. Mereka memilih untuk menjual organ tubuh kita dan setelah itu kita akan dibiarkan begitu saja sampai kita mati. Coba kau ingat-ingat ada berapa orang yang dibawa ke dokter tapi satupun diantara mereka tidak ada yang kembali lagi ke tempat ini," jelas Vera.

Medina terdiam, yang dikatakan oleh Lara itu memang benar.

"Kau ingat pada teman kita yang ditemukan dalam keadaan mati di dalam got saluran air? Mereka membuangnya dipinggir jalan dan membiarkannya mati," ucap Vera lagi.

Medina dan Vera memang sudah cukup lama di tempat itu, karena tidak mungkin bisa lepas dari komplotan iblis itu mereka memilih menuruti semua kemauan mereka meski didalam hatinya merasa sakit karena melakukan hal itu dengan terpaksa.

"Manis, kau harus bertahan disini agar kau selamat. Jangan katakan pada mereka tentang keluhan mu, diriku tidak ingin salah satu diantara kita celaka," ucap Vera pada Lara.

"Kau tahu dimana tempat dokter itu?" tanya Lara.

"Untuk apa?"

"Aku menulis semua yang aku ketahui didalam buku ini. Jika nanti aku keluar dari sini, aku akan melapor pada polisi."

"Tempatnya ada di kota xxx. Jangan berharap terlalu banyak, karena diriku tidak ingin kau kecewa nanti."

"Aku akan mencatat nama mereka di sini dan nama kalian juga. Aku berharap suatu saat nanti akan ada orang yang menghancurkan tempat ini dan menghabisi Sandress."

Vera dan Media tersenyum tipis lalu mereka memeluk Lara!

*******

"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan selama itu bisa membuat kamu bahagia, jika perlu kakak akan mengenalkan dirimu pada teman kakak," ucap Wili.

"Teman kakak? Untuk apa?"

"Namanya Abra, dia pandai sekali bela diri. Kau bisa mempelajari semua ilmu bela diri darinya."

"Benarkah?"

"Ya, bila perlu kau masuk dalam sekolah bela diri miliknya."

"Dia memiliki sekolah bela diri?"

"Ya. Jika kau bersedia kakak akan mengenalkannya padamu."

"Aku mau kak."

Semenjak Lara hilang, entah kenapa Zara menjadi ingin menguasai ilmu bela diri. Dirinya merasa seperti ada yang mendorongnya untuk mempelajari ilmu bela diri itu dan dirinya merasa kalau suatu saat nanti dirinya akan membutuhkannya.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!