Aku Ratumu
"Sah?" Teriak sang penghulu.
"Sah!" Teriak para tamu undangan yang terdiri dari keluarga inti dan juga sanak saudara yang menjadi saksi pernikahan dua insan.
Pernikahan yang sangat megah, membuat hati pengantin berbunga-bunga, senyuman terukir di wajah kedua mempelai wanita.
Begitulah kenangan yang ada di ingatan Sefya tentang pernikahannya yang begitu sempurna.
Sefya merasakan haru pernikahan yang sangat luar biasa indah, namun sayang semua terasa menjadi jungkir balik setelah pernikahan usai.
Pria yang dia sukai dan berhasil dia nikahi, tidak menerima kehadiran dirinya dalam kehidupan pria yang bernama 'Richard'.
Richard lebih memilih mengabaikan Sefya, dia tidak berniat sama sekali untuk berhubungan baik dengan wanita yang dia anggap sangat cupu di zaman yang sudah serba modern ini.
"Acara pernikahan kita sangat sempurna, tapi mengapa rumah tangga kita begitu tak sempurna, jauh di luar ekspektasi, apa ini yang dinamakan cinta bertepuk sebelah tangan?" Gumam wanita yang hanya menjadi istri diatas kertas.
Sefya yang masih memandangi foto pernikahannya, merasa menjadi seorang wanita yang berharap bisa menyentuh panasnya matahari, menatapnya saja sudah tidak mungkin apalagi menyentuhnya, itu sebuah hal yang mustahil.
Sefya meletakkan foto pernikahannya di atas nakas. "Aku harap suatu saat pernikahan ini bisa seperti apa yang mereka harapkan dan do'akan saat pernikahan kami."
Sefya melihat sekeliling kamarnya, hanya ada barang-barang miliknya, sedangkan milik suaminya berada di kamar sebelah, kamar utama yang seharusnya menjadi kamar mereka berdua.
Terdengar suara mobil terparkir di garasi rumah, Sefya sudah bisa menduga kalau itu adalah mobil Richard suaminya.
Sefya langsung beranjak dari tempat tidurnya lalu keluar kamar.
"Hai, Mas, aku sudah menyiapkan minuman hangat dan juga makan malam untukmu." Sefya memperlihatkan beberapa menu makanan yang sudah dia siapkan untuk suaminya.
Richard menyimpan sepatunya di rak sepatu dan langsung melangkah menuju kamar utama, tanpa sedikitpun menghiraukan perkataan Sefya, bahkan sama sekali tidak melirik makan malam yang sudah disajikan.
Sefya menghela nafas dalam, dia sudah tahu akan berakhir seperti ini, tapi dia tetap berusaha melayani suaminya.
"Apa yang harus aku lakukan, agar kamu bisa sedikit saja melihatku." Kekecewaan kembali menyelimuti hati wanita berkacamata itu.
Sefya menyisihkan sedikit makanan di beberapa piring kecil, selebihnya dia masukkan kedalam mesin pendingin, lalu kembali ke kamarnya.
***
Richard yang sudah berada di dalam kamarnya, membuka layar dari benda berbentuk persegi panjang yang biasa orang sebut smartphone.
"Kenapa masih tidak bisa di hubungi, padahal aku sudah berulang kali mengirim pesan permohonan maaf, sudah satu bulan ini dia marah kepada ku." Richard meremas ponsel genggamnya.
Richard mengingat kembali terakhir dia bertemu dengan kekasih pujaan hatinya.
"Baby, ini untuk kita juga, untuk masa depan kita, aku tidak mungkin melepas semuanya, jika aku kehilangan semuanya, bagaimana caraku bisa membahagiakan wanita cantik yang ada di hadapanku ini." Richard berusaha meyakinkan kekasihnya.
Wanita itu hanya terus mengerutkan bibirnya, dia tidak sama sekali menjawab semua perkataan Richard.
"Baby, tolong jangan diam saja, please bicara." Richard memohon untuk kesekian kalinya.
Wanita bertubuh langsing, dengan tinggi ideal serta wajah yang blasteran itu mulai menghela nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.
"Kenapa, kamu tidak meminta kedua orang tuamu untuk menyetujui hubungan kita? Apa yang salah dari hubungan ini? Kita saling mencintai dan ingin hidup bersama, apa itu salah?" tanyanya dengan menekan setiap kata yang terucap dari bibirnya .
Mendengar pertanyaan dari kekasihnya, malah giliran Richard yang terdiam membisu, dia bingung harus menjawab apa, selama ini kedua orang tuanya tidak menyetujui hubungan dirinya dengan Clara seorang model yang cukup terkenal.
Richard pernah bertanya kepada kedua orang tuanya, mengapa tidak setuju dengan hubungan mereka, tapi jawaban kedua orang tuanya tetap sama.
"Kami ingin yang terbaik untukmu, kami sudah menjalin perjanjian ini sejak calon istrimu lahir ke dunia ini, kami tidak mau mengkhianati janji itu, terlebih dia tumbuh menjadi gadis yang sangat baik."
Jawaban itu selalu terngiang ditelinganya, setiap kali dia bertanya, itulah jawabannya, tidak pernah sesuai dengan pertanyaan yang dia ajukan, mengenai alasan mengapa mereka tidak setuju, Richard yakin bukan karena perjodohan dan juga perjanjian diantara mereka.
"Haaah!" Richard menarik rambutnya karena kesal memikirkan kejadian satu bulan lalu sebelum dirinya menyandang status seorang suami.
Richard kembali menghubungi Clara, tapi kembali tidak ada jawaban dari wanita blasteran itu.
"Baby, aku pastikan besok, aku akan mencarimu!" Tekad Richard.
Sedangkan Sefya yang berada di kamar sebelah, tengah merenungi kehidupan rumah tangganya.
"Tuhan, akan adakah kisah manis dalam pernikahan kami, yang nantinya akan membuat dia mencintaiku?" Sefya melihat ke arah langit dari balik jendela kamarnya.
"Tuhan, jika engkau telah mempersatukan kami dalam ikatan pernikahan, ketuk lah pintu hatinya, agar bisa membukanya untukku."
Sefya membalikkan tubuhnya dan naik ke atas tempat tidur, menarik kain yang menjadi penghangat tubuhnya yang menemani kesendiriannya.
Sefya berusaha memejamkan matanya agar bisa terlelap.
Setiap hari yang di jalaninya bagaikan berjalan diatas batu kerikil, meski berbatu tetap harus dia lewati.
***
Suara kokok ayam terdengar, menandakan hari sudah berganti.
Wanita yang sudah satu bulan menyandang status sebagai seorang istri, setiap hari berusaha bangun pagi dan menyiapkan sarapan pagi.
"Sarapan dulu, Mas." Sefya meletakkan sepiring nasi goreng dan juga susu hangat buatannya.
"Aku langsung berangkat kerja." Richard langsung berjalan keluar rumah.
Sefya sangat sedih, dirinya amat tak ada artinya bagi suaminya sendiri. Dia tahu pernikahannya dengan Richard memang tidak dilandasi dengan rasa cinta tapi karena perjodohan orang tua, namun Sefya tidak menyangka rumah tangganya belum sedikitpun mengalami kemajuan yang baik.
***
"Segera ke kantor," kata Richard sambil membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.
Sefya yang melihat adegan itu, membuatnya menjadi bersedih hati, suaminya bahkan saat akan pergi bekerja tidak sedikitpun melirik sarapan yang telah di buatnya, apalagi melirik kearah dirinya.
"Sebenci itukah dirimu? Sampai menatapku saja tidak pernah." Sefya menutup gorden jendela dan kembali ke meja makan.
Sefya kembali menikmati hasil masakannya sendiri, dia tidak pernah membuat masakan terlalu banyak, karena dia tahu hanya dialah yang akan menyantapnya, karena seminggu awal pernikahan menjadi pelajaran berharga untuknya, memasak banyak hanya akan memenuhi perut kulkas bukan perut suaminya.
Sefya mengangkat sendok dan mengarahkannya ke dalam mulutnya, dia mengunyah perlahan nasi goreng yang dibuatnya, matanya mulai terasa panas, lalu butiran air mulai membasahi kelopak matanya.
Sefya akan selalu menangis saat menyadari semua usahanya sia-sia, berusaha menjadi istri yang mengurus rumah sendiri, mulai dari membersihkan rumah, pakaian, sampai dengan memasak dia lakukan sendiri, harinya yang sepi terkadang membuatnya jenuh, tapi dia harus menuruti perjanjian yang telah mereka buat, Sefya tidak boleh bekerja, itu adalah salah satu butir dari isi perjanjian pernikahan.
Seorang istri memang harus menuruti setiap perkataan suaminya, jika itu untuk kebaikan kenapa tidak?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Mebang Huyang M
salam thor, bisakah panggilan mas di ganti dgn panggilan nama aja. maaf thor saya agak risih klu baca novel yg nama tokoh2nya orang luar tapi manggilnya pakai mas.
2023-06-16
0