Setelah kejadian menegangkan tadi, baik Sefya maupun Richard masuk ke dalam kamarnya masing-masing, tapi sebelum Sefya masuk kamarnya, dia sengaja menyisihkan sedikit makanan dan memasukkan sisanya ke dalam kulkas.
Meskipun hatinya sakit, dia masih bisa berpikir normal, dia tidak tega jika suaminya nanti kelaparan.
"Mas, meskipun kamu bersikap dingin, aku akan terus berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Semoga kali ini kamu mau mencicipi masakan ku." Harap Sefya.
.
.
"Wanita itu, hari ini benar-benar menjengkelkan, dia beralasan kalau sudah menitipkan pesan, seharusnya dia langsung menghubungiku bukan menitip pesan, memangnya dia tidak punya nomor ponselku?" Richard terus sama merutuki istrinya.
Richard seperti orang yang memiliki dendam kepada Sefya, istrinya selalu bersikap baik tapi dia selalu tak menganggapnya, bahkan sesekali Richard juga suka menyakiti Sefya dengan perkataannya.
Terdengar suara dari dalam perutnya, dia memenang perutnya.
"Lapar."
"Ah ... emosi memang selalu menguras energi ku. Aku juga belum sempat makan malam karena sibuk berdebat dengan Clara." Keluh Richard.
Richard sebenarnya enggan keluar kamar apa lagi jika dia harus mencari makanan di luar sana.
Richard akhirnya memutuskan keluar kamar karena perutnya yang semakin lapar. Dilihatnya semua lampu sudah padam, begitu juga kamar yang ditempati istrinya. Richard perlahan melangkah'kan kakinya menuju ruang makan dan mendekat ke meja makan.
Richard membuka tudung saji dan dia melihat masih ada makanan di beberapa piring kecil.
"Apa masakan ini bisa dimakan? Aku sama sekali belum pernah menyicipi masakannya, aku ragu dia bisa memasak dengan benar, karena seorang wanita yang hidup bergelimang harta, pasti tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah apalagi pekerjaan dapur." Richard bicara sambil memandangi makanan yang ada di atas meja makan.
Richard mengambil sumpit dan mencoba masakan yang biasa di sebut orang beef teriyaki, seiris daging mendarat di dalam mulutnya, dia mulai mengunyahnya dan ternyata rasa masakan itu sangatlah menakjubkan.
"Kenapa, rasanya sangat lezat? Apakah benar dia yang memasaknya? Aku akan memeriksanya nanti, sekarang aku harus memberi makan cacing-cacing yang memberontak di dalam perut ini." Richard menyentuh perutnya lalu mengambil piring di dalam laci.
Makanan yang sengaja di sisihkan oleh Sefya di piring kecil, habis di lahap oleh pria yang sedang kehilangan kendali karena rasa lezat masakan wanita yang beberapa jam lalu habis dia buat sakit hati.
Setelah kenyang dan puas menyantap semua makanan, Richard teringat dengan rencananya sebelum makan.
"Aku harus memastikannya, jangan sampai aku tertipu dengan kelezatannya dan ternyata bukan masakannya."
Richard pergi ke ruangan yang biasa menjadi tempat dia bekerja saat berada di rumah.
Ruangan yang menjadi tempat Richard merenungkan semua yang terjadi dalam hidupnya.
Rumah yang di bangun oleh Richard adalah rumah impian yang akan dia tempati dengan kekasih yang sangat dia cintai, namun pernikahan yang berawal dari perjodohan karena janji kedua orang tuanya, membuat dia harus mengubur impiannya untuk sementara waktu.
"Sekarang kita buktikan, apa benar itu masakan dirinya, atau bukan." Richard menggesekkan kedua telapak tangannya, sebelum membuka benda yang berbentuk persegi panjang yang terletak di atas meja.
Benda persegi panjang itu dibuka olehnya, dia mengarahkan tanda panah untuk membuka sebuah file, lalu dia mengklik salah satu gambar yang berada di layar.
Richard mulai memperhatikan rekaman pada jam pagi sampai siang.
Betapa terkejutnya dia, seorang wanita berkacamata sedang sibuk memotong daging, mencacah beberapa bumbu lalu memasaknya.
"Dia benar-benar memasak? Apa aku tidak salah lihat?" Richard menggosok matanya, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Apa dia kursus masak? Masakannya sangat lezat." Pujian terlontar dari bibir tipisnya tanpa dia sadari.
Richard terus memperhatikan, bahkan dia melihat beberapa rekaman CCTV beberapa hari lalu, ternyata benar, setiap hari Sefya memasak sendiri dan memakannya sendiri.
"Ternyata dia wanita yang pintar memasak, tapi aku tidak akan memujinya secara terang-terangan, nanti bisa besar kepala wanita itu," ujar Richard sambil menarik salah satu sudut bibirnya ke atas.
Richard menutup laptop miliknya, dia beranjak dari tempat duduknya dan keluar ruang kerjanya untuk kembali ke dalam kamarnya dan beristirahat.
***
Pagi menjelang, Sefya yang sudah mandi dan masih memakai handuk yang melilit di kepalanya, keluar dari dalam kamar.
Sefya membuka tudung saji, dia terkejut makanan yang semalam dia sisihkan sudah tidak ada lagi di atas piring, semua piring itu kosong tak tersisa sedikitpun, bahkan dari jauh piring kecil itu terlihat seperti sudah di cuci.
"Kemana semua makanan ini?" tanyanya sambil berpikir.
"Apa myas Richard? Ah, tapi tidak mungkin, aku tidak mendengar suara orang pergi ke dapur," bisiknya.
"Apa tikus? Atau kucing? Tapi mana ada binatang itu di rumah yang bagus ini," gumamnya.
Terdengar suara pintu kamar terbuka dan tertutup kembali, dengan cepat Sefya menghampiri empunya kamar tersebut.
"Mas, apa kamu memakan semua masakan yang aku sisihkan di atas meja?" tanya Sefya langsung dan menatap lekat ke arah suaminya.
"Oh, makanan itu, semalam aku keluar rumah mencari udara segar, aku lihat seekor kucing kelaparan, jadi aku memberikan makanan sisa itu karena kasihan," jawab Richard dengan wajah berbohongnya.
Sefya tertegun mendengar jawaban suaminya, tapi dia mempercayainya.
"Aku sudah menduga, tidak mungkin dia memakan masakan ku," batinnya dalam hati.
Sefya kembali ke dalam kamarnya, dia sebenarnya bukan tidak suka dengan tindakan suaminya. Hanya saja dia berharap suaminya bilang kalau dia yang menghabiskan semua masakan itu.
"Andai kamu yang menghabiskan masakan itu. Sungguh rasa sakit yang aku terima semalam pasti akan sirna dengan mudah." Pikir Sefya sambil membuka gulungan handuknya.
Sefya duduk di bangku riasnya, dia memandangi wajahnya yang begitu polos tanpa makeup dan berkacamata.
"Sefya, apa mungkin wajahmu ini yang membuat suamimu tidak bisa menerimamu?" Sefya bertanya kepada dirinya sendiri yang terpantul di cermin.
Sefya melumasi wajahnya dengan gel yang biasa dia pakai. Meski dia tidak menggunakan makeup, tetapi dia tetap menjaga dan merawat wajahnya agar tetap glowing.
.
.
Richard duduk di meja makan dan melihat istrinya menyajikan nasi goreng dengan telur orak-arik.
Dia sangat ingin menyantapnya tapi sayangnya dia mengurungkan niat itu. Dia kembali ke dalam kamar dan bersiap untuk pergi ke kantor.
Richard dengan rasa mencicipi masakan Sefya dan rasa gengsinya bercampur menjadi satu. membuat dirinya bingung sendiri, sedangkan sebenarnya perutnya juga lapar.
"Aah ... kenapa semalam aku harus mencicipi masakannya? Sekarang aku kena batunya sendiri. Aku jadi candu dengan masakan buatannya. Sadarlah Richard, jangan kamu masuk ke dalam perangkap wanita licik itu. Bisa jadi dia membuat itu dengan bumbu racik yang sudah jadi." Richard berusaha mengelak keterampilan memasak Sefya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments