Richard hanya terdiam ketika Clara membuka kancing kemejanya, dia hanya menatap wajah cantik kekasihnya. tapi dia kemudian sadar dengan perjanjian pernikahannya dengan Sefya, dia tidak akan mengkhianatinya selama pernikahan masih terjalin.
Richard menepis tangan Clara. "Hentikan, aku tidak bisa." Dengan cepat dia merapihkan kancing kemejanya. "Aku akan melakukannya denganmu, tapi saat kita sudah menikah, begitu bukan seharusnya?"
"Benar, tapi apa salahnya? Kita saling mencintai, mengapa tidak boleh? lagi pula katamu, kamu akan menikahiku, kenapa takut?" Clara duduk di tepi kasur dan sengaja membuka lebih lebar belahan roknya, sehingga paha mulusnya terlihat jelas.
Richard hanya bisa menelan ludahnya getir, tapi dia harus sadar, jika dia melakukan hal bodoh, bisa saja dia kehilangan semua aset.
"Clara, aku sangat mencintaimu, tapi jika kita melakukan semua ini sebelum ada ikatan pernikahan, itu sebuah kesalahan, aku tidak mau menyentuhmu sebelum kita halal." Richard langsung pergi meninggalkan Clara.
Clara benar-benar tidak habis pikir kenapa susah sekali mendapatkan tubuh kekasihnya yang sudah sangat dia idam-idamkan sejak mereka pertama kali berpacaran. Dia selalu mengajak kekasihnya untuk naik ranjang, tapi sayangnya setiap kali itu terjadi. Mereka hanya bisa bercumbu, sedangkan Clara yang merasakan hawa panas itu, selalu saja harus mandi air dingin agar tubuhnya kembali normal.
Richard tidak pernah mau menyetubuhi kekasihnya sebelum mereka halal menjadi suami istrinya. Banyak alasan bahkan seribu alasan dia ucapkan agar terhindar dari hal-hal itu.
Dengan hati yang dongkol dan merasa ditolak, Clara menarik seprai kasurnya, dia muak dengan sikap Richard yang sok menjaga mahkota wanita sebelum menikah.
"Aaaaah!" jeritnya.
"Jika dia menolak mu, maka aku yang akan menerimamu." teman kencannya langsung mengenai area sensitif Clara, sudah pasti wanita itu terbuai, karena dia memang hiper.
Clara yang melihat tubuh pria itu tanpa busana langsung menyambarnya dan kembali ke peraduan bersama pria itu. Dengan ganasnya Clara bermain membuat pria itu tak bisa berkutik.
.
.
Dalam perjalanan pulang setelah dari hotel Clara, Richard terus membayangkan kejadian tadi, dia bukan tidak bernafsu, hanya saja di menghormati perjanjiannya dengan Sefya, dia juga tidak mau kejadian yang pernah dialami oleh saudaranya Farah terjadi kepada dirinya ( baca novel "Pesona istri yang terabaikan" ).
"Kalau aku tidak bisa menahannya, sudah pasti aku akan melahap habis kekasih ku, aku sudah menantikan malam pertamaku dengannya, andai kedua orang tuaku memberiku restu." Richard mempercepat laju mobilnya.
Dia sangat kesal dengan sikap kedua orang tuanya yang melarangnya memiliki hubungan dengan Clara. Kalau saja hubungan mereka direstui, mungkin sebelum menikah pun dia akan menyetubuhi kekasihnya itu.
Richard terus memijat keningnya yang terasa pening. Dalam hatinya pasti Clara sangat marah karena dia meninggalkan kekasihnya begitu saja dan memberikan penolakan untuk yang kesekian kalinya.
Richard sampai di rumahnya dan langsung memarkir mobilnya. Dengan rasa kesalnya Richard masuk ke dalam rumah.
Sesampainya dia di dalam rumah, Sefya langsung menyambut kehadiran suaminya yang berwajah tegang.
Richard masuk ke dalam rumah dengan tergesa tanpa menghiraukan istrinya yang berniat menyambutnya.
"Mas, Mas di rumah ada-,"
"Ada apa? Aku lelah, mau istirahat, kamu enak seharian di rumah!" Dengan nada tinggi Richard menyela perkataan istrinya.
"Tapi Mas." Sefya berusaha memberitahu suaminya.
"Tapi ... Tapi apaan sih? Aku ini lelah, aku pulang kerja. Sudah aku bilang'kan, meski kita suami istri, itu sifatnya hanya di atas kertas."
Richard melampiaskan semua kekesalan nya kepada Sefya, istrinya yang tengah berdiri mematung itu rasanya ingin menangis tapi dia menahannya.
Richard memandang Sefya, sebenarnya dia iba tapi rasa kesalnya semakin menjadi karena melihat wajah cupu istrinya dengan kaca mata tebal itu.
Richard menaruh sepatunya di rak, saat menoleh betapa terkejutnya dia melihat kedua orang tuanya sudah berdiri dihadapannya.
"Kenapa? kamu kaget mama dan papa ada di rumah mu?" kata Cakra dengan wajah kecewa. "Jadi begini perlakuan kamu sama istrimu?"
Richard tak bisa berkata, dirinya sudah kepergok, dia tidak bisa lagi mengelak.
"Dengar Richard, jika kamu tidak berubah dan tidak belajar menerima istrimu, Papa pastikan, kamu akan dicoret dari daftar ahli waris." Cakra langsung menarik lengan istrinya dan keluar dari rumah putranya penuh rasa kecewa.
Sefya dan Richard saling mematung di posisinya masing-masing, ketidak harmonisan rumah tangganya kini sudah diketahui, tidak mungkin lagi dia bisa memperbaiki, kecuali dia bisa menerima istrinya dan mencintainya.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal, Hah!" Marahnya.
"Aku sudah memberitahukannya kepada sekertarismu, Mas." Sefya bicara sambil tercekat karena menahan tangis.
"Aku sangat membencimu!" Tunjuknya kepada Sefya.
Wanita yang hidup dengan cinta bertepuk sebelah tangan itu, hanya bisa menangis, dia terduduk di lantai rumahnya, hatinya begitu sakit ketika mendengar perkataan dari suaminya.
"Sebegitu bencinya kamu terhadapku, Mas? Apa salahku?" ujarnya dalam isakan tangis.
Sefya menangis dengan hati yang begitu pedih, selama ini dia tidak pernah disentak oleh Richard meski hubungan mereka tidak baik-baik saja.
.
.
Richard yang meninggalkan Sefya langsung meraih pintu kamarnya dan membanting pintu kamarnya, dia membuka kasar jasnya lalu membuangnya.
"Aaaaaaaaaah." teriakan panjang dia keluarkan sekuat tenaganya.
Richard menjambak rambutnya dengan wajah frustasi, semua rencananya tidak berjalan lancar, semua hancur.
Dia tidak menyangka akan kepergok seperti ini oleh kedua orang tuanya. Richard merenungi lagi sikapnya tadi kepada istrinya. Dia benar-benar tidak bermaksud untuk membentak Sefya. Karena kehadiran Sefya yang tiba-tiba menyambutnya dan dengan wajah cupunya, membuat Richard semakin tersulit emosi.
Richard merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dia mengingat kembali kejadian di kantor tadi.
"Apa sekretarisku tadi ingin bilang kalau ada orang tuaku di rumah?" Richard bertanya sambil mengingat sekretaris yang menghampirinya.
"Besok aku harus pastikan kepada sekretarisku, kalau ternyata Sefya tidak memberi pesan. Sudah pasti wanita itu ingin melihatku dimarahi oleh orang tuaku. Dia wanita licik, aku yakin itu." Richard kembali mengangkat tubuhnya dan duduk di tepi kasur.
Dia mengeluarkan ponsel miliknya dan berusaha menghubungi kekasihnya. Sayang seribu sayang kekasihnya tidak menjawab.
.
.
"Ponselmu berdering." Pria yang sedang memacu gerakannya itu memberitahu Clara.
"Biarkan saja, siapa suruh dia menolak diriku." Clara tak menghiraukan panggilan telepon Richard.
"fokus saja kepada diriku. Jika aku tidak puas, ini terkahir kalinya kita bersama." Ancam Clara.
Clara memang sering bermain dengan beberapa pria, tapi hanya pria yang bisa memenuhi hasratnya yang dia terima kembali, sedangkan mereka yang gagal tidak akan pernah dia minta naik ke atas ranjang bersama dirinya.
.
.
Ketiga manusia itu sekarang sedang asik dengan pikirannya sendiri, Sefya dengan kesedihannya, Richard dengan kemarahannya dan Clara dengan hasrat menggebunya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments