4. Master Koran

Sepertinya kalian telah mendengar dua kali kata pak bos. Sebelum melangkah lebih jauh maka perkenalkan pria yang dijuluki sebagai pak bos atau master koran.

"Lima puluh satu! lima puluh dua! lima puluh tiga! Lumayan juga penghasilan hari ini. Bagus-bagus."

"selanjutnya!"

Bastian yang sejak tadi berbaris pada satu barisan yang cukup panjang kini menggerakkan kepalanya menoleh menatap pria berambut panjang dengan tato yang berada di lehernya. Gambar tato berbentuk ular besar itu juga terdapat di lengan tangannya lengkap dengan baju yang hanya pas di bagian bahu serta celana yang nampak sengaja disobek agar menciptakan sosok yang terlihat menakutkan.

Di bagian lehernya juga dihiasi dengan kalung besi, anting besi hingga lengkaplah sudah penampilannya yang sangat mirip dengan preman pasar. Sebut saja dia pak bos. Bastian tidak tahu pasti siapa nama lengkapnya.

Banyak yang bermunculan desas desus yang Bastian pernah dengar jika banyak yang mengatakan kalau pak bos adalah mantan narapidana namun, ada juga beberapa orang yang mengatakan jika pak bos adalah bandar narkoba.

Entah mana fakta yang benar namun, bagi anak-anak yang berada di bawahnya pak bos adalah bos besar para anak-anak penjual koran.

Bastian dan beberapa teman lainnya merupakan salah satu anggota yang berada di bawah kekuasaannya. Anggap saja ini sebuah penjajahan namun, penjajahan ini atas kemauan Bastian dan teman-teman yang lain.

Ketika hari telah menunjukkan pukul enam sore menjelang malam maka Bastian dan teman-teman yang lainnya berjumlah sekitar puluhan anak yang terdiri dari beberapa anak perempuan nampak berbaris rapi untuk menyetorkan hasil jualan tisu dan koran lalu koran dan tisu yang belum laku hari ini itu harus dikumpulkan ke sang pemilik.

Bastian dan teman-teman lainnya hanya diberikan sebagian uang dari hasil yang mereka dapatkan. Jika dihitung-hitung maka pembagiannya akan dibagi menjadi dua.

Semisal hari ini jika andai kata Bastian mendapat hasil lima puluh ribu dari hasil penjualan koran dan tisu maka uang penghasilan di hari itu akan dibagi menjadi dua yaitu dua puluh lima ribu untuk Bastian dan dua puluh lima ribu untuk pak bos. Ini sudah termasuk perhitungan yang sudah ditentukan oleh pak bos sendiri.

Sejak awal master koran itu telah menentukan dan memberitahu anak-anak yang ingin menjual koran jika pembagiannya memang seperti itu sehingga tak ada anak berani yang berani memprotes.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya tiba pada Bastian untuk menyerahkan seluruh uang yang ia dapatkan hari ini kecuali uang yang diberikan secara percuma oleh orang-orang berhati malaikat walaupun cara pemberiannya mengalahkan kata setan yang membuangnya begitu saja seakan bukan manusia yang ia berikan bahkan hewan pun tentunya tidak akan mau memakan makanan yang dibuang begitu saja namun, ini bukan tentang makanan melainkan uang.

"Berapa yang kau dapatkan?" tanya pak bos dengan suara yang terdengar begitu dingin.

Bastian meneguk salivanya. Entah mengapa saat berhubungan dengan pak bos selalu membuatnya gemetar. Selain karena nada suaranya begitu dingin penampilannya juga mendukung untuk dijadikan sosok yang begitu ditakuti.

"Hanya tiga puluh ribu saja? Kau hanya dapat tiga puluh ribu dalam satu hari ini?"

Bastian mengangguk, tak berani menatap sorot mata pak bos yang cukup menakutkan jika harus menatap kedua mata tajam itu.

"Kenapa hanya ini? Apa kau hanya bermain-main di jalan raya sehingga kau hanya dapat uang sebanyak ini?"

"Aku sudah berjuang semampuku pak bos dan hari ini hanya itu yang aku dapatkan," jawab Bastian.

"Kemarin juga kau dapat tiga puluh ribu saja dan sekarang tiga puluh ribu. Sepertinya kau ini tidak sungguh-sungguh dalam bekerja."

"Kalau kau tidak bersungguh-sungguh maka kau boleh keluar dan tidak usah menjual koran lagi."

Seketika Bastian mendongak menatap sosok pak bos yang nampak menghisap kuat-kuat ujung rokoknya dan menghembuskan asap yang memutih menghalangi pandangan Bastian.

"Tidak pak bos. Aku tetap masih ingin bekerja menjual koran dan tisu. Aku butuh kerjaan," ujar Bastian memohon.

"Oke kalau begitu aku tetap akan mengizinkan kau menjual koran dan tisu lagi tapi besok aku ingin kau mendapat lebih banyak daripada ini."

Bastian hanya mengangguk, tak berani bicara panjang lebar.

"Ini," ujar pak bod begitu dingin sambil menjulurkan uang lima belas ribu, ini sudah terbilang gaji yang paling sedikit.

Bastian menghela nafss panjang. Setelah ia bergeser maka teman-teman yang lain akan mendapat giliran untuk menyerahkan uang mereka dan tentu saja bukan hanya Bastian yang mendapat komentar pedas tapi teman-teman yang lain kecuali sodiq, Badrul serta Joy.

Mereka semua sering sekali mendapat pujian karena mendapat pendapat yang banyak. Bastian tidak heran tentu saja anak-anak seperti mereka sangat menarik perhatian para pembeli.

Joy bocah tampan itu tentu saja banyak pembeli yang minat untuk membeli koran seperti ketampanannya.

Badrul di pemilik bulat membuatnya begitu sangat lucu mungkin itu pandangan orang-orang saat melihatnya.

Sodiq mungkin karena mereka merasa ibah sehingga mereka semua berbondong-bondong untuk membeli tisu dan koran miliknya.

Lalu bagaimana dengan Mandra?

Bruak!!!

Suara keras terdengar. Uang-uang recehan dihamburkan di atas meja membuat bocah berkulit hitam dan kotor itu nampak tersentak kaget. Kedua bahunya nampak menyentuh bagian telinganya. kali ini Bastian tidak sendiri mendapatkan uang yang paling sedikit tapi nasib buruk pun terjadi pada Mandra.

Hari ini ia hanya mendapat lima ribu rupiah. Anak pemecah penghasilan paling sedikit dan tentunya itu yang membuat pak bos naik pitam. Jika saja seseorang bisa mengeluarkan tanduk saat marah mungkin pak bos sudah mengeluarkan cula, ini sudah kemarahan tingkat akut.

Bos suka sekali marah jika ada yang mendapat penghasilan yang sangat sedikit.

"Kenapa? Kenapa kau hanya dapat uang segini saja?"

Mandra tak menjawab sedikitpun. Ia hanya diam seperti orang bisu padahal Bastian sangat mengenal temannya yang satu itu sangat sering tertawa dan begitu sangat ceria namun, jika ia berharap di hadapan pak bos maka ia akan menjadi anak yang paling pendiam.

Pak bos memang sangat galak, suka sekali marah-marah lalu jika berhadapan dengan teman-temannya yang berpenghasilan sangat banyak bahkan melebihi ratusan maka ia akan mengelus-ngelus dan memberikan pujian atau bahkan menjadikannya anak buah andalan.

Disaat itu pula sebuah perbedaan terjadi yang punya penghasilan tinggi akan disanjung dan yang punya penghasilan sedikit maka akan diterjang.

Seperti itulah yang terjadi pada Mandra dan juga Bastian. Bentakan dan makian akan menjadi asupan yang memenuhi hati dengan luka parah bahkan sangat parah.

Selain pak bos yang suka sangat marah, Bastian dan teman-teman yang lainnya tidak terlalu mengenal bagaimana kehidupan yang sebenarnya terjadi pada pak bos.

Mereka tidak tahu apakah pak bos itu telah menikah atau pak bos telah punya anak. Mereka tidak pernah melihat pak bos membawa istri atau anaknya. Mungkin ia belum menikah atau mungkin saja tak ada perempuan yang mau dengan pria yang seperti itu.

Tidak perlu terlalu berisik nanti pak bos dengar! Ingin mendapatkan bentakan dari pak bos? Tentu saja tidak bukan. Pak bod sangatlah menakutkan saat marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!