Melihat langit yang sama
Berpijak ditempat yang sama
Namun, dengan rasa yang berbeda.
Syifa mencoba untuk bersikap biasa pada Aladdinnya itu. Ia hanya melihat laki-laki berparas tampan itu dari kejauhan, tanpa harus mendekat dan menyapanya. Berat, sungguh berat sekali. Namun, hal itu harus Syifa lakukan untuk menjaga hatinya agar tidak hancur.
“Lo sehat, Syif?” tanya Ersya yang melihat Syifa terdiam dan melihat ke arah Rizky tanpa satu ucapan pun keluar dari bibir tipisnya.
Syifa mengangguk pelan, baru kali ini ia merasakan jatuh cinta, namun cintanya jatuh pada orang yang salah.
“Cinta luar biasa ya, bisa merubah senyum jadi air mata, bahkan bisa merubah pelangi jadi kelabu” ucap Ersya.
“Maksudnya?” tanya Syifa tidak mengerti.
Kedua sudut bibir Ersya mengembang sedikit, ia sangat tahu apa yang temannya itu rasakan saat ini, namun dirinya pun tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ini soal hati, bukan soal matematika yang bisa dikerjakan menggunakan rumus.”
°°°
Kring! Bel masuk berbunyi, namun semua murid tidak masuk ke dalam kelas masing–masing, melainkan berkumpul di lapangan sekolah, ada sedikit pengumuman yang akan disampaikan oleh pihak sekolah.
“Selamat pagi anak – anak,“ ucap Kepala Sekolah melalui pengeras suara.
“Pagi, Pak“ sahut murid kompak.
“Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia, tentunya sebagai penduduk Indonesia, kita harus merayakannya. Sehubungan dengan itu, pihak sekolah akan mengadakan beberapa perlombaan yang akan diadakan lusa, setiap kelas wajib mengikut perlombaan ini”.
“ Iya, Pak.”
“Pengumuman selesai, kalian dipersilahkan meninggalkan lapangan."
Semua murid berhamburan keluar lapangan, dan memasuki ruang kelas masing-masing. Di kelas 10 IPA 1 terdengar riuh, membicarakan tentang perlombaan itu.
“Siapa yang mau jadi perwakilan kelas untuk ikut lomba?“ tanya Megan pada seluruh murid yang berada dalam kelas. Namun, tidak ada jawaban.
“WEH GUE NGOMONG SAMA LO SEMUA!“ ucapnya lagi dengan sedikit keras.
Tetap tidak ada sahutan dari siswa yang berada di kelas, mereka tetap asik dengan dunianya sendiri.
“GILA YA NIH KELAS ISINYA ORANG-ORANG TULI KALI YA!” ucap Megan dengan nada tinggi.
“EH, PARA MANUSIA SEJAHTERA, GUE TUH NGOMONG SAMA KALIAN!“ nada bicara Megan semakin tinggi, ia terlihat sangat kesal melihat kelakuan teman-teman kelasnya itu.
“Eh, Ketua Kelas yang adil dan makmur, lo berisik banget sih! udah tenang aja, pokoknya pas perlombaan, pasti ada perwakilan dari kelas ini, udah diam lo jangan teriak-teriak lagi“ sahut Ali menanggapi ucapan Megan yang menggelegar.
Berbeda dari kelas 10 IPA 1, musyawarah diadakan di kelas 10 IPA 2, tidak ada keributan yang mengakibatkan korban jiwa, semua berjalan dengan lancar, aman, dan damai. “Oke, jadi sudah terpilih semua ya untuk perwakilan kelas ini, semoga kita bisa memenangkan perlombaan ini” ucap Ketua Kelas.
"Aamiin, semoga bisa” sahut murid di kelas 10 IPA 2.
“10 IPA 2,“ ucap ketua kelas dengan lantang.
“MEMBANGGAKAN!“ sahut murid kelas 10 IPA 2 dengan diiringi tepuk tangan yang meriah.
°°°°°
Syifa termenung sendiri di kursi panjang yang berada di lorong sekolah, dengan kecepatan yang luar biasa, Adam berjalan menghampirinya dan duduk disebelah Syifa. “Haii.,“ sapanya pada Syifa.
Syifa menoleh tanpa merespon sedikit pun, wajahnya datar saat melihat Adam. Perlakuan gadis itu membuat senyum Adam sedikit memudar. “Lo kenapa, sakit?“ tanyanya ketika melihat wajah pucat Syifa.
“Sakit. Sakit hati," jawab Syifa.
Perlahan tangan Adam mulai merangkul tubuh mungil Syifa, berusaha membuat gadis itu merasa nyaman dengan suasana yang sedang berlangsung “Lo lagi ada masalah? cerita aja, gue siap buat dengarin cerita lo” ucap Adam menenangkan Syifa.
“Gu.. gue..“ baru mulai berbicara, air mata Syifa terjun terlebih dahulu. Ia seolah tidak dapat membendung rasa sedihnya.
“Gue suka sama Rizky, tapi Rizky...“ Adam memberhentikan ucapan Syifa dengan menaruh telunjuknya di atas bibir gadis itu. Bukan Syifa saja yang merasakan sakit hati saat ini, Adam pun merasakannya juga, cintanya pada Syifa harus bertepuk sebelah tangan.
Kedua sudut bibir Adam berusaha untuk menghadirkan senyuman, walau hatinya merasa kecewa, ketika dirinya mendengar gadis yang ia cintai malah mencintai orang lain.
“Kalau lo berani jatuh cinta, maka, lo juga harus siap untuk berkawan dengan sakit hati.“
Syifa menyandarkan kepalanya di bahu Adam, dengan tetesan air mata yang masih membasahi pipi lembutnya, gadis itu berusaha tersenyum.
“Seandainya gue tahu dari awal rasanya akan sesakit ini, lebih baik gue nggak mencintai dia sama sekali”.
Cukup Syifa menyandarkan kepalanya saja dibahunya, membuat Adam senang, apalagi jika memilikinya. Namun dirinya tersadar bahwa pria yang dicintai Syifa bukanlah dirinya.
“So.. Sorry, Dam, gue jadi curhat gini sama lo”. Syifa segera menghapus air matanya dan bangun dari sandarannya.
“Santai aja," sahut Adam.
Dari ujung koridor sekolah, Rizky melihat Syifa dan Adam yang sedang duduk berdua. Bola matanya fokus melihat ke arah mereka. “Katanya suka sama gue, tapi mau di dekatin sama Adam!”.
“Gue ke kelas duluan ya, Dam” ucap Syifa.
“Mau gue antar?” tanya Adam.
“Nggak, nggak usah, gue bisa sendiri” jawab Syifa, lalu bangkit meninggalkan Adam di lorong sekolah.
Adam menghela napasnya kasar, kedua bola matanya masih melihat Syifa yang perlahan mulai menjauh. “Gue semakin yakin buat dapatin lo."
Saat Syifa sedang berjalan menuju kelas, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat Rizky yang berdiri di pinggir tangga. “Lagi nggak mau ngomong sama Rizky” ucap Syifa.
“Lah, itu lo ngomong sama gue” sahut Rizky.
Kedua mata Syifa membulat, tangannya langsung menutup mulutnya.
“Dasar aneh” ucap Rizky dengan tertawa kecil.
Melihat Rizky yang menunjukkan tawanya, membuat kedua sudut bibir Syifa terpancing untuk ikut menunjukkan senyumannya. “Gue sebelumnya, belum pernah lihat lo ketawa” ucap Syifa.
“Oh, ya?"
“Iya, lo nggak pernah ketawa saat sama gue” ucap Syifa.
“Lo ngeselin sih” sahut Rizky datar, lalu berjalan meninggalkan Syifa.
“Ihh kebiasaan! Ninggalin! “ gerutu Syifa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments