Bab 1

Syifa memberanikan dirinya untuk mendekati dan duduk di sebelah Rizky, “Haii,“ sapanya dengan menunjukkan rentetan gigi putihnya.

Rizky memandang Syifa dengan raut wajah bingung, “Lo lagi, mau ngapain sih lo?” tanya Rizky dengan nada sedikit tinggi.

“Gue itu suka sama lo, jadi gue mau dekat sama lo” jawab Syifa jujur.

Seketika Rizky terdiam sejenak. Baru kali ini ada seorang gadis yang berani mengungkapkan perasaannya secara langsung, entah gadis ini kurang waras atau kurang sajen. “Nggak waras lo jadi cewek“ ucap Rizky sinis.

“Waras kok, kalau gue nggak waras nggak mungkin gue dapat beasiswa“ ucap Syifa.

Rizky mengernyitkan keningnya, gadis ini benar-benar berbeda dari gadis lainnya. “Lo suka sama gue?” tanya Rizky.

Syifa menganggukan kepalanya penuh semangat.

“Tapi sayangnya, gue nggak suka sama lo!“ ucap Rizky. Lalu berjalan meninggalkan Syifa.

“Emang salah ya kalo gue suka sama lo? emang salah kalau gue duluan yang bilang suka?“ tanya Syifa dengan suara sedikit keras.

Rizky menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke arah Syifa. “Salah. Lo udah salah suka sama gue, karena gue nggak akan suka sama lo," wajah Rizky terlihat kesal, namun ia tetap menahan emosinya agar tidak memuncak.

“Sekarang lo boleh nggak suka sama gue, tapi suatu saat nanti gue pastiin lo bakal suka sama gue“ ucap Syifa tak menyerah.

Rizky tersenyum sinis “Gue nggak akan pernah suka sama lo,” lalu kembali berjalan meninggalkan Syifa.

Wajah ceria Syifa kini terlihat murung “Kurang apa sih gue? cantik sudah, pintar sudah, tapi kenapa Rizky nggak suka sama gue!" gumamnya sendiri.

“Lo kurang waras” ucap seseorang dari belakang Syifa.

Dengan cepat, Syifa menoleh ke arah sumber suara, dilihatnya gadis cantik dengan rambut yang dikepang satu, “Gue waras kok“ ucap Syifa.

“Kalau lo waras, nggak akan lo bilang suka secara frontal ke Rizky“ ucap Ersya dengan emosi.

Rizky tertunduk lemas. “Apa salah ya kalau gue ngungkapin perasaan?“ lirihnya.

“Ngungkapin perasaan itu nggak salah, lo berhak bilang suka, cuma masalahnya, lo suka ke orang yang salah” ucap Ersya kesal.

Kedua mata Ersya seperti menunjukkan api kekesalan pada Syifa. “Lo cantik, pintar, cowok-cowok disini tuh pada suka sama lo“ tambah Ersya.

“Tapi gue kan sukanya sama Rizky,” ucap Syifa pelan.

Ersya menggelengkan kepalanya, ia benar-benar bingung dengan pemikiran Syifa, “Seterah lo deh ya, gue capek sama lo."

Ersya berjalan meninggalkan Syifa.

Lagi – lagi Syifa ditinggalkan sendiri. Ia terduduk lemas, pria yang ia suka, jelas-jelas bilang tidak menyukainya, hatinya hancur berkeping–keping, namun bukan Syifa namanya jika ia menyerah begitu saja “Gue pastiin, lo bakal suka sama gue."

°°°°°

Kring...! Bel masuk berbunyi. Seluruh murid SMA Trita Unasa memasuki ruang kelas masing-masing, tidak terkecuali Syifa dan Rizky.

“Selamat siang anak-anak” ucap seorang Guru yang baru memasuki ruang kelas.

“Siang, Bapak“ sahut murid dengan kompak.

“Bapak? ada bapak-bapak gaizzz“ goda Eko. Disambut dengan tawa murid lainnya.

Pak Ubin menatap Eko lekat. “Eko, kualat kamu, nanti bapak kutuk jadi kertas origami baru tahu rasa kamu” canda Pak Ubin.

“Mampus lo dikutuk jadi kertas origami” ucap Ali memperkeruh.

“Kotak, berwarna“ sahut Rizky.

“Ampun Pak, saya nggak mau jadi kertas origami, apalagi kalau dibentuk jadi bebek,“ mohon Eko seraya menakupkan kedua telapak tangannya.

Pak Ubin menggelengkan kepalanya. Eko adalah siswa yang unik, ia memiliki jiwa humor yang sangat tinggi, Pak Ubin pun tahu itu, jadi selama Eko masih bercanda di zona yang tidak melebihi batas, tentunya tidak akan menjadi hal serius bagi Pak Ubin.

Berbeda dengan kelas Rizky. Di kelas Syifa nampak hening. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara hikmat, tak ada candaan ataupun suara riuh yang terdengar, seluruh siswa dan siswi mencatat yang ditulis di papan tulis.

“Syifa sini,“ panggil Pak Ridwan.

“Iya pak." Syifa segera menghampiri pak Ridwan.

“Tolong ke kelas sebelah, berikan ini ke Pak Ubin“ ucap Pak Ridwan sambil memberikan amplop berwarna coklat kepada Syifa.

“Iya pak, kalau gitu saya ke kelas sebelah dulu ya“ ucap Syifa.

“Iya," sahut Pak Ridwan.

Syifa melangkahkan kakinya keluar kelas, ia memberanikan diri untuk masuk ke kelas sebelah. Dengan ragu, mau tidak mau, ia harus masuk ke kelas itu, “Permisi pak“ ucap Syifa.

Seluruh pasang mata tertuju pada Syifa yang berdiri di tengah-tengah pintu. Perlahan dirinya menghampiri Pak Ubin. “Saya disuruh Pak Ridwan untuk kasih ini ke Bapak.“ Syifa memberikan amplop coklat kepada pak Ubin.

“Cantiknya," Celetuk salah satu murid.

“Gue baru tau kalau disekolah ini ada bidadari“ timpa murid lain.

“Ini sekolah atau surga sih? kok ada bidadari?” sahut murid lain.

“Ya ampun ukhti cantik itu lagi, adem banget liatnya“ ucap Eko.

“Cantik banget ya, ikhlas gue kalau dia mau sama gue” sahut Ali.

“Oh, dari Pak Ridwan, terima kasih ya.“ Pak Ubin mengambil amplop coklat tersebut. Lalu melihat Syifa dengan tajam. “Sebentar, wajah kamu terlihat asing, kamu anak baru?“ tanya Pak Ubin.

Syifa menganggukkan kepalanya pelan.

“Nama kamu siapa?“ tanya Pak Ubin.

“Syifa, Pak“ jawabnya.

“Oh, ternyata namanya Syifa“ ucap siswa di kelas itu secara kompak, kecuali Rizky.

Syifa dan Pak Ubin melihat ke arah mereka. “Ada yang salah kah?“ tanya Syifa polos.

“Salahnya itu, lo terlalu cantik“ celetuk salah satu murid. Disambut riuh kembali dengan murid lainnya.

Kedua sudut bibir Syifa mengembang. Dipuji cantik oleh orang lain menjadi hal biasa bagi Syifa, bukan untuk pertama atau kedua kalinya ia dipuji cantik, tapi untuk kesekian kalinya, di sekolah lamanya saja ia menjadi pusat perhatian karena memiliki kecantikan diatas gadis-gadis lainnya.

“Saya permisi dulu ya pak,” ucap Syifa.

“Iya nak,” Sahut Pak Ubin.

“Yah, jangan pergi dong” ucap salah satu murid.

“Iya sini aja” sahut Ali.

Syifa berjalan keluar kelas dengan senyumnya yang tertahan.

“Kalian itu ya, kalau lihat cewek aja langsung ribut, sudah kayak lihat pisang saja“ ucap Pak Ubin kepada murid yang berada di kelas.

“Pada genit banget sih!” ucap Megan, si ketua kelas dengan penuh penekanan.

“Bilang aja lo iri, minta dipuji tuh” sahut Eko.

“Sudah, sudah, kok malah pada ribut” ucap pak Ubin menenangkan keduanya.

°°°°°

Syifa duduk di kursi panjang dekat lorong sekolah, ia sengaja tidak langsung kembali ke kamar asrama, ia lebih memilih baca buku dan mendengarkan sebuah lagu sendirian.

Syifa mengambil earphone dari tas dan memakai di kedua telinganya. Sebuah novel ditangannya pun mulai terbuka. Kondisi sekolah yang sepi dan sunyi membuat Syifa terbuai dalam lantunan lagu yang sedang ia dengarkan, tanpa sadar Syifa menyanyikannya.

I have been in the shadows

Water's thick as shallow heart

And you where there

Everything is lovely here

And just wait baby, i'm in love

Can't i fall in love again?

Baby, you're the one i needed

To take it all away .. this pain

Can't you fall in love in me?

Tell me that you care for me

So, when i close my eyes

Will you be there ?

To let me know that all Will be okay

Can't i fall in love again..

This way with you..

Saat Syifa sedang terbuai dalam lagu yang ia dengarkan, tiba-tiba ada suara tepuk tangan yang hadir. Sontak suara itu membuat Syifa tersadar dan menoleh ke arah sumber suara.

Pria berkulit putih, dan berwajah tampan berjalan menghampiri Syifa seraya bertepuk tangan. Dengan erat Syifa memegang ujung roknya, ia mengigit bagian bibir dalamnya kuat-kuat, wajahnya memerah, ia benar-benar malu, ternyata ada seseorang yang mendengarkannya bernyanyi.

“Suara lo bagus” ucap pria itu ketika berdiri di depan Syifa.

Syifa diam sejenak, ia mencopot earphone yang masih terpasang di telinganya, lalu bangkit dari duduknya.

“Lo mau kemana? kok udahan nyanyinya?” tanya pria itu, melihat Syifa yang bangkit dari duduknya dan ingin beranjak pergi.

“Nyanyi lagi aja, suara lo bagus tau, sorry ya gue jadi ganggu lo nyanyi“ tambah pria itu.

Kedua sudut bibir Syifa mengembang sedikit, lalu, kembali berjalan meninggalkan pria itu.

Senyum manis keluar dari dari sudut bibir pria itu saat melihat Syifa yang pergi meninggalkannya. “Nama gue Adam, nama lo siapa?” tanya pria itu dengan sedikit keras.

Syifa menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah pria itu, “Syifa,“ jawabnya singkat, kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ke kamar Asrama.

Terpopuler

Comments

Indriya

Indriya

novel bingung...yg baca ikut bingung..bolak balik ky gorengan.😁

2020-06-23

0

Zahira Vini

Zahira Vini

di ulang???

2020-05-14

0

Hestidanangriyadi

Hestidanangriyadi

ko diulang lagi thor

2020-05-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!