Pengantin Pengganti

Pengantin Pengganti

Episode 1

"Ayah ..., ampun Ayah ..., sakit ...." jerit seorang gadis yang tak lain adalah Jenni. Hampir tiap hari gadis cantik itu diamuk oleh Ayah kandungnya sendiri, Murat. Dia yang terlahir sebagai wanita begitu tak diharapkan oleh sang Ayah yang menginginkan anak laki-laki. Akibatnya dia kerap diamuk oleh sang Ayah.

Di ruangan yang sama, wanita yang bernama Aretta Libry berdiri tak jauh dari pintu kamar Jenni. Dia hanya menjadi penonton di sana. Aretta adalah Ibu sambung Jenni, juga wanita yang dulu Jenni panggil Tante saat Jenni masih kecil. Aretta dan Murat kerap menyiksa Jenni, menganggap Jenni sebagai anak pembawa sial. Boleh dikata Jenni bukanlah anak pembawa sial karena pada dasarnya tidak ada anak yang dilahirkan dengan takdir seperti itu.

"Sudah aku tegaskan! Berhenti kau memanggilku dengan panggilan Ayah!" bentak lelaki tua yang tak lain adalah Murat.

"Sayang, ayo cepat nanti kita terlambat!" Aretta mengingatkan Murat. Aretta adalah adik perempuan dari wanita yang telah melahirkan Jenni, namanya Adaline. Sejak dulu Aretta mencintai Murat, namun dia bisa memiliki Murat setelah kematian sang Kakak, Adaline.

"Tunggu sebentar, Honey. Aku harus memberinya pelajaran sebelum pergi. Dengan begitu dia tidak akan berulah lagi!"

ucap Murat yang nampak murka.

Berulah? Apa yang Jenni lakukan sehingga dia disebut berulah. Dia tidak melakukan apa-apa. Dia di kamar terus sejak semalam. Yang berulah itu Ketty, sepupu Jenni yang kini menjadi Kakak tiri Jenni.

Murat kembali melayangkan cambuk di tubuh Jenni. Jeritan ampun yang keluar dari mulut sang putri tak menghentikan Murat, justru sebaliknya. Pria itu semakin membabi buta putrinya yang malang. Merasa puas, Murat meninggalkan Jenni di kamar dalam kondisi tubuh yang babak belur. Sementara dia, Aretta dan Ketty ke suatu tempat. Mereka pergi tanpa mengajak Jenni yang malang. Jenni pun tak meminta diajak, dia justru senang ditinggalkan di rumah seorang diri.

Menangis meraung-raung, Jenni memukul dadanya yang terasa sesak. Dia tak meminta dilahirkan, dia juga tak meminta dibesarkan. Jika memang tidak menginginkan dia, kenapa mereka tidak mengusirnya dari rumah. Kenapa mereka membiarkannya tinggal di rumah mewah namun tak ada kedamaian di dalamnya.

"Mama ..., aku lelah Mama aku lelah ...." jerit Jenni seraya memukul dadanya yang terasa sesak.

Kali ini Jenni berniat kabur dari rumah. Toh dia sudah lulus sekolah. Bertahan di rumah orang tuanya juga sama saja, dia tetap akan terus diamuk. Bahkan mungkin nasibnya akan semakin menyedihkan. Hanya bermodal beberapa pakaian, juga sedikit uang tabungannya, Jenni kabur dari rumah. Dia mencari kontrakan murah untuk dia tinggal sementara waktu. Kelak, saat dia sudah menemukan pekerjaan, dia akan menyewa kontrakan yang lebih layak.

Tinggal di gang sempit, membuat Jenni tak merasa menderita. Dia senang berada di lingkungan baru. Malam menyapa, Jenni menarik langkah menuju jendela yang kebetulan terbuka, langkahnya seketika terhenti saat seorang pria tiba-tiba masuk. Jenni berniat meminta tolong namun pria yang masuk ke dalam kamarnya lebih dulu membungkam mulutnya.

Tak berapa lama terdengar langkah kaki, samar-samar terdengar seorang pria mengumpat. Mendengar itu Jenni semakin takut, ketakutannya perlahan menghilang bersamaan dengan perginya para pria di luar kamarnya.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menakuti mu tapi jendela kamarmu terbuka jadi aku masuk!" lirih pria yang tidak dikenal siapa namanya itu. Dilihat dari parasnya juga postur tubuhnya, sepertinya dia pria dewasa.

"Namaku Daniel Barram, kamu bisa memanggilku Daniel." beritahu pria tadi agar Jenni tidak takut padanya.

"Kak Daniel, Kakak sepertinya terluka. A_aku tidak punya P3K di sini, ayo kita ke rumah sakit." Jenni terlihat gemetar. Walau dia tidak mengenal pria asing itu tapi luka yang terus mengeluarkan darah itu membuat Jenni takut, takut bila pria yang kini bersamanya itu meninggal di kamarnya. Jenni tidak mau masuk penjara, dia masih mau menghirup udara segar.

"Sebentar lagi, tunggu orang-orang tadi menjauh dari sini!" ucap Daniel menahan sakit.

Setelah beberapa saat bersama, Daniel mengeluarkan kartu namanya sebelum pria itu pergi meninggalkan Jenni di kontrakannya. Belum juga Jenni menutup pintu, Daniel kembali lagi.

"Kamu harus ikut denganku!" Daniel menarik tangan Jenni. Jenni tak ingin meminta tolong, takut dia disangka melukai pria yang menyeret nya pergi.

Berjalan sedikit jauh, Daniel akhirnya sampai di tempat dimana dia memarkirkan mobilnya . Dia dan Jenni pun masuk ke dalam mobil. Melihat darah mulai banyak yang keluar, Jenni merasa takut. "Kak Daniel, biarkan aku yang menyetir. Kakak cukup katakan di rumah sakit mana yang akan kita datangi." ujar Jenni memberanikan diri.

"Kamu bisa menyetir?" tanya Daniel meringis kesakitan.

Jenni mengangguk. Daniel dan Jenni mulai bertukar tempat duduk. Daniel tak menyangka, gadis kecil yang kini bersamanya pandai menyetir. Bahkan dia melajukan mobil seperti pembalap. Hingga dalam sekejap mereka sampai di apartemen Daniel.

Jenni terdiam di dalam mobil, sementara Daniel sudah turun dari mobil. Melihat Jenni tak kunjung turun, Daniel membuka mobil. "Apa kamu akan bermalam di dalam mobil?"

"Hah?" Jenni masih merasa seperti sedang dalam mimpi.

"Ayo turun, lukaku semakin mengeluarkan darah." beritahu Daniel.

Jenni segera turun. Dia berjalan di samping Daniel. Masuk ke dalam apartemen, Daniel segera menarik langkah ke kamarnya. Juga tak lupa mengajak Jenni.

"Sekarang kamu istirahat di sana, setelah lukaku diobati aku akan menunjukan kamarmu" jelas Daniel menunjuk tempat tidur king size, sementara dia merebahkan diri di sofa.

Tak berapa lama, dua orang dokter masuk ke kamar Daniel, mereka segera menjahit luka Daniel. Tanpa mereka sadari, ada gadis kecil yang memperhatikan mereka. Jenni, gadis itu masih terjaga. Dia percaya pada Daniel tapi tidak sepenuhnya percaya. Terlebih ada pria lain yang tidak mengenakan baju dokter namun dengan lihai menjahit bagian yang luka itu.

"Siapa yang melakukan ini?" tanya Aaron, dokter tampan namun play boy.

"Aku juga tidak tahu." jawab Daniel cepat.

Jenni tiba-tiba bersin bersin. Membuat Aaron dan Domain menoleh padanya. Keduanya saling tatap setelah melihat Jenni di tempat tidur Daniel. Penasaran, Aaron mendekati Jenni yang ketakutan.

"Jangan takut, aku orangnya baik. Percaya padaku, jika kau ragu, tanyakan saja pada temanku, iya kan Domain." Aaron melirik Domain sejenak.

"Aaron, Domain, sekarang kalian pulang," usir Daniel yang tak ingin Jenni ketakutan.

Aaron mendengus kesal, sementara Domain hanya menampilkan senyum pada Jenni yang memainkan jari jemarinya. "Cantik, ganteng pulang dulu ya. Nanti besok ganteng datang lagi." ucap Aaron sebelum keluar dari kamar Daniel.

Sepeninggal Aaron dan Domain, Daniel menghampiri Jenni. "Jangan takut, mereka itu orang baik. Pria yang harus kau takuti adalah aku, karena aku seorang pembunuh." jelas Daniel.

Terpopuler

Comments

Afria Susanti

Afria Susanti

cantik imut

2023-08-06

1

Selviana

Selviana

Mampir juga di novel aku yang berjudul Memiliki Anak Tapi belum menikah.

2023-01-09

0

Laras Azfar

Laras Azfar

akhir nya ketemu jg thor

2023-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!