Episode 5

Jenni yang pada dasarnya orang kaya, tentu tahu bagaiman orang kaya saat makan. Mama Aora yang melihatnya pun bertanya tanya, darimana dia mempelajari itu sementara dia baru satu hari bekerja di apartemen Daniel.

Namun dengan senyum mengembang, Jenni menjawab dia mempelajari itu semua di televisi. Mengatakan bahwa dia sering menyaksikan drama dimana orang kaya makan. Jenni tak ingin ayahnya semakin membencinya sehingga dia menyembunyikan identitasnya. Bahkan dia tak memberitahu Aaron tentang siapa dia yang sebenarnya. Siapa ayahnya dan apa pekerjaan ayahnya.

"Sayang .., jika kamu tidak keberatan, Mama mau kalian segera menikah!" ujar Mama Aora penuh harap.

"Semuanya tergantung dari Jenni, Mah. Aku serahkan semuanya pada dia," jawab Aaron tersenyum.

"Sayang, jangan lama-lama ya. Mama sudah tidak sabar memiliki menantu," pinta Mama Aora.

Suami Mama Aora, Herkulles, pria itu hanya bisa tersenyum. Dia pun sama dengan istrinya, ingin melihat putra mereka menikah. Selain itu, mereka juga menginginkan cucu yang nantinya akan mereka rawat dengan kedua tangan mereka sendiri.

"Iya, Tante." Jenni tersenyum malu.

Usai makan malam bersama, Mama Aora dan Papa Herkulles kembali ke rumah sementara Aaron membawa Jenni jalan-jalan sebelum membawa Jenni pulang di apartemen Daniel. Saat jalan-jalan, Aaron memberikan Jenni ponsel baru, tentu Jenni menolak namun Aaron kekeh hingga mau tidak mau Jenni menerimanya.

Bukan kekayaan Aaron yang membuat Jenni yakin pada pria itu, namun ketulusan dan keseriusan Aaron dan juga tutur kata orang tua Aaron yang lemah lembut yang membuat Jenni yakin. Tiba di apartemen, Aaron mengantar Jenni hingga di depan apartemen Daniel. Dia ingin mampir lalu berbincang dengan sahabatnya, Daniel, namun panggilan mendadak dari rumah sakit membuat Aaron harus segera pergi dari sana.

"Hati-hati, Kak," ucap Jenni untuk pertama kalinya dia merasakan cinta yang tulus.

Aaron tersenyum, ia melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam lift. Jujur, dia masih ingin duduk berdua dengan Jenni tapi mau bagaimana lagi, dia memiliki tugas penting di rumah sakit.

Jenni masuk ke dalam apartemen setelah Aaron masuk ke dalam lift, di dalam dia mendapati Daniel di sofa sedang menyaksikan siaran di televisi. Menyadari kehadiran Jenni, Daniel menatap Jenni sekilas.

"Jenni, tolong buatkan aku makanan, aku lapar!" titah Daniel.

"Baik, Tuan," balas Jenni, segera dia ke dapur setelah meletakkan tasnya di kamar. Perlahan namun pasti, Jenni memasak untuk majikannya itu. Tak berapa lama, dia sudah selesai membuatkan makanan untuk sang Boss. Selesai menata makanan di atas meja, Jenni menghampiri majikan nya.

"Bagaimana tadi? Lancar?" tanya Daniel sesaat setelah mendudukkan bokongnya di kursi.

"Lancar, Tuan," balas Jenni seraya mencuci wajan bekas memasak.

"Apa rencana kalian selanjutnya?" tanya Daniel tak segan. Sekali lagi dia menganggap Jenni sebagai adiknya maka dia akan bertanya seperti keluarga.

"Orang tua Kak Aaron meminta kami segera menikah tapi ...." Jenni ragu melanjutkan.

Daniel mengernyit, dia menunggu kelanjutan kalimat Jenni. "Tapi apa? Kamu ragu?"

Jenni menggeleng.

"Aku mengenal Aaron, dia baik, orang tuanya juga baik. Kamu akan diperlakukan dengan baik di sana" ungkap Daniel.

"Apa Tuan tidak mau aku bekerja di sini lagi?" tanya Jenni serius.

Daniel terkekeh. "Kamu pernah menolongku, maka aku pun akan menolong mu. Dan pertolongan dariku adalah menikahkan kamu dengan pria yang akan menjadikanmu ratu dalam istananya"

Jenni terharu. Sekali lagi dia tidak menyesal kabur dari rumah. "Tuan, terima kasih. Terima kasih untuk kebaikan Tuan dan Nyonya," ungkap Jenni dengan manik mata berkaca kaca.

Daniel tersenyum sebelum melanjutkan aktivitas makannya. Dia meminta Jenni beristirahat, tak perlu menunggunya, nanti biar dia cuci sendiri piring kotornya. Jenni mengangguk, segera di menarik langkah ke kamar. Di kamar dia menatap ponsel yang diberikan Aaron padanya. Terbesit rasa ingin menghubungi sang Ayah karena nomor ponsel pria tua itu diingat jelas oleh Jenni.

Walau ragu, Jenni tetap menghubungi sang Ayah. Tak berapa lama dia mendengar suara pria di ujung telepon. Tanpa sadar air mata Jenni menetes, segera Jenni menyekanya.

"A-ayah ..," lirih Jenni pelan.

"Aku kira kamu sudah mati! Ternyata belum. Ada apa kamu menghubungiku? Mau minta uang? Jangan harap, Jenni! Sekalipun kamu putri kandungku namun tak sedikitpun aku sudi hasil kerjaku digunakan olehmu. Kamu hanyalah anak pembawa sial. Karena Kamu istriku meninggal! k

Karena kamu aku hampir mati!"

Jenni terdiam setelah mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut ayahnya. Dia yang awalnya ingin meminta restu seketika mengubur niatnya. Setelah mendengar ayahnya mengumpat hingga menyumpahinya, Jenni memutuskan panggilan telepon. Menangis, Jenni memeluk gulingnya.

Waktu berlalu, sudah hampir satu bulan Jenni tinggal di apartemen Daniel. Hubungan Daniel dan Jenni seperti Kakak beradik, begitu juga hubungannya dengan Monca. Monca mulai menyempatkan waktu di apartemen walau hanya sekedar makan bersama Daniel. Dia juga tak segan mengajak Jenni jalan-jalan. Alasan kenapa Monca baik pada Jenni juga tidak ada yang tahu selain dia sendiri.

Pagi hari, setelah dari rumah sakit, Aaron datang menjemput Jenni. Pria itu mengajak Jenni ke Mall, dia akan membelikan Jenni sesuatu yang Jenni sukai. Apapun itu, selama Jenni bahagia, Aaron akan penuhi.

Tak ingin dibilang matre, Jenni memilih pakaian non formal yang harganya tidak terlalu menguras isi ATM. Tentu hal itu membuat Aaron tertawa. Keduanya juga pergi ke taman bermain, bermain bersama dan tertawa bersama. Saling berpegangan tangan, Jenni berharap Aaron adalah pangerannya, yang akan menjadikan dia ratu satu satunya dalam istana yang akan mereka bangun nantinya.

Di Pinggir jembatan, Aaron mengambil foto Jenni yang sementara menikmati es krim. Senyum Aaron mengembang setelah melihat hasil karyanya.

"Kamu cantik, imut, dan menggemaskan" ucap Aaron.

"Kak Aaron, aku sudah siap menikah" beritahu Jenni. Hampir sebulan dia memikirkan tentang lamaran Aaron, dan hari ini dia mengambil keputusan besar dalam hidupnya.

"Benarkah?" Aaron memeluk erat Jenni. "Ayo kita coba gaun pengantin," ajak Aaron. Dia sudah tidak sabar menikah wanita pujaannya itu. Wanita pertama yang membuatnya menjadi pria setia. Wanita yang berhasil membuat seorang play boy menjadi pria setia setelah Daniel.

Jenni mengangguk. Keduanya pun pergi mencoba gaun pengantin. Pilihan Jenni jatuh pada gaun putih yang terlihat begitu indah. Saat dia mencobanya, dia terlihat seperti putri raja. Hal itu dibenarkan oleh tatapan Aaron yang tak lepas dari Jenni yang begitu cantik.

Saat keluar dari butik, Jenni melihat sang Ayah bersama seorang wanita yang usianya masih muda. Jenni yakin, itu pasti selingkuhan ayahnya. Dia tak ingin ikut campur, sehingga dia hanya diam saja tanpa menyapa. Toh dia akan diamuk bila menyapa sang ayah di tempat umum.

Keluar dari bangunan yang menjulang tinggi, Aaron tiba-tiba menerima panggilan dari rumah sakit, segera Aaron menjawabnya.

"Baik, aku akan segera ke sana!" ucap Aaron pada rekan kerjanya yang tadi menghubunginya.

"Honey, maafkan aku, tapi aku harus kembali ke rumah sakit sekarang," ucap Aaron menatap Jenni.

Jenni tersenyum. "Ya sudah, sekarang Kakak pergi. Aku bisa naik Taxi."

"Tidak, aku akan mengantarmu pulang," jelas Aaron.

Jenni kembali tersenyum. "Tidak perlu. Sekarang Kakak ke rumah sakit saja, di sana ada yang membutuhkan bantuan Kakak."

Aaron mengangguk. Segera pria itu masuk ke dalam mobil. Sepeninggal Aaron, Jenni mencari Taxi. Di waktu yang sama, dia melihat ayahnya masuk ke dalam mobil bersama seorang wanita. Mata Jenni membulat sempurna saat mengetahui siapa wanita bergelayut manja pada sang Ayah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!