Menunggu Cinta Kembali
Tak terasa waktu sudah dilalui begitu banyak oleh kedua anak manusia. Andra anak sulung Bimo dari istri sebelumnya menjadi jembatan yang mempertemukan ayahnya dengan mami baru. Leela.
Sepasang manusia yang tengah mengenang masa-masa pertama mereka bertemu itu saling tersenyum. Saling merengkuh untuk memeluk satu sama lain. Bahkan keringat bekas tempur pun belum benar-benar kering.
"Terima kasih sudah menemaniku membesarkan Andra dan anak-anak kita."
Iya sekarang putra mereka bukan hanya Andra. Sekarang bocah gembul yang selalu merengek meminta dibuatkan adik itu sudah memiliki pengikut. Yaitu ketiga adiknya yang bernama Kean Aditya Kusumo, Shafia Aditya Kusumo dan Leo Aditya Kusumo.
Jarak Andra dan Kean adalah enam tahun. Jarak dengan Shafia sembilan tahun dan jarak dengan si bungsu adalah dua puluh tahun . Siapa mengira dia akan punya adik lagi saat dia sudah duduk dibangku kuliah. Sekarang adiknya sedang berusia dua setengah tahun.
"Kalau aku gak bertemu Andra pasti ceritanya akan berbeda ya?" Leela melirik sang suami yang mengangguk.
"Mungkin juga kita tidak akan memiliki crew tambahan sekarang," kekeh Bimo saat mengingat istrinya cemberut karena hamil lagi. Hamil yang tidak disangka-sangat karena Leela pikir ia tidak akan hamil lagi.
"Aku lupa kb waktu itu. Kasian Andra kalau jalan membawa Leo tampak seperti ayah muda ya," kekeh Leela.
"Ya anggap saja Leo cucu kita dan kita akan membuat adik lagi untuk Andra."
Leela memicing saat suaminya memberikan tatapan bahaya. Tatapan ingin menambah anggota keluarga baru, tentunya dengan cara kembali berperang di atas ranjang.
Dulu gak mau bahkan sampai berbulan-bulan istrinya hanya jadi penghias ranjang. Sekarang Bimo sering protes saat sang istri mendapat tamu bulanan.
"Mas," kekeh Leela saat bibir sang suami mulai menyentuh bagian telinga membuat ia geli.
"Gak adil kalau Leo gak punya adik seperti kakak-kakaknya," bisik Bimo.
Sayangnya dia harus mendengus kesal saat mendengar bel kamar berbunyi.
"Maaf mengganggu, Pak. Den Leo nangis terus katanya mau tidur sama ibu," kata pengasuh Leo dari interkom.
"Ck! Kenapa sih Leo selalu pindah di jam-jam kerusial," ujar Bimo sambil turun dari ranjang dan mengenakan kembali baju tidurnya.
Begitu pun Leela yang segera beranjak ke kamar mandi sebelum anak bungsunya masuk.
Leela keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Ia tersenyum pada Bimo yang memberengut dan mantap sang anak. Bukannya tidur, Leo malah menunggu maminya keluar dari kamar mandi.
"Tidur, besok kita akan menghadiri wisudanya kak Andra." Bimo mengusap wajah sang anak agar terpejam.
"Jangan gitu dong, Mas. Kasian Leo, capek loh kita bikinnya."
Bimo membalikkan badan dan memunggungi istri serta anaknya. Namun saat sudah mendengar dengkuran halus dari Leo dan sang istri, dia pun berpindah ke samping istrinya. Memeluknya dari belakang.
"Mas," protes Leela yang merasa tidurnya akan terganggu.
"Besok aja serangan fajar," bisik Bimo lalu mengecup puncak kepala sang istri dan terlelap bertiga.
Sesuai niat semalam Bimo hendak melakukan serangan fajar pada sang istri. Akan tetapi lagi-lagi harus gagal karena pintu kamar yang diketuk.
"Pi, Mi sudah bangun?" itu suara Andra dari interkom.
"Gak sulung gak bungsu ganggu terus," dengkus Bimo sambil membuka pintu. Melihat putranya berdiri di depan pintu kamar Bimo kembali mendengus. "Masih subuh Andra. Apa cari mami?"
"Dih papi kok marah-marah." Andra melongokan kepala untuk melihat situasi di dalam. Pantas subuh-subuh wajah papinya tidak segar. Rupanya tidak mendapat jatah. "Diganggu Leo ya?" Andra menutup mulutnya agar tidak tertawa. Membuat Bimo semakin kesal.
"Kenapa cari mami?" Seperti biasa di depan sang anak Bimo akan menunjukan sikap dingin. Apalagi ketika sang anak mengganggu kebutuhan bilogisnya.
"Pi kalau marah-marah terus nanti papi cepat tua. Nanti mami cari yang lebih muda dari papi loh."
"Kak, ada apa?" tanya Leela sambil menggosok mata dan menyingkap selimut.
"Itu, Mi, pakaian aku buat wisuda."
"Kenapa? kan sudah digosok sama pelayan."
"Gak perfect seperti hasil mami. Ayo lah mi maaf kalau aku harus mengaggu mami subuh-subuh."
Leela tersenyum karena Andra selalu membutuhkan dirinya. Dia sempat mengira Andra akan berubah setelah mulai mengerti bahwa ia hanya seorang ibu kandung. Akan tetapi dugaannya salah. Andra selalu manja pada dirinya. Selalu mengungkapkan kalimat manis bahkan lebih manis dari papanya.
Jika Andra memuji dengan tulus, lain halnya dengan Bimo yang memuji karena modus meskipun katanya tulus.
***
"Wajahnya gak perlu tegang gitu, Pi." Andra masih ingin menggoda papanya di dalam mobil menuju tampat wisuda.
Bimo mendelik. Andai di dalam mobil hanya ada Dia dan si sulung sudah pasti Bimo akan menimpali ucapan anaknya. Akan tetapi di dalam mobil tidak hanya ada mereka. Melainkan ada ke dua orang tuanya yaitu Pak Wijaya dan Bu Tresna serta sang istri.
Andra tertawa tanpa suara melihat wajah papinya. Kemudian dia iseng mengirim pesan.
"Inget, Pi. Mami masih muda, jangan sampai dia merasa sengsara karena papi cepat tua."
Bimo berdehem setelah membaca pesan dari anaknya.
"Tenggorokan kamu sakit, Mas? Ya ampun kamu itu pasti kurang banyak minum. Sudah aku bilang minum air putih itu penting," cerocos Leela mengomeli suaminya. Tidak tapi saja bahwa suami dan anaknya tengah berperang melalui tatapan.
Adra yang duduk di samping sopir semakin tertawa. Berbeda dengan sang ayah.
Sampai di tujuan mereka turun di depan pintu masuk utama. Sedangkan sopir mencari tempat parkir yang aman untuk mobil tuannya.
Leela membenahi pakaian Andra agar terlihat rapi. "Sudah tampan," pujinya.
Sedangkan Tresna mengamati wajah Bimo. "Kamu sakit, Bim. Dari tadi tegang amat. Masa anaknya mau wisuda wajah kamu kayak gitu. Senang dong."
"Tau nih. Kayak gak senang aja anaknya lulus. Takut ya jabatan pindah ke pundak anakmu," timpal Wijaya yang terakhir turun.
Bimo tersenyum meski kaku.
"Jangan-jangan semalam kamu gak dapat jatah," bisik Wijaya saat mereka berjalan di belakang istri masing-masing.
Andra dan keluarganya terpisah tempat duduk. Ia ikut berbaur bersama teman seangkatannya yang sama-sama akan diwisuda.
"Wiiihhhh anak orang kaya. Komplit bener yang hadir," kata Sandi teman akrabnya.
"Gak komplitlah, si cantik gak ada." teman Andra yang bernama Hakim ikut bersuara.
"Tunggu, si cantik yang dimaksud itu ada dua. Adiknya atau sepupunya."
Sepupu yang dimaksud adalah Kia anak Shepa dengan almarhum Wiji.
Ya gadis itu tumbuh menjadi perempuan cantik yang berkepribadian baik. Selalu menebar senyum pada siapa pun. Pesonanya membuat teman-teman Andra sering berebut untuk mendapat perhatiannya.
Ya dia dan Kia memang sering terlihat jalan bersama. Bahkan banyak yang mengira mereka adalah sepasang kekasih.
"Adiknya lah. Ya kali gue muji cantik sama ehemnya dia. Bisa hilang gigi gue nanti. Dia gak datang?"
"Tunggu dulu, dari tadi kamu bicara gak jelas banget. Yang dimaksud gak datang itu Kia apa Shafia?" tanya Andra.
"Ya elah masih nanya ini. Kalau tadi iya gue nanyain adik lo, Shafia. Nah sekarang nanyain ehemnya."
Andra hanya tersenyum. Dia tak pernah menyangkal ucapan teman-temannya tentang dia dan Kia. Namun juga tidak membenarkan.
Suara MC yang sudah terdengar mengakhiri percakapan anak-anak muda itu. Meraka duduk pada kursinya masing-masing.
Kisah Andra akan dimulai. Apakah Kia akan menjadi tempat Andra berlabuh atau akan ada perempuan lain.
Pernikahan antar sepupu tidak diharamkan 'kan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Rachmawati 8281
Shepa jodoh ma Kak Wiji toh, ga dapat kk nya adiknya pun jadi ya kak Wiji...
lanjoot kak
2023-01-03
0