Kia yang tidak peka

Pasport dan Visa untuk keluarga Bimo telah selesai di urus. Ada uang apa pun jadi mudah.

"Dua hari lagi kira akan berangkat ke Swis," kata Bimo sambil mengendurkan dasi dan ikut duduk di samping sang istri.

"Hore liburan," kata Shafia dengan semangat.

"Kean, kamu gak mau ikut liburan?" tanya Leela kala melihat putranya tidak seantusias Shafia.

"Gimana ya, Mam. Sebenarnya aku sudah punya planing liburan sendiri," jawab Kean.

Leela menatap suaminya untuk meminta pendapat. Dia tidak bisa mengambil keputusan satu pihak. Ada suami yang harus ia hormati.

"Kita jarang liburan bersama, untuk kali ini papi ingin kamu ikut juga. Sepulang dari Swish kamu boleh lanjutkan planningnya."

"Oke."

"Andra mana?" tanya Bimo.

"Lagi jalan sama Kia," kata Shafia dengan tangan dan mulut yang sama-sama sibuk.

Bimo menggelengkan kepala dan beranjak ke dalam kamar diikuti sang istri. Ia pun mempertanyakan soal perempuan yang disuaki Andra pada istrinya. Berdiskusi tentang kemungkinan jika itu adalah Kia.

"Sepupu bisa menikah?" tanya Bimo.

"Bisa, Aku sih kurang paham secara runci tentang ilmunya tapi memang bisa kok."

"Kalau kita menikahkan mereka apa kata orang nanti."

"Ya ampun kok sudah kepikiran tentang pernikahan Andra sih. Serasa aku sudah tua," kekeh Leela sambil menyiapkan pakaian ganti suaminya.

Sedangkan orang yang menjadi topik perbincangan tengah keluar masuk toko di sebuah pusat belanja. Tangan kiri dan kanan sudah memegang tas belanja.

"Aku senang banget kalau jalan sama kak Andra," kata Kia saat mereka mampir ke rumah makan.

"Apa bedanya kalau jalan sendiri. Kan sama-sama belanja."

"Beda lah, kalau sama kak Andra aku bebas beli yang aku mau karena ditraktir. Kalau belanja sendiri itu suka kepikiran takut uang papa Arga habis."

"Terus kalau uang Kak Andra habis gak papa?"

"Gak papa lah kan papi Bim orang kaya," kekeh Kia tanpa rasa bersalah. "Malah aku tuh sering kepikiran mau minta ditraktir saham tempat belanja ini," lanjut Kia.

"Sembarang," kekeh Andra. "Ada syaratnya kalau mau di traktir saham."

"Apa itu." Kia langsung semangat mendengarnya. Ya meskipun ia tidak sungguh-sungguh meminta ditraktir saha.

Tiba-tiba bibir Andra menjadi kelu untuk mengucapkan syarat permintaan dari Kia. Detak jantung ikut berdebar kencang serta tangan yang gemetaran.

Andra dan papinya memiliki kesamaan yaitu sama-sama sulit mengungkapkan kata cinta. Namun jika membuktikan dengan tindakan keduanya sama-sama pandai.

"Minta nomor cewek lagi," tebak Kia karena Andra hanya diam saja.

"Nah itu," jawab Andra spontan.

Seketika dia menggerutu dalam hati. Mengutuk Kia yang tidak peka pada perasaannya. Dan yang lebih bodoh Andra mengiyakan tebakan Kia.

Sesudah mengantar Kia pulang Andra langsung masuk ke dalam kamar. Berdiri di depan cermin kemudian latihan mengungkapkan kata cinta.

"Astaga aku begitu payah. Padahal hanya bilang, Kia aku mencintaimu," rutuknya kesal di depan cermin

"Kia kenapa sih kamu itu tidak mengerti perasaanku."

"Kiaaaaa!"

Andra mengeram kesal. Padahal dia tampan, banyak perempuan yang terpesona oleh dirinya tapi kenapa hanya Kia yang membuat dirinya kalang kabut karena sikap tidak peka perempuan itu.

"Kiaaaa ..." Andra langsung berbalik ketika pintu kamarnya terbuka dan Kean berdiri di sana. "Ngapain kamu?" Anda langsung memasang wajah jutek karena kepergok adiknya.

"Santai kali, Kak. Dipanggil papi tuh."

"Ok."

"Kak!" Kean menahan pundak sang kakak.

Andra menoleh tanda bertanya.

"Naksir sama Kia ya? Aku kasih tahu papi ya,?" Kan menarik turunkan alis. "Pi Kak Andra naksir ...." Kean langsung meninggikan suaranya. Untung Andra sigap membekap mulut adiknya.

"Sudah sama-sama dewasa kok teriak-teriak," omel Bimo yang kebetulan lewat depan kamar putra sulungnya. "Andra papi mau bicara. Di tunggu di ruang keluarga."

Usai Bimo turun lebih dulu, Kakak dan Adek itu saling sikut. Meskipun badan Andra lebih besar tapi Kean juga tidak ingin kalah.

Leela menggelangkan kepala melihat tingal kakak beradik itu. Kean sebagai anak pertama yang lahir dari rahim Leela sering protes karena perhatian Leela pada Andra.

Andra yang sudah mengetahui kecemburuan adiknya malah melunjak dan menjadi-jadi. Sekarang dia duduk di samping sang ibu dan meletakan kepala di pangkuanya.

"Andra, dua hari lagi kita berangkat ke Swis. Papi ingin kamu kuliah S2 di sana. Kamu pelajari perkembangan bisnis di sana untuk kamu terapkan diperusahaan kita. Ingat papi ingin yang terbaik dari kamu."

Kalau kata orang kehidupan Andra begitu menyenangkan, memiliki orang tua yang kaya tentu Andra tidak akan merasakan tekanan hidup seperti pada umumnya. Namun yang terjadi sesungguhnya, Bimo tidak memberikan kemewahan secara cuma-cuma. Semua anaknya dituntut untuk brprestasi dan berprilaku yang tidak membuat nama keluarga akan tercoreng.

Sebenarnya tuntutan itu jauh lebih berat bagi Andra dan kedua adiknya. Sebab ia tidak bisa berprilaku bebas seperti teman-teman sebayanya.

"Akan aku usahakan, Pi." Kalau sudah berbicara dengan Bimo, Andra akan melepaskan sisi manja pada ibunya. Hal itu membuat Leela semakin sayang pada dirinya.

"Oke, papi pegang ucapan kamu dan ini papi katakan bukan hanya pada Andra sebagai anak sulung. Tetapi pada Kean juga Shafia. Kalian tahu sendiri reward seperti apa ketika kalian mampu mengharumkan nama keluarga kita."

Andra dan kedua adiknya saling tatap.

"Apa yang papi lakukan semata untuk kebahagian kalian di masa depan, Nak. Mungkin saat ini kalian merasa terbebani tapi suatu hari kalian akan berterima kasih pada papi," kata Leela ikut menambahkan.

Bimo tersenyum pada sang istri yang mendukungnya, hal itu sontak membuat ketiga anaknya mencebik.

"Kalian ini selalu saja seperti itu. Nanti kalian juga akan merasakan," kata Bimo dan membubarkan anak-anaknya.

"Mi, please jangan kasih aku adek lagi. Soalnya nanti adikku akan terlihat seperti anakku," bisik Andra sebelum kembali ke dalam kamar.

"Apa kata dia?" tanya Bimo setelah anak-anaknya bubar.

"Andra protes tidak mau ditambah lagi adiknya," kekeh Leela merangkul pundak suaminya dan melangkah bersama untuk istirahat. Jangan tanya ekspresi Bimo saat itu, tentu dia protes proses reproduksinya merasa diusik.

"Dulu aja mau adek sampe merengek, sekarang papinya berbaik hati dia malah protes. Gak berterima kasih sekali itu anak."

Seperti itulah kebahagiaan mereka sekarang. Leela dan Bimo saling pandang dan kembali membicarakan Andra yang sudah besar. Mungkin sebentar lagi anaknya akan meminta mereka melamar anak perempuan orang.

Andra sendiri merasa bimbang dengan permintaan ayahnya. Hal itu berimbas juga pada kedekatan ia dengan Kia. Dekat aja Kia gak peka apa lagi berjauhan.

"Kia kamu tuh membuat aku gemas tahu gak. Bisa gak sih kamu itu sedikit lebih pakai?" kata Andra sambil memeluk guling dan menganggap yang dipeluknya adalah perempuan yang ia sukai.

Sebuah pesan muncul di layar ponsel membuat mata pemiliknya terbelalak.

Terpopuler

Comments

Yayoek Rahayu

Yayoek Rahayu

andra harus ekstra sabar,ngadepn kia yg masih bocil

2023-01-10

0

rositta

rositta

kia masih bocil ndra ga akan ngerti 😅😅

2023-01-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!