Telat ...

Ting!

Ting!

Ting!

Pesan masuk pada ponsel Kia dari Andra.

"Ki, sudah tidur?"

"Kiaaaaaa?"

"Kiaraaaaa?"

Sepertinya Andra benar-benar tidak memiliki pekerjaan. Bahkan waktu luang sebelum tidur pun ia gunakan untuk menganggu sepupunya.

"Ck. Lama sekali dia membalas pesanku."

"Andra." Itu suara mami Leela. Andra yang sejak tadi telungkup pun berbalik.

"Mam?"

Leela duduk di sebelah putranya dan menghela nafas panjang.

Andra sudah hafal sikap maminya kalau sudah menghela nafas panjang di samping dirinya. "Mam, aku minta maaf soal tadi, asli aku ...."

"Kamu tuh ya senang banget kalau buat kakek atau papa kamu naik darah."

Andra merebahkan kepalanya di pangkuan sang mami. Mumpung adik-adiknya tidak ada jadi dia memanfaatkan waktu untuk bermanja pada maminya.

"Mam, aku tuh kangen banget bermanja sama mami. Kenapa sih papi harus ngasih adek lagi sama aku. Sekarang lawanku bukan hanya papi tapi ketiga adikku juga."

Tangan Leela mengusap rambut sang anak. "Ya masa kamu masih mau bermanja pada mami. Memangnya kamu gak malu kalau nanti kamu punya pacar dan mereka tahu kamu masih suka manja-manja sama mami. Yang ada nanti kamu ditertawakan sama mereka."

"Tunggu-tunggu, Mi. Kok mami bilangnya mereka, memang pacarku berapa?" kekeh Andra kembali menegakkan tubuh.

"Loh kok tanya mami kan kamu yang menjalani." Ibu dan anak itu sama-sama tertawa. "Kamu serius dengan rencana nikah kamu tadi?"

Andra terlihat malu-malu.

"Bener mau nikah dalam waktu dekat? Emang sudah ada calonnya?"

"Belum ada sih mam," kekeh Andra, "eh mam. Kalau nikah sama sepupu bisa gak ya?"

Leela memicingkan mata. Jangan bilang kalau Andra memiliki niat menikahi Kia.

"Enggak kok, Mam. Lagian Kia-nya juga masih SMA."

"Wah padahal mami belum bilang apa-apa loh."

"Mamiiiii!" Andra jadi malu sendiri.

Leela meninggalkan putranya yang tengah menahan malu. Perempuan itu memilih menemui suaminya yang sudah menunggu di dalam kamar.

"Ada hal seru apa sampai senyum-senyum sendiri?" tanya Bimo meminta istrinya duduk di pangkuan. "Katakan apa yang membuat kamu senyum sendiri dan tidak berbagi denganku."

"Anakmu loh, dia itu gak beda jauh sama kamu. Naksir seseorang tapi gengsi mengakui. Hanya saja kalau sudah jatuh cinta kadang tanpa sadar mengakui."

***

Sejak obrolan singkatnya dengan Leela, Andra semakin sering menunjukan perhatian pada Kia. Menjemputnya di sekolah atau mengajaknya jalan di malam hari dengan alasan mencari udara segar.

Andra memang payah soal mengakui perasaan.

"Kita mau kemana, Kak?" tanya Kia saat mobil melunjuf bukan ke arah pulang. Ia membuka google maps dan ternyata mobil yang dikendarai Andra tengah berada di jalur jakarta-Bandung. "Kita mau ke Bandung?"

"Mungkin."

"Ih Kak Andra nyebelin, kak aku belum bilang sama mama. Nanti mama malah berpikir aku diculik loh."

"Kan yang nyulik juga aku, paling kita dinikahkan."

"Hey aku masih anak SMA, gak mau lag aku nikah sama kak Andra."

"Loh kenapa? Aku gak kalah tampan kok dari cowok-cocok korea idola kamu itu."

Kia mengibaskan tangan, "jauh."

Mobil berhenti di sebuah tempat wisata. Andra membukakan pintu untuk Kia.

Mereka mencari tempat duduk yang nyaman untuk berbincang.

Tidak jauh dari tempat duduk mereka ada sekumpulan muda-mudi yang usianya tidak jauh dari Andra.

Kia mengira kalau kedatangan mereka ke sini karena Andra tengah mengejar salah satu gadis yang ada dalam kumpulan itu. Terbukti Andra lebih sering melirik ke sana.

Dengan percaya dirinya Kia menghampiri gadis yang sejak tadi curi-curi pandang pada Andra. Tak lama dia kembali dan menyodorkan kertas berisi nomor telepon.

"Kak Andra ngajak aku ke sini karena mau pdkt sama perempuan itu kan? Kak Andra ini memang payah."

"Ok, karena kamu mengerti tanpa aku minta, sekarang kamu bebas mau jajan apa pun," kata Andra.

"Beneran?"

Andra mengangguk membenarkan. Langkah kakinya terus bergerak mengikuti langkah Kia. Beberapa tentengan jajan milik Kia ada di tangan Andra.

Puas berkeliling di kota Bandung mereka memilih pulang. Di dalam perjalanan Kia tidur karena kelelahan.

Saat tiba di rumah pun Andra tidak tega untuk membangunkannya. Berikutnya yang terjadi adalah Andra membopong tubuh Kia hingga ke dalam kamar tamu. Menidurkannya di sana.

Saat ke luar kamar, kuping Andra langsung di jewer oleh maminya. "Mulai berani ya bawa anak gadis orang kabur sembarangan," omel Leela.

"Ampun, Mi, ampun. Aw ... aw sakit, Mi, sakit." Andra mengusap kupingnya saat dilepas oleh maminya.

"Duduk Andra!" titah Bimo. "Dari mana kamu bawa anak gadis orang tanpa izin? Kamu tahu orang tuanya khawatir dari tadi. Kita semua menghubungi kalian tapi gak ada panggilan yang dijawab."

"Maaf, Pi."

Bimo hanya menghela nafas dengan tingkah anak dan keponakannya.

Selain dihakimi oleh Leela dan Bimo sekarang Andra harus berhadapan dengan orang tua Kia.

"Maaf, om, tante."

"Kamu tuh hampir aja membuat kami mati berdiri, Andra," kata Shepa.

"Enggak kok, Yang," bisik Arga.

"Diam," Shepa melotot pada suaminya. "Lain kali kalau mau ajak Kia pergi jangan lupa kasih kami kabar."

"Iya, biar bagaimana pun Kia itu anak perempuan. Kalau terjadi apa-apa kan kita tahu harus minta tanggung jawab sama siapa." Arga menambahkan ucapan istrinya.

***

Kia tertawa mandapati wajah lemas Andra karena dimarahi orang tuanya juga orang tua Kia.

"Salah sendiri sih, Kak, main culik anak perempuan orang," kekeh Kia tanpa rasa bersalah. Gadis itu sudah berganti pakaian dengan pakaian santai. Hari ini libur karena kemarin adalah hari terkahir masuk sekolah.

"Tau ah, aku pulang ya."

Kia mengantar Andra sampai ke mobilnya. Tak lama Andra ke luar lagi dan menyodorkan kantong jajanan yang mereka beli kemarin saat di Bandung. Jajanan yang sudah dingin sebenarnya.

"Ya ampun aku kira jajanannya sudah habis sama kak Andra." Kia langsung memakan makanan itu meskipun sudah dingin. "Em, Kak Andra jangan pulang dulu. Aku angetin dulu makanan ini nanti kita makan bareng-bareng."

" tapi Ki ...."

"Udah ikut aja." Kia keburu masuk ke dapur untuk menghangatkan jajanan.

Mereka menghabiskan jajan yang sudah diangetkan oleh Kia.

Berhubung keduanya sama-sama gak ada kegiatan, mereka memilih jalan-jalan. Kali ini Andra tidak lupa meminta izin pada Shepa untuk mengajak Kia jalan.

"Jangan terlalu malam pulangnya ya," pesan Shepa yang dibalas Andra dengan cara menghormat.

"Tapi kalau telat gimana?" tanya Kia.

"Telat?" tanya Andra dan Shepa, kompak dan saling menatap.

Kata telat yang menakutkan bagi orang tua yang memiliki anak gadis.

Terpopuler

Comments

Yayoek Rahayu

Yayoek Rahayu

andra yg dulu comel skrg udah gede

2023-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!